Thursday, September 30, 2010

Ku Mencintaimu Utuh Tak Tersentuh

 

Jika ada yang bertanya, bagaimana aku memandang perkara jodoh, maka akan ku jawab, bagiku sama saja kau menanyakan keyakinanku tentang kematian.

Jodoh dan kematian adalah rahasi-Nya yang tersembunyi dalam tabir keghaiban-Nya, dan tersimpan dengan indah dalam tiap lembar daun di lauhul mahfuzh.

Lalu apa yang ku khawatirkan? Dan kenapa pula ku harus mengejar? Tidak, aku tak sudi.. 

 Ku katakan padamu wahai para wanita perhiasan terindah dunia..

Jangan pernah mengobral murah kehormatanmu untuk hal yang kau sendiri tak yakin kehakikiannya? Pahamkah maksudku?

Ku tanya padamu, pernahkah kau jatuh cinta? Ku akui, akupun juga… Tapi tak pantas bagi kita mengumbar rasa itu.. Rasa yg entah akan berlabuh di mana?

Lalu pikirkan, jika dia yang kau cinta, yang mengganggu tidurmu, membuatmu menangis karena rindu, ternyata bukan atau mungkin tak kan pernah menjadi pendampingmu, atau bukan kau yang dia pilih? Tak malukah? Tak malukah?

Lalu, apa masih mampu kau tatap wajah suamimu kelak dengan cinta yang seutuhnya jika ternyata dulu kau pernah menaruh separuh hatimu pada lelaki lain…

Wahai  para lelaki, tak cemburukah? Tak cemburukah? Tak cemburukah kau jika saat ini wanita yang kau pilih kelak sedang menyerahkan hatinya pada lelaki selainmu, namun ternyata kau yang akan meminangnya.

Tak sakit hatikah bila ketika bersamamu, ternyata dia tengah membandingkanmu dengan sosok lain dalam hatinya? Tak sedihkah? Tak sakitkah? Tak cemburukah? Jika kau, para lelaki, menjawab ‘ya’ maka, itu pula yang kami, wanita, rasakan..

Takkan pernah bosan ku ingatkan, bahwa yang akan berlaku tetaplah ketetapan-Nya…. Sekuat apapun usaha kalian jika tak sejalan dengan kehendak-Nya, maka tak akan pernah terjadi..

Lalu, buat apa kau mubazirkan waktumu? Untuk apa Kau kuras energi? Kerana apa kau habiskan airmatamu?…. untuk orang yang belum tentu menjadi milikmu? Untuk apa?

Dan ku katakan padamu. Mungkin kau yang akan memilihku belum ku cinta saat itu. Tapi ketahuilah, karena kau memilihku, kau ku cinta…

Bukankah jatuh cinta adalah sebuah proses? Akan ada sebab, akan ada hal yang membuatku jatuh cinta padamu, dan kau pun akan mencintaiku.. Dan ketika itu terjadi, semua telah terangkai dengan indah dalam kerangka kehalalan, dalam ikatan pernikahan yang disebut mitsaqan ghalizhan..

Dan tak akan pernah ada ragu ku katakan kuserahkan cintaku UTUH TAK TERSENTUH, padamu.. Hanya padamu.. ya, hanya padamu dan untukmu duhai cintaku….,

from : oaseimani


Recap and Thank Yourself


Ignite Your Internal Fire!
by Jane Powell

“Recap and thank yourself.”

After each day, it’s important to review what you’ve done and give yourself a pat on the back. It’s okay to bask in well-deserved praise, to dwell, for a moment, on your hard won accomplishments.

Remember, motivation begins with appreciation. Once you acknowledge the things that you are doing right, it’s easy to feel motivated to try harder, tomorrow.

Gratitude is a great way to build those internal fires of achievement. So, be proud of the fruits of your efforts and thank yourself for a job well done!


MOUNTAINS ARE CLIMBED ONE STEP AT A TIME

Everyone who got where they are
Had to begin where they were.
Your opportunity for success Is right in front of you.

To attain success or to reach your goal,
Don't worry about having all the answers in advance.
You just need to have a clear idea Of your goal and move toward it.

Don't procrastinate when faced
With a difficult problem.
Break your problems into parts
And handle one part at a time.

Develop a tendency toward action.
You can make something happen today.
Break your big plan for success into small steps
And take the first step right away.


Success starts with a first step.

Every little thing you do makes a difference. Each action, each word you speak, each thought you think will in some way change things for you and your world.
As you move through life, you are constantly leaving consequences in your wake.
The nature of those consequences is what makes up the quality of your life.

Even the smallest things make a difference. And those small things can quickly add up to a big influence.

Your attitude and your outlook on life truly matter. They have a powerful influence over what kind of difference you are making, in the big decisions and the small ones too.

See the world as a beautiful place, filled with positive possibilities. And your actions, your thoughts, your consequences will take on the color of that positive perspective.

Everything, every moment, every person, every stirring in your heart matters. Let yourself love and value life, and be overjoyed at the positive difference that each of your moments can make.

Ralph Marston


" Morning Coffee"
Created, and maintained by:Dizzyrizzy@comcast.net GrandmaGail2BC@aol.com
Copyright © 1996 -2010
" Morning Coffee" all rights reserved.






Wednesday, September 29, 2010

Change the way you think and you will change the way you feel


 

“Change the way you think and you will change the way you feel.” 

Breaking the habit of negative thinking and replacing it with an “I can and I will” attitude is the change called for by inner confidence. 

Negative thinking can be so interwoven in the fabric of whom you are that it is natural to assume it’s normal. It’s not! Breaking the cycle of negative thinking means you must acknowledge and face your harsh inner critic. 

You have strengths, skills and talents. Recognizing and believing in them is what confidence is all about. When you are confident, it’s easy to feel great, because your inner critic becomes your inner champion! 

©Jane Powell

 
 One Minute
He almost killed somebody, but one minute changed his life.

This beautiful story comes from Sherman Rogers' old book, "Foremen: Leaders or Drivers?"

In his true-life story, Rogers illustrates the importance of effective relationships. During his college years, Rogers spent a summer in an Idaho logging camp. When the superintendent had to leave for a few days, he put Rogers in charge.

"What if the men refuse to follow my orders?" Rogers asked. He thought of Tony, an immigrant worker who grumbled and growled all day, giving the other men a hard time.

"Fire them," the superintendent said. Then, as if reading Rogers' mind, he added, "I suppose you think you are going to fire Tony if you get the chance.  I'd feel badly about that. I have been logging for 40 years. Tony is the most reliable worker I've ever had. I know he is a grouch and that he hates everybody and everything. But he comes in first and leaves last. There has not been an accident for eight years on the hill where he works.

Rogers took over the next day. He went to Tony and spoke to him.

"Tony, do you know I'm in charge here today?" Tony grunted. "I was going to fire you the first time we tangled, but I want you to know I'm not," he told Tony, adding what the superintendent had said.

When he finished, Tony dropped the shovelful of sand he had held and tears streamed down his face.

"Why he no tell me dat eight years ago?"

That day Tony worked harder than ever before -- and he smiled! He later said to Rogers, "I told Maria you first foreman in deese country who ever say, 'Good work, Tony,' and it make Maria feel like Christmas."

Rogers went back to school after that summer.
Twelve years later he met Tony again who was now superintendent for railroad construction for one of the largest logging companies in the West. Rogers asked him how he came to California and happened to have such success. 

Tony replied, "If it not be for the one minute you talk to me back in Idaho, I keel somebody someday. One minute change my whole life."

Effective managers know the importance of taking a moment to point out what a worker is doing well. But what a difference a minute of affirmation can make in any relationship!

One minute.

Have you got one minute to thank someone? A minute to tell someone what you sincerely like or appreciate about her? A minute to elaborate on something he did well?

One minute.

 

It can make a difference for a lifetime.
Steve Goodier

Direct, focus and sustain your actions with your expectations. Make your expectations come to life with your actions. Your efforts are more effective when they're driven by positive expectations. Your expectations exert the most powerful influence when they're backed up by consistent action.

Expectations without actions amount to little more than empty wishes. Actions without specific, positive expectations will fail to achieve the desired result.

Expect the best of yourself and others. Then do what it takes to actually achieve the best.

Let your expectations be the driving, directing force behind your actions. And take the committed, persistent actions that will achieve what you expect to achieve.

Ralph Marston

 

" Morning Coffee"
Created, and maintained by:Dizzyrizzy@comcast.net GrandmaGail2BC@aol.com
Copyright © 1996 -2010
" Morning Coffee" all rights reserved

Jangan Berhenti Berharap…




Seorang hamba yang mengharap ampunan hendaknya menilik kepada para pemilik tanaman. Setiap pemilik tanah yang subur, dia menyemai benih pilihan di atasnya. Lalu, dia mengairi tanah itu tepat pada waktu yang dibutuhkan, membersihkan dari rumput dan dahan-dahan yang bisa merusak tanaman. Kemudian dia menunggu karunia Allah subhanahu wa ta’ala agar tidak ada petir yang menyambar dan bencana yang menimpa, sehingga tanamannya itu tumbuh menjadi besar. Maka penantian inilah yang disebut dengan harapan.

Jika seseorang menyemai benih di atas tanah yang tandus dan keras, daerahnya tinggi sehingga tidak bisa dialiri air. Kemudian dia tidak merawat, memelihara, dan hanya menanti panenan saja. Maka penantian ini disebut kebodohan dan tipuan, bukan harapan.

Ibnu Qudamah berkata : Barangsiapa berharap menjadi orang yang baik, tapi dia tidak menampakkan tanda-tandanya, berarti dia adalah orang yang tertipu.

Sedangkan jika seseorang menyemai benih di tanah yang subur, tapi tidak ada airnya, lalu dia menanti turunnya hujan. Maka penantiannya itu disebut angan-angan dan bukan harapan.

Istilah harapan hanya berlaku bagi penantian sesuatu yang disenangi, yaitu didahului dengan adanya sebab-sebab internal. Kemudian darinya dibarengi dengan usaha seorang hamba. Sedangkan hal-hal yang tidak diusahakannya, adalah karunia dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Harapan itu adalah sesuatu yang terpuji, karena harapan bisa mendorong kepada amal. Sedangkan putus asa adalah sesuatu yang tercela, karena ia mengalihkan dari amal. Orang yang tahu bahwa tanah yang diolahnya tandus, air di sekitarnya tidak mengalir sehingga benih tidak bisa tumbuh, lalu dia justru meninggalkan tanah itu dan tidak mau bersusah payah untuk mencari penggantinya.

Keadaan seperti ini telah disinggung Allah subhanahu wa ta’ala dalam firmanNya Surat Al Hijr ayat 55, yang berbunyi :

فَلا تَكُنْ مِنَ الْقَانِطِينَ

maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa 

Kemudian disebutkan pada ayat selanjutnya bahwa orang-orang yang tersesat adalah mereka yang berputus asa dari rahmat Allah subhanahu wa ta’ala,

قَالَ وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلا الضَّالُّونَ

Ibrahim berkata: “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat”.

Antara Takut dan Berharap
 
Rasa takut adalah hal yang manusiawi. Setiap individu pasti pernah merasakan ketakutan. Baik dia wujudkan dengan hal-hal yang nyata, ataupun hanya tersimpan dalam perasaan saja. Ketika seseorang khawatir akan terjadi sesuatu pada dirinya, dia sedikit banyak telah merasakan ketakutan pada dirinya. Begitu pula dengan pengharapan. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang pernah mengalaminya. Kedua sifat inilah yang ditunjukkan Allah subhanahu wa ta’ala di dalam firmanNya, sebagai satu tanda adanya kekuasaaan Allah yang maha luas. Dia berfirman,

وَمِنْ آيَاتِهِ يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan (QS. Ar Ruum : 24) 

Kedua sifat ini harus seimbang antara satu dengan yang lain. Jikalau berlebihan dalam rasa takut, maka seseorang akan menjadi kaku dan cengeng. Beda halnya jika dia berlebihan dalam berharap, maka hanya angan kosong saja yang akan didapatkan.

Perwujudan nyata yang benar dari kedua sifat ini adalah ketika seorang hamba berdoa kepada Robbnya. Dia harus memadukan antara rasa takut dan harap. Sehingga Allah subhanahu wa ta’ala semakin dekat dan berkenan untuk mengabulkan permohonannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al A’rof : 56)

Allahlah Tempat Berharap

Suatu ketika Al Hasan bin Ali bin Abi Tholib ditimpa krisis keuangan. Dia mendapatkan gaji setiap tahun sebanyak seratus ribu. Pada suatu malam Muawiyah tidak memberikan bayaran itu kepadanya, maka dia pun menderita akibat krisis keuangan tersebut. Al hasan berkata,”Saya meminta tinta kepada salah seorang sahabat untuk menulis surat kepada Muawiyah tentang bagianku, namun saya tidak melakukannya.”

Tiba-tiba dalam tidurku saya melihat Rasulullah berkata,”Bagaimana keadaanmu wahai Hasan?”

Saya katakan,”Saya baik-baik saja wahai kakekku.”Saya kemudian melaporkan tentang ditundanya bayaran yang seharusnya diberikan kepada saya. Lalu Rasulullah bersabda,”Apakah engkau memanggil seseorang agar kamu bisa menulis permohonan kepada makhluk sepertimu dan kamu peringatkan bayaranmu?”

Saya katakan,”Ya, wahai Rasulullah, lalu apa yang sebaiknya saya lakukan?”

Rasulullah bersabda,”Katakan doa ini :

اَللّهُمَّ اقْذِفْ فِيْ قَلْبِي رَجَاءَكَ، وَاقْطَعْ رَجَائِي عَمَّنْ سِوَاكَ، حَتَّى لَا أَرْجُو أَحَدًا غَيْرَكَ. اَللّهُمَّ وَمَا ضَعُفَتْ عَنْهُ قُوَّتِي، وَ قَصُرَ عَنْهُ عَمَلِي، وَ لَمْ تَنْتَهِ إِلَيْهِ رَغْبَتِي، وَ لَمْ تَبْلُغْهُ مَسْأَلَتِي، وَ لَمْ يَجْرِ عَلَى لِسَانِي، مِمَّا أَعْطَيْتَ أَحَدًا مِنَ اْلأَوَّلِيْنَ وَ اْلآخِرِيْنَ مِنَ اْليَقِيْنَ، فَخَصَّنِي بِهِ يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ

Ya Allah tanamkan dalam dadaku harapan untukMu, dan putuslah harapanku kepada selainMu hingga tidak saya gantungkan harapanku kepada selainMu. Ya Allah tanamkanlah dalam dadaku yang saya tidak uat melakukannya dan saya tidak dapat menanggungnya dan keinginan yang tidak saya sampaikan kepadanya, dan belum pernah terlontar pada lidahku apa yang Engkau berikan kepada orang-orang terdahulu dan belakangan dari keyakinan, maka berikanlah itu kepadaku wahai Rabb semesta alam. 

Al Hasan berkata,”Demi Allah belum seminggu saya mengucapkan doa ini, ternyata Muawiyah mengirim kepada saya uang sebanyak sejuta lima ratus ribu. Lalu saya katakan,”Segala puji bagi Allah yang tidak pernah melupakan orang yang mengingatNya dan tidak pernah mengecewakan orang yang memintaNya.”

Kembali saya melihat Rasulullah dalam mimpiku. Dia berkata,”Bagaimana keadaanmu wahai Hasan?”

Saya jawab,”Baik-baik saja wahai Rasulullah!” lalu saya beritahukan kepadanya apa yang telah terjadi. Rasulullah berkata,”Wahai anakku, demikianlah orang yang menggantungkan harapannya kepada Yang Maha Pencipta dan tidak pernah menggantungkan harapannya kepada makhlukNya.” 

Mengharap ampunan Allah

Dari Anas bin Malik rodhiallahu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam, sepanjang engkau memohon kepada-Ku dan berharap kepada-Ku akan Aku ampuni apa yang telah kamu lakukan. Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika dosa-dosamu setinggi awan di langit kemudian engkau meminta ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang membawa kesalahan sebesar dunia, kemudian engkau datang kepada-Ku tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sebesar itu pula.” (HR. Tirmidzi, ia berkata, ”hadits ini hasan shahih)

Seberapa pun besar dosa seseorang, Alloh subhanahu wa ta’ala menjanjikan ampunan jika mau beristighfar. Ampunan Alloh akan menyebabkan terhapusnya dosa. Terhapusnya dosa menyebabkan terhindar dari azab dunia dan azab akhirat.

Siapa yang mau istighfar ketika berdosa, maka dosanya terhapus meski puluhan kali dia lakukan tiap harinya. Dan dia terbebas dari predikat orang yang larut dalam dosa. Ini semua menunjukkan betapa besar dan luasnya rahmat Alloh subhanahu wa ta’ala pada hamba-Nya. Maka celakalah seorang hamba yang mengetahui luasnya rahmat Alloh namun dia tidak berusaha untuk meraihnya. Sehingga dia akan terhalang dari rahmat-Nya.

Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam dalam sehari beristighfar lebih dari 70 kali. Bahkan, ada suatu riwayat yang menyebutkan bahwa beliau beristighfar sampai 100 kali setiap harinya. Inilah tauladan dari seorang Muhammad sholallahu ‘alaihi wa sallam. Seorang Rasul yang masih mengharap ampunan Allah subhanahu wa ta’ala walaupun beliau sendiri ma’sum (terjaga dari dosa dan kesalahan). 

Teruslah Berharap! 

kepada para hambaNya yang bertakwa.Siapakah yang tidak mempunyai impian? Tentu setiap orang akan menjawab saya punya. Walaupun, jawaban itu ada yang diucapkan secara lesan ataupun tidak. Akan tetapi hati mereka tidak bisa ditipu bahwa ada sebuah impian yang ada pada dirinya. Bahkan, anak kecil pun mempunyai sebuah keinginan yang menjadi impian mereka. Sedangkan impian terbesar seorang Muslim adalah ketika dimasukkan ke dalam Jannah Allah subhanahu wa ta’ala dan dapat memandang wajahNya. Karena inilah nikmat paling agung dari Rabb ‘azza wa jalla 

Harapan adalah sebuah refleksi dari sebuah impian yang muncul di dalam jiwa. Jika seseorang sudah memiliki impian, maka harapanlah yang akan terjadi setelahnya.
Islam tidak melarang pengikutnya memiliki sebuah impian. Yang dilarang adalah berangan-angan kosong tanpa ada usaha di dalamnya. Untuk itu, kita sebagai seorang Muslim harus terus berharap dan jangan berhenti. Agar impian kita nantinya dapat terwujud di kemudian hari. Aamiiin..

Referensi :

  1. Minhajul Qosidin — Ibnu Qudamah

  2. Tarikh Khulafa’ — Imam As Suyuthi

  3. Ringkasan Syarah Arba’in An Nawawi — Syaikh Sholih Alu Syaikh
Oleh: Rasyid

resource : oaseimani

Tuesday, September 28, 2010

Teruntuk Imamku Kelak




Padamu yang Allah pilihkan dalam hidupku..
Ingin ku beri tahu padamu.. Aku hidup dan besar dari keluarga bahagia.. Orang tua yang begitu sempurna.. Dengan cinta yang begitu membuncah.. Aku dibesarkan dengan limpahan kasih yang tak terhingga..
Maka, padamu ku katakan.. Saat Allah memilihmu dalam hidupku, maka saat itu aku berharap, kau pun sanggup melimpahkan cinta padaku.. Memperlakukanku dengan sayang yang begitu indah..

Padamu yang Allah pilihkan untukku..
Ketahuilah, aku hanya wanita biasa dengan begitu banyak kekurangan dalam diriku, aku bukanlah wanita sempurna, seperti yang mungkin kau harapkan..
Maka, ketika Dia memilihmu untukku, maka saat itu Dia ingin menyempurnakan kekuranganku dengan keberadaanmu, dan aku tahu. Kaupun bukanlah laki-laki yang sempurna.. Dan ku berharap ketidaksempurnaanku mampu menyempurnakan dirimu.. Karena kelak kita akan satu.. Aibmu adalah aibku, dan indahmu adalah indahku, kau dan aku akan menjadi ‘kita’.. 

Padamu yang Allah pilihkan untukku..
Ketahuilah, sejak kecil Allah telah menempa diriku dengan ilmu dan tarbiyah, membentukku menjadi wanita yang mencintai Rabbnya..
Maka ketika Dia memilihmu untukku, maka saat itu, Allah mengetahui bahwa kaupun telah menempa dirimu dengan ilmuNya.. Maka gandeng tanganku dalam mengibarkan panji-panji dakwah dalam hidup kita.. Itulah visi pernikahan kita.. hanya beribadah pada-Nya ta’ala..

Padamu yang Allah tetapkan sebagai nahkodaku..
Ingatlah.. Aku adalah mahluk-Nya dari tulang rusuk yang paling bengkok.. Ada kalanya aku akan begitu membuatmu marah..
Maka, ketahuilah.. Saat itu Dia menghendaki kau menasihatiku dengan hikmah, sungguh hatiku tetaplah wanita yang lemah pada kelembutan.. Namun jangan kau coba meluruskanku, karena aku akan patah.. Tapi jangan pula membiarkanku begitu saja, karena akan selamanya aku salah.. Namun tatap mataku, tersenyumlah.. Tenangkan aku dengan genggaman tanganmu.. Dan nasihati aku dengan bijak dan hikmah.. Niscaya, kau akan menemukanku tersungkur menangis di pangkuanmu.. Maka ketika itu, kau kembali memiliki hatiku..

Padamu yang Allah tetapkan sebagai atap hunianku..
Ketahuilah, ketika ijab atas namaku telah kau lontarkan..
Maka di mataku kau adalah yang terindah, kata-katamu adalah titah untukku, selama tak bermaksiat pada Allah, akan ku penuhi semua perintahmu.. Maka kalau kau berkenan ku meminta.. Jadilah hunian yang indah, yang kokoh, yang mampu membuatku dan anak-anak kita nyaman dan aman di dalamnya..

Padamu yang Allah pilih menjadi penopang hidupku..
Dalam istana kecil kita akan hadir buah hati-buah hati kita –insya’Allah-…
Maka didiklah mereka menjadi generasi yang dirindukan JANNAH… Yang di pundaknya akan diisi dengan amanah-amanah dakwah, yang ruh dan jiwanya selalu merindukan jihad.. Yang darahnya mengalir darah syuhada.. Dan ku yakin dari tanganmu yang penuh berkah kau mampu membentuk mereka.. Dengan hatimu yang penuh cinta, kau mampu merengkuh hati mereka.. Dan aku akan selalu jatuh cinta padamu.. 

Padamu yang Allah pilih sebagai imamku..
Ku memohon padamu.. Ridholah padaku, sungguh Ridhomu adalah Ridho Ilahi Rabbi.. Mudahkanlah jalanku ke Jannah-Nya..
Karena bagiku kau adalah kunci Jannahku..
 

taken from : oaseimani


Needing a Nudge



 
 NEEDING A NUDGE 

A wiser person than I once said that humans have four basic needs.

One is the need to be nurtured. Next is the need to be needed.
Third, the need to be noticed. And finally, the need to be nudged.
Although I never had much luck nudging my own children,
I've often thought of a story about a small boy who could not be nudged to quit
banging a drum. Various attempts were made to do something about
quieting the child.
One person told the boy that he would, if he continued to make so
much noise, perforate his eardrums. This reasoning was too advanced
for the child, who was neither a scientist nor a scholar.
A second person told him that drum beating was a sacred activity and
should be carried out only on special occasions.
A third person offered the neighbors plugs for their ears;
a fourth gave the boy a book;
a fifth gave the neighbors books that described a method of
controlling anger through biofeedback; a sixth person gave the boy
meditation exercises to make him placid and docile.
None of these attempts worked.
Eventually, a wise person came along with an effective motivation.
He looked at the situation, handed the child a hammer and chisel,
and asked, "I wonder what is INSIDE the drum?"
No more problem.
I agree that we sometimes need to be nudged.
At times, we may need to be nudged into healthier behaviors.
Or maybe nudged out of destructive relationships or patterns.
Or simply nudged to think a little bigger;
to do or be a something more challenging and less mediocre.
No doubt, that is why the motivational industry is so successful.
(And no, it is probably not true that if you listen to your
motivational tapes backwards you will become a failure.
I think a couple of you may have been worried about that.)
It seems to me that good leaders know about this basic human need to
be prodded, challenged and encouraged. They also know that the best
way to nudge someone is often simply to invite them along a path
that is more appealing than the one they've chosen. The best leaders
teach us to dream and tempt us to do more than we ever thought
possible. They challenge us to be a part of something great.
Writer Antoine de Saint-Exupery said, "If you want to build a ship,
don't drum up the men to gather wood, divide the work, and give
orders. Instead, teach them to yearn for the vast and endless sea."
Sometimes all we need is a nudge to desire something magnificent.
Is this the nudge you need?
Steve Goodier
 
Let Go of Grudges
by Jane Powell 
Holding grudges will consume your emotional energy… if you let it.”
Holding grudges uses lots of emotional energy. And, when your emotional energy is tied up in a grudge, it holds you in the past. Grudges hold energy hostage and it’s not until you forgive that your energy can be restored.
Think of forgiveness as something you do for yourself.
Think of it as something that makes you stronger, not weaker.
If you’re holding grudges, let them go. Seek reconciliation if needed. If you find it hard to forgive then start with the small grudges and work your way up. The physical feeling of relief and the energy reclaimed will be well worth it.
Forgive today. It’s time to move on!


 

Receiving abundance
The way to receive life's abundance is to express it.
The way to receive life's abundance is to do something creative and useful with it.
There is always something valuable that you can create with your time, your thoughts and actions. In every moment, in every situation, there is something you can do to express life's abundance.
Whatever you're able to create may not be something you particularly desire or require, but that's ok. Because there are other people who wish to have it,
and who will happily pay you for it with something else of value to you.
In ways that are familiar and in ways that haven't yet been imagined, you can create value. With gratitude in your heart, and a desire to give meaning to life, you can create value.
You are surrounded by a sea of abundance. You are alive and aware and highly effective, in a universe that's overflowing with possibilities.
Through your own unique perspective, you can transform that raw,
formless abundance into specific, tangible value. That is how wealth is created, 
and there is no limit to how much of it you can create. 
Ralph Marston


 
" Morning Coffee"

Created, and maintained by:Dizzyrizzy@comcast.net GrandmaGail2BC@aol.com
Copyright © 1996 -2010
" Morning Coffee" all rights reserved