Wednesday, September 28, 2011

10 Sebab Penghapus Dosa

 

Nash-nash al-Qur`an dan Sunnah telah menunjukkan bahwa hukuman dosa (siksa) dapat dihapuskan dari seorang hamba dengan sepuluh sebab berikut ini:

1. Taubat Nasuha.

Yaitu taubat yang sebenar-benarnya taubat, maka ia (taubat nasuha) dapat meleburkan dosa sebelumnya. Dan Allah Subhanahu Wata'ala Maha menerima taubat hamba-hambaNya yang mau bertaubat kepadaNya.

Dan orang yang bertaubat dari segala dosa bagaikan orang yang tidak memiliki dosa. Allah Subhanahu Wata'ala berfirman, artinya, “Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. asy-Syura: 25).

Allah Subhanahu Wata'ala juga berfirman, artinya, “Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu, sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-A’raf: 153).

2. Beristighfar.

Yaitu memohon ampunan kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Sesungguhnya Allah akan mengampuni hamba-hambaNya yang meminta ampunan (beristighfar) kepadaNya. Allah Subhanahu Wata'ala berfirman, artinya, “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nisa`: 110).

Allah Subhanahu Wata'ala juga berfirman, artinya, “Dan Tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS.al-Anfal: 33).

Begitu juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda tentang apa yang beliau riwayatkan dari Rabbnya, artinya, “Wahai anak cucu Adam (manusia) seandainya dosa-dosamu setinggi awan di langit, lalu kamu meminta ampun kepadaKu, niscaya Aku akan mengampuni dosa-dosamu.” (HR. at-Tirmidzi, dan dia berkata, “Hadits hasan shahih.”

Allah Subhanahu Wata'ala juga berfirman dalam hadits qudsi, artinya, “Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian melakukan kesalahan (dosa) di waktu malam dan siang hari, sedangkan Aku lah yang dapat mengampuni semua dosa, maka mohon ampunlah kalian kepadaKu niscaya Aku akan mengampuni dosa kalian.” (HR. Muslim).

3. Kebaikan-kebaikan menghapuskan dosa-dosa.

Seperti shalat, shadaqah, puasa, haji, membaca al-Qur`an, berdzikir kepada Allah, berdo’a, beristighfar, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung silatur rahim, dan lain-lain. Allah Subhanahu Wata'ala berfirman, artinya, “Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Huud: 114).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Shalat-shalat yang lima waktu, jum’at ke jum’at, ramadhan ke ramadhan dapat meleburkan dosa diantara keduanya apabila dosa-dosa besar dijauhkan.” (HR. Muslim).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda, “Dan ikutilah perbuatan buruk/ kejahatan dengan perbuatan yang baik, niscaya dia menghapuskannya.” (HR. at-Tirmidzi dan dia menghasankannya).

Sesungguhnya satu kebaikan dilipat gandakan balasannya sampai sepuluh kali lipat, adapun keburukan akan dibalas yang serupa dengannya. Maka celakalah bagi orang yang berguguran (kalah) satu persatu dari sepuluh sebab tersebut.

4. Doa orang-orang yang beriman.

Maksudnya mereka memohon ampunan (kepada Allah, pen.) untuk orang yang beriman (lainnya) baik ketika hidup maupun setelah mati dan khususnya pada saat ketidak beradaannya (tanpa sepengetahuan orang yang didoakan, pen.) dan begitu juga doanya atas saudara-saudaranya yang telah meninggal dunia. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang tidak hadir (tanpa sepengetahuannya, pen.) adalah mustajab, di samping kepalanya terdapat malaikat, setiap dia berdoa untuk saudaranya dengan kebaikan, malaikat yang diutus berkata, ‘Amin, dan bagimu sepertinya (seperti orang yang didoakan, pen.).” (HR. Muslim).

5. Perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan/ diniatkan untuk si mayyit .

Seperti shadaqah; puasa; haji; membebaskan budak; dan yang lainnya. Para ulama berpendapat, “Amal shalih apa pun (yang dapat mendekatkan diri kepada Allah) yang dia kerjakan dan dia peruntukkan pahalanya untuk seorang muslim baik yang masih hidup ataupun yang telah meninggal, maka hal itu bermanfaat baginya.” Dan yang lebih utama  adalah mencukupkan dalam hal tersebut pada apa yang dijelaskan/ditetapkan oleh nash-nash (al-Qur`an dan Sunnah).

6. Syafa’at Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan selainnya.

Maksudnya adalah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan selain beliau akan memberikan syafa’at kepada orang-orang yang berbuat dosa pada hari Kiamat dengan izin Allah Subhanahu Wata'ala sebagaimana hal tersebut ditetapkan di dalam hadits-hadits shahih.

7. Musibah-musibah.
 
Dengannya lah Allah Subhanahu Wata'ala menghapuskan dosa-dosa atau kesalahan-kesalahan (yang dilakukan oleh hamba-hambaNya, pent.) di dunia sebagaimana yang telah dijelaskan dalam ash-Shahihain, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam;bersabda, “Tidaklah orang yang beriman ditimpa penyakit yang terus menerus dan tidak pula rasa cemas, rasa sedih, rasa susah dan rasa sakit, sampai-sampai duri yang menusuk kecuali Allah menghapuskan dengannya dari dosa-dosa/kesalahan-kesalahannya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

8. Apa yang didapatkan oleh seorang hamba ketika di dalam kubur.

Yakni berupa fitnah, himpitan liang kubur, kengerian, maka ini semua di antara yang dapat menghapuskan dosa-dosa. 

9. Rasa takut, kesusahan serta kengerian terhadap kedahsyatan hari kiamat.

10. Rahmat Allah Subhanahu Wata'ala

Sesungguhnya karena rahmat Allah Subhanahu Wata'ala, semua hamba mendapatkan maaf dan ampunanNya tanpa sebab, maka Dia lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, sebagaimana Dia berfirman, artinya, “Dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu.” (QS. An-Nisa`: 48 dan 116).

Dan Dia lah yang Maha Penyayang kepada hamba-hambaNya melebihi sayangnya seorang ibu kepada anak-anaknya dan sungguh rahmat Allah Subhanahu Wata'ala meliputi segala sesuatu.(Abu Nabiel).

Sumber: Diterjemahkan dari kitab, “An-Nuqath al-’Asyru adz-Dzahabiyah”, karya: Syaikh Abdur Rahman bin Ali ad-Dausary.Diposting oleh : Abdurrahman Al-Maluky

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh
---------------------------------------------------------------------
dari: YAYASAN AL-SOFWA Jakarta


Monday, September 19, 2011

Cerita Jodoh(ku)

 

Apa yang terlintas di benak Sahabat pertama kali ketika membaca judul tulisan ini??

Oohh.. Mungkin ada yang berpikir bahwa sang penulis akan berbagi tentang cerita jodohnya.

Tentunya di sini aku takkan berbagi tentang cerita jodohku karena aku sendiri belum mengalaminya. Namun, aku akan berbagi tentang cerita jodoh(ku). “Ku” yang dimaksudkan di sini adalah orang yang sudah mengalami proses dalam menjemput jodohnya. Setiap kita mempunyai scenario hidup termasuk cerita jodoh yaitu bagaimana proses penjemputan jodoh masing-masing. Mungkin ada yang awalnya tak saling kenal akhirnya menikah. Atau ada juga yang sudah kenal sejak lama dan akhirnya menikah walaupun tak pernah menduga sebelumnya.

Perkenankan aku untuk mengutip perkataan Pak Mario Teguh yang SUPER SEKALI: “Jodoh itu di tangan Tuhan. Benar. Tapi jika Anda tidak meminta dan mengambil dariNYA, selamanya dia akan tetap di tangan Tuhan.”

Ya! Jodoh itu adalah bagian dari rezeki, perlu diusahakan, perlu diikhtiarkan. Nah, proses ikhtiar dalam penjemputan jodoh inilah yang akan aku angkat dalam tulisan ini. Cerita Jodoh(ku), yang aku dapatkan dari sumber orang pertama dan orang kedua atau bahkan orang kesekian. Ada berbagai cerita yang aku angkat di sini yang semoga saja bisa menginspirasi dalam mengikhtiarkan penjemputan jodoh kita.

Cerita Jodoh(ku) part 1: Berawal dari Facebook

Ada seorang ikhwan yang profesinya sebagai seorang trainer menemukan jodohnya via Facebook. Bagaimana hal itu bermula? Mari aku ceritakan kisah tentang mereka.

Bagi seorang trainer, menjaga silaturahim dengan orang-orang yang telah ditrainingnya adalah sebuah keniscayaan. Begitu pun dengan ikhwan trainer ini. Di setiap akhir training, ia selalu memberikan nama akun FBnya agar para peserta training bisa tetap menjaga silaturahim dengan sang trainer via FB.

Suatu hari, seperti biasa, ketika seorang trainer menulis status FB, pasti berbau hal-hal yang bisa memotivasi seseorang, seperti apa yang selama ini dilakukan mereka via training. Izinkan aku untuk mengutip sebuah lirik yang mungkin tak asing di telinga kita: “Berawal dari Facebook baruku.. Kau datang dengan cara tiba-tiba..”

Ya! Berawal dari sebuah status FB sang trainer yang begitu memotivasi para pembaca, ada salah seorang akhwat yang pernah menjadi peserta training yang mengomentari status tersebut. Intinya, sang akhwat tersentuh dengan kata-kata yang dituangkan sang trainer dalam statusnya. Dari situlah, sang trainer akhirnya berkunjung ke FB sang akhwat -karena merasa belum mengenal sang akhwat- hanya sekadar ingin mengingat-ingat mungkin sang akhwat pernah menjadi salah satu peserta trainingnya.

Tak dinyana, ketika memasuki halaman FB sang akhwat, ada sebuah rasa yang muncul dalam hati dan sebuah bisikan yang begitu halus dan berulang : “Aku yakin, dia jodohku..”. Interaksi dan komunikasi pun terjalin via FB hingga akhirnya sang trainer memutuskan untuk meminang sang akhwat menjadi istrinya. Gayung pun bersambut, sang akhwat menerima pinangan itu dan mereka menikah. Simple, isn’t it?

Cerita Jodoh(ku) part 2: Love at the first sight

Love at the first sight atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “cinta pada pandangan pertama”. Menurut penelitian para ilmuwan, cinta jenis ini sering terjadi pada laki-laki. Ketika seorang laki-laki melihat seorang perempuan dan dengan serta merta ada rasa cinta tumbuh dari sana. Itulah yang dinamakan cinta pada pandangan pertama, ada suatu ketertarikan tertentu saat pertama kali melihat seorang perempuan.

Pada suatu agenda dakwah, yang tanpa hijab (pembatas antara ikhwan dan akhwat), seorang ikhwan -yang memang sedang mencari jodohnya- merasa menemukan jodohnya ketika ia melihat dari kejauhan ada seorang akhwat yang membuat jantungnya berdebar-debar dan muncullah bisikan dari hatinya: “Aha, dialah orangnya..”

Tentu, bagi aktivis dakwah ketika ada perasaan yang muncul terhadap lawan jenis, tak serta merta disampaikan secara langsung kepada yang bersangkutan. Sang ikhwan berjuang untuk mengikuti kata hatinya karena ada keyakinan yang mendalam bahwa akhwat itulah jodohnya. Karena ia pun sudah masuk dalam kategori ‘siap nikah’, maka tak ada kata lain selain untuk berta’aruf dengan sang akhwat. Ia mencari tahu siapa Murabbiyah (guru ngaji) sang akhwat dan mencari tahu nomor HPnya. Allah pun memudahkan jalannya. Sang murabbiyah akhwat ternyata adalah orang yang sudah dikenalnya. Sang ikhwan akhirnya menghubungi sang murabbiyah dan menyatakan diri untuk berta’aruf dengan akhwat yang dimaksud.

Sang akhwat yang tidak tahu menahu tentang sang ikhwan, akhirnya mengiyakan untuk melanjutkan proses ta’aruf, tentunya setelah istikharah panjangnya. Proses ta’aruf pun berlangsung, mulai pertemuan pertama, kedua, yang didampingi oleh guru ngaji masing-masing (tak berduaan), ada begitu banyak kecocokan, dan akhirnya pertemuan berlanjut ke pertemuan pihak keluarga masing-masing. Kedua pihak keluarga pun merasa cocok, tak ada masalah, hingga akhirnya sang ikhwan mengkhitbah (meminang) sang akhwat dan tanpa berlama-lama dalam proses, mereka pun menikah. Barakallah..

Cerita Jodoh(ku) part 3: Halalkan saja..

Jika dua cerita di atas berkisah tentang dua orang yang awalnya belum saling kenal dalam menemukan jodohnya, maka pada cerita ketiga ini, aku menceritakan kisah yang sedikit berbeda, dua orang yang sudah saling kenal dan memang mereka berjodoh pada akhirnya.

Cerita ini bermula dari tiga orang aktivis dakwah yang diamanahkan untuk pergi ke suatu kota untuk suatu tugas dakwah tertentu, untuk menetap agak lama di kota itu. Tiga orang ini terdiri dari dua akhwat dan satu ikhwan. Qadarullah, salah seorang akhwat tidak bisa pergi karena ada satu keperluan yang begitu mendesak yang tidak bisa ditinggalkan. Lantas bagaimana dengan tugas dakwah yang sudah diamanahkan kepada mereka bertiga? Akankah tetap berjalan dengan satu orang yang tidak ikut serta? Itu berarti hanya ada satu ikhwan dan satu akhwat yang akan pergi. Dan mereka berdua bukanlah mahramnya. Bukankah akan terjadi fitnah yang besar jika dua orang yang bukan mahramnya melakukan perjalanan bersama?

Maka, mereka pun berkonsultasi kepada sang qiyadah. “Ustadz, bagaimana kami bisa pergi berdua saja karena kami bukan mahram? Adakah yang bisa menggantikan al-ukh yang tidak bisa pergi itu? Ataukah ustadz ada saran lain?”

Sang ustadz menjawab dengan mantap: “Ya sudah, halalkan saja..”. Akhirnya, mereka menikah dan melanjutkan perjalanan dakwah bersama. Subhanallah, inikah yang dinamakan ‘”menikah di jalan dakwah”?? Ketika hati tak lagi ragu, ketika dakwah menjadi alasan pernikahan mereka, bukan alasan lain yang bersifat duniawi.

Cerita Jodoh(ku) part 4: Ternyata jodohku dia..

Seorang ikhwan yang dikategorikan siap nikah, sedang berikhtiar menjemput jodohnya. Proposal nikah pun sudah diajukan kepada sang Murabbi untuk dicarikan pendamping hidup.
Tak lama berselang, ta’aruf dengan seorang akhwat pun dilakukan. Namun, proses kandas di tengah jalan. Ta’aruf-ta’aruf berikutnya pun demikian, tak ada yang sampai pelaminan bahkan khitbah pun belum. Berkali-kali ta’aruf, rupanya sang ikhwan belum juga menemukan jodohnya.

Hingga akhirnya pada suatu ketika, sang ikhwan ditawari seorang akhwat oleh sang Murabbi. Akhwat yang dimaksud tak lain tak bukan adalah adik kelasnya yang juga satu organisasi dakwah. Proses ta’aruf yang dijalani begitu lancar dan berlanjut hingga ke pelaminan.
“Ternyata jodohku dia..”, gumam sang ikhwan setelah pernikahan berlangsung. Mungkin akan ada suatu lintasan pikiran dalam benak sang ikhwan: “Andai saja dari dulu saya tahu kalo jodohku dia, dari awal aja proses dengan dia..”. Sayangnya, kita tak pernah tahu siapa jodoh kita sebelum kita benar-benar menemukannya dan menikah dengannya.
 
####

Sahabat, begitulah beberapa cerita jodoh(ku) yang bisa aku angkat dalam tulisan ini. Ada yang pertama kali berinteraksi, langsung mengetahui bahwa dia jodohnya. Ada pula yang sudah kenal sebelumnya dan tidak pernah menduga, ternyata berjodoh. Jodoh benar-benar misteri, tinggal kita yang memilih bagaimana proses penjemputan jodoh yang akan kita torehkan dalam cerita jodoh(ku). Apapun ikhtiar yang dilakukan, semoga menuai berkah Allah.

Jika di awal jalan menuju pernikahan saja sudah tidak berkah, maka mungkinkah keberkahan berumah tangga akan terwujud? Semoga kita bisa menjaga keberkahan proses dari awal hingga akhir.

Sahabat, memang betul bahwa Allah pembuat scenario terbaik, sutradara terbaik dalam kehidupan ini. Tapi ingat! Kita adalah aktornya, performance aktor lah yang akan dilihat, bisakah sang aktor berperan sesuai dengan yang diharapkan sang sutradara seperti yang tertuang dalam scenario?

Allah memang sudah menetapkan jodoh kita di Lauh Mahfudz sana, jauh sebelum kita lahir ke dunia ini. Apakah kita akan berjodoh dengan orang yang belum dikenal sebelumnya atau bahkan orang yang sudah kita kenal dan dekat di sekitar kita. Tinggal kita yang memilih akan menjemput jodoh yang disertai keberkahan atau tidak.

Lantas apa yang dimaksud dengan berkah Allah dan bagaimana cara agar apa yang dilakukan senantiasa mendapat keberkahan dari Allah?

Berkah, jika dilihat dari bahasa berupa kata ‘al-barakah’, yang artinya berkembang, bertambah dan kebahagiaan. Asal makna keberkahan, begitu Imam Nawawi berkata, ialah kebaikan yang banyak dan abadi.

Ada 2 syarat agar barakah Allah senantiasa menaungi kita. Pertama, iman kepada Allah. Jadi, hanya orang mukminlah yang mendapatkan barakah Allah, seperti yang Allah sampaikan langsung melalui surat cintaNYA:
 ”Andaikata penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS. Al-A’raaf [7] : 96)

Orang yang merealisasikan keimanannya kepada Allah, dengan hanya bergantung padaNYA, yakin padaNYA, senantiasa menyertakan Allah dalam setiap apa yang dilakukan, merekalah orang-orang yang akan mendapatkan barakah Allah. Semoga kita termasuk ke dalamnya. Aamiin.

Syarat kedua, amal shalih. Amal shalih adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-NYA, sesuai dengan syariat yang diajarkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.
Jadi, untuk meraih keberkahan dalam ikhtiar menjemput jodoh, kita harus YAKIN ke Allah bahwa jodoh kita takkan pernah tertukar. Kita pun harus menyertakan Allah dalam setiap mengambil keputusan terkait jodoh ini, selalu istikharah memohon petunjukNYA. Dan yang tak kalah penting, perbanyak amal shalih, semakin dekat ke Allah dan menjauhi apa-apa yang dilarangNYA. Tidak bermaksiat ketika proses menjemput jodoh itu berlangsung. Tidak ada jalan berdua yang akan mendekati zina, tidak ada sms mesra dengan kata-kata penuh cinta, tidak ada chatting untuk hal-hal yang tak penting, sebelum akad ditunaikan.

Setiap orang yang sedang dimabuk cinta -tulis Dr. Khalid Jamal dalam buku Ajari Aku Cinta di halaman ke 25- pasti ia tidak menghendaki kekasihnya merupakan salah satu komponen kemaksiatan yang ia lakukan. Demikian pula ia tidak mau menjadi salah satu komponen kemaksiatan yang dilakukan kekasihnya. Camkanlah arti kata cinta yang amat mulia tersebut.

Bukankah kita sudah yakin dengan janji-NYA yang tertuang seperti ini dalam ayat cintaNYA?
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).” (QS. An-nuur [24] : 26)

Maka, hal yang paling tepat untuk dilakukan dalam penantian bertemu dengan jodoh hanyalah memperbaiki diri. Yakinlah, ketika diri ini sedang berusaha memperbaiki diri, maka ia-pun yang entah berada di belahan bumi yang mana, yang telah tertulis dalam kitabNYA, juga sedang berusaha memperbaiki diri. Dan semoga Allah mempertemukan kita dengannya dalam kondisi keimanan terbaik yang mampu untuk diusahakan.

Sahabat, jika diibaratkan hari ini kita berada pada waktu pagi setelah sarapan, maka bertemunya kita dengan sang jodoh adalah waktu makan siang kita. Jika sudah tiba waktu makan siang, maka kita pun akan segera sampai pada waktu makan siang kita. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan waktu dari pagi hingga siang itu untuk mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat bukan sekadar menunggu jam makan siang yang akan membuat kita menjadi bosan.

Ada banyak hal yang bisa kita lakukan dalam ikhtiar menjemput jodoh. Selain berikhtiar mencari atau meminta dicarikan pendamping hidup, satu hal yang paling penting adalah mempersiapkan diri menuju gerbang pernikahan. Bukan, bukan persiapan hari H resepsi pernikahan yang cuma satu hari yang aku maksudkan di sini. Tapi, hari-hari setelah hari H: sudah siapkah kita menjadi seorang suami/istri, sudah siapkah kita menjadi ayah/ibu, sudah siapkah kita menjadi seorang menantu, sudah siapkah kita menjadi adik/kakak ipar, sudah siapkah kita menjadi bagian dari keluarga besar suami/istri kita, dan sudah siapkah kita menjadi seorang tetangga? Dan pertanyaan utama yang patut dipertanyakan adalah akan dibawa ke mana bahtera rumah tangga kita nantinya??

Maka, Sahabat, mari kita tunggu waktu makan siang kita dengan menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat, bukan saja menyiapkan diri menuju gerbang pernikahan, tapi juga menyibukkan diri dengan amanah yang saat ini kita emban. Jangan sampai kita focus menyiapkan diri menuju pernikahan tapi malah menelantarkan apa-apa yang saat ini Allah amanahkan kepada kita. Umat butuh kontribusi kongkret dari kita -para pemuda-, maka bekerjalah. Bekerja untuk Indonesia. Bekerja untuk Allah.

Terakhir, izinkan aku mengutip sebuah kalimat dari Majalah Ummi edisi 02/XVII/Juni 2005:
“… menikah justru akan membuka pintu rizki, bila dilakukan dengan persiapan yang matang, pemikiran yang tepat dan niat yang ikhlas. Mudah-mudahan Allah berkenan memberikan kemudahan kepada kita semua…”

By: Lhinblue alfayruz, yang sering khilaf dalam berkata-kata, yang masih dangkal dalam setiap ilmu
www.dakwatuna.com

Enam Pesan Ahli Surga

 

Betapa indahnya ketika berbicara tentang surga. Dan tahukan engkau apa itu surga? Surga adalah rumah tinggal yang abadi yang menjadi tujuan setiap hamba Allah yang shalih. Surga adalah pusat aspirasi semua hamba Allah. Surga adalah di atas apa yang kita lihat, di atas apa yang kita dengar dan di atas apa yang muncul dalam pikiran manusia,

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Kahfi ayat 107-108:
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, (*) Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya. (QS Al-Kahfi: 107-108).

Rasulallah SAW bersabda, sebagaimana disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim dari hadits riwayat Abu Hurairah, (Allah berfirman, Aku telah mempersiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih surga yang (kenikmatannya) belum pernah ada mata yang telah melihat, dan tidak pernah ada telinga yang telah mendengar maupun telah terdetik di hati manusia).

Dengan kasih Allah dan rahmat-Nya kepada kita,  Dia telah membentangkan gambaran surga yang nikmat itu, dengan menekankan keabadian dan kesempurnaan, tanpa kekurangan sedikitpun, tidak panas atau dingin, tidak lelah dan tidak sibuk dengan hiruk pikuk, tak ada kerugian, tidak ada yang dicurangi. Sekali teguk kenikmatan di surga melupakan semua penderitaan dalam hidup ini. Timbul pertanyaan, mengapa semua ini diceritakan wahai hamba-hamba Allah? Hal ini semata untuk mengajak orang-orang beriman ke surga dengan penuh semangat. Agar mereka bergegas menuju berbagai kebahagiaan, taman dan segala istananya.  Sebab surga adalah tempat tinggal yang Allah ciptakan dengan tangan-Nya sendiri, dipersiapkan sebagai rumah untuk orang-orang yang dicintai-Nya agar mengisinya dengan rahmat, kemuliaan dan ridha-Nya. Dia menggambarkan kenikmatannya sebagai kemenangan besar, pemiliknya sebagai raja diraja, segala kebaikan dan kemurniannya dijaga dari setiap cacat dan kekurangan. Celakalah jiwa-jiwa yang tidak menginginkan hal itu, tidak ingin melihatnya, dan tidak berusaha untuk masuk ke dalamnya!

Pada kesempatan ini, saya ingin mengajak pembaca sekalian untuk merenungkan hadits-hadits Nabi SAW yang terkait langsung dengan mereka yang dijanjikan surga, seraya berdoa kepada Allah agar kita dimasukkan surga bersama keluarga dan kerabat kita semua. Tak ada surga kecuali dengan berusaha menggapainya.

Pesan Pertama: Kisah Abu Bakr dan amalan-amalan baiknya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata: “Rasulullah SAW berkata, Siapa di antara kamu yang berpuasa hari ini? Abu Bakar menjawab: “Aku”. Dia bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang telah mengikuti pemakaman hari ini?” Abu Bakar berkata: “Aku”. Dia berkata lagi, “Siapa di antara kalian yang memberi makan orang miskin hari ini? Abu Bakar berkata, “Aku”. Dia bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Aku”. Rasulullah SAW kemudian bersabda, “Jika terkumpul seluruh amalan seperti di pria ini, niscaya ia akan masuk surga”.
Diriwayatkan dari Abd al-Rahman bin Abi Bakr,  dia berkata, “Rasulullah SAW shalat subuh, kemudian bertemu dengan para sahabatnya”. Dia berkata: “Apakah ada di antara kalian yang hari ini berpuasa? Umar bin al-Khattab menjawab, “Ya Rasulallah, aku tidak berniat puasa, maka pagi ini aku berbuka (sarapan).” Abu Bakar berkata, “Kalau aku, sejak semalam sudah berkata pada diriku sendiri untuk puasa, maka aku puasa.” Rasulullah SAW kemudian bertanya lagi, “Apakah ada di antara kalian hari ini yang menjenguk orang sakit? Umar berkata, “Ya Rasulallah, kami shalat dan berdoa denganmu, bagaimana kami dapat menjenguk orang yang sakit?” Abu Bakar berkata: “Aku mendengar bahwa adikku, Abdul Rahman bin Auf, merintih maka aku mencari cara untuk bisa mengunjunginya ketika aku datang ke masjid, Rasulullah SAW bertanya lagi, “Sudahkan ada di antara kalian yang bersedekah hari ini? Umar berkata, “Ya Rasulallah, kami kan shalat dan  berdoa bersamamu dan tidak sempat istirahat.” Abu Bakar berkata: “Ketika aku masuk masjid di tengah jalan kujumpai pengemis, di tanganku ada segenggam roti yang kudapat dari Abdurrahman, aku berikan kepadanya”. Rasulallah SAW kemudian bersabda, “Aku beri kabar gembira untukmu (Abu Bakar, termasuk ahli) surga.” Umar menggumam, “oh…oh… oh… ahli surga.”

Pesan Kedua: Utsman radhiallahu anhu dan Infaq.

Diriwayatkan dari Tsamama bin Hazn al-Qusyairi, radhiallahu anhu, dia berkata: Aku menyaksikan Peristiwa Dar (yaum al-dar), ketika mereka, penduduk Madinah, memuliakan Ustman untuk bercerita amal-amal baiknya di hari itu. Ustman berkata: “Tahukah kalian bahwa ketika Rasulallah sampai ke kota Madinah, dan tak ada cadangan air (di kota itu) kecuali sumur milik Raumah. Rasulallah SAW bersabda, “Barangsiapa yang membelinya dan menjadikan embernya dan ember kaum muslimin masuk ke sumur itu, niscaya baginya surga? Aku membelinya dari harta tabunganku. Hingga hari ini, aku larang diriku sendiri untuk meminum air dari sumur itu hingga aku harus minum air laut. Mereka menjawab, “Ya”. Utsman berkata lagi, “Dan dengan memuji Allah dan mengagungkan Islam, tahukah kalian bahwa (suatu hari) masjid itu sudah sempit dengan jamaah, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mau membebaskan tanah si fulan, niscaya diberikan kebaikan baginya dari masjid itu hingga ke surga, aku membelinya dari hartaku. Hingga hari ini aku cegah diriku untuk shalat dua rakaat di masjid itu”. Mereka berkata, “Ya”. Ustman berkata lagi, “Dengan memuji Allah dan mengagungkan Islam, Tahukan kalian bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa di antara kalian yang membekali tentara, niscaya wajib baginya surga. Maka aku berikan perbekalan (pada tentara). Mereka berkata, “Ya Allah, ya benar”. Ustman berkata lagi, “Dengan memuji Allah, Tahukah kalian aku  dulu berada di gunung Tsabir di pinggir kota Mekah bersama-sama dengan Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar, maka tiba-tiba gunung terguncang, sehingga batunya berjatuhan ke dasar, Rasulullah SAW menghindar dengan kakinya, dan berkata: “Tenanglah wahai (gunung) Tsabir. Sesungguhnya, di dekatmu ada seorang Nabi, seorang yang jujur dan dua orang yang menjadi syahid. Mereka berkata, “Ya”. Ustman berkata, “Allah Akbar, saksikanlah aku agar kelak masuk surga, wahai tuhan pemilik Ka’bah. Ia berucap tiga kali.

Pesan Ketiga: Terjaga dengan ibadah di waktu malam:

Salah seorang tabiin (generasi setelah sahabat Nabi) berkata, saat itu mereka tengah merindukan surga dan para bidadarinya, “Aku akan membeli seorang bidadari dari sekian banyak bidadari surga dengan mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu malam, aku tidak akan tidur sampai aku selesai khatam tersebut.” Dia sudah mengkhatamkan sebanyak dua puluh Sembilan juz, lalu rasa kantuk menyerang hingga ia tertidur. Dalam tidurnya ia mimpi bertemu bidadari, dan sang bidadari berkata berkata,
Apakah engkau akan meminang bidadari sepertiku, dan engkau tertidur. Sementara orang yang mencintaiku, aku haramkan tertidur. Karena aku dicipta untuk setiap orang yang banyak melakukan shalat dan rajin bangun malam. Mendengar itu, ia terbangun, dan langsung melanjutkan usahanya, dan ia kemudian berkata: Dengan izin dan rahmat Allah, aku akan berusaha untuk mendapatkan semua ini, untuk mendapatkan salah satu dari bidadari itu.
Abu Sulaiman Aldarini – belas kasihan Tuhan – suatu kali tertidur pada suatu malam malam, dia dikenal sebagai ahli ibadah, seorang yang zuhud, dan tulus kepada Allah, dan ketulusan dengan Tuhan, Yaman itu sendiri, termasuk surga yang penuh kenikmatan. Pada suatu malam dia berkata, tidur dan diri kadang-kadang berbicara tentang apa yang Anda inginkan dan apa yang ingin Anda dan termasuk cinta – berkata: Aku melihat – sebagaimana yang sering dilihat oleh orang tengah tidur, suatu kali bidadari datang kepadaku dan berkata: “Inikah perbuatan orang-orang shalih?” “Wahai Abu Sulaiman – Apakah engkau tertidur dan aku telah menunggumu sejak lima ratus tahun”. Tidak ada Tuhan selain Allah; Sejak itu, ia tak lagi tidur kecuali hanya sedikit saja, hal itu dimaksudkan agar ia sungguh-sungguh bertemu dengannya.

Pesan Keempat: Bilal bin Rabah, radhiallahu anhu dan wudhu:

Bilal adalah bujang yang bekerja pada Abu Bakar, semoga Allah senang dengan dia. Ia termasuk orang-orang yang pertama masuk Islam, karena itu ia dihukum oleh kaumnya dan mereka memaksanya untuk bersaksi “Tuhanku Latta dan Uzza”. Namun, Bilal tetap teguh berkata, “Ahad… ahad…”  Datanglah Abu Bakar dan membebaskannya dari perbudakan dengan membelinya seharga tujuh (sebagian mengatakan lima) kantong emas. Rasullah SAW kemudian menyatakannya sebagai manusia merdeka. Maka, sejak itu Bilal menjadi muadzin Nabi, baik saat berdiam di Madinah atau saat berperjalanan.
Abu Hurairah RA berkata: Suatu hari Rasulullah SAW beserta Bilal: “ceritakanlah padaku satu pekerjaan yang dilakukan dalam Islam memberikan manfaat, aku mendengar Nabi SAW mengatakan ia sudah mendengar suara sandal Bila di surga. Bilal menjawab, aku tidak mengerjakan apa-apa, kecuali menjaga wudhuku hingga seringkali aku shalat maghrib dengan wudhu shalat dzuhur.”

Pesan Kelima:  Di mana tokoh seperti Abu Dahdah sekarang?

Abu Dahdah, nama lengkapnya adalah Tsabit bin Dahdah al-Anshari, salah satu pelaku sejarah perang Uhud dan menemui kematiannya pada perang tersebut. Diriwayatkan dari Jabir bin Samrah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Betapa banyak decak kekaguman untuk Abu Dahdah di surga”. Dan diriwayatkan oleh Imam At-Tabrani dalam kitab Al-Awsat  (2/517)  dari hadits Umar dengan lafadz, manakala ayat Allah SWT turun, “barangsiapa yang memberikan pinjaman kepada Allah sebaik-baik pinjaman” Abu Dahdah berkata, Ya Rasulallah, apakah kita harus meminjamkan Allah dengan harta kita?”. Rasulallah SAW menjawab, “Ya.” Dia berkata: Sesungguhnya aku punya dua dinding (lantai), satu di atas, satu lagi di bawah.. Aku telah meminjamkannya untuk Allah.

Pesan Keenam: Tidak Ghibah:

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “bahwasanya ada seseorang bertanya, Ya Rasulallah, si fulan dikenal banyak melakukan shalat dan puasa, hanya saja dia selalu menyakiti tetangga dengan lidahnya. Rasulallah bersabda, “Dia di neraka.” Orang tersebut bertanya lagi, “Sementara ada juga si fulanah dikenal sedikit saja shalat dan puasanya sebab dia sibuk memberi makan sapinya, dan dia tidak mengguncingkan tetangganya”. Rasulallah SAW bersabda, “dia di surga”.

www.dakwatuna.com  


Wednesday, September 14, 2011

Si Pencari Cinta

 

Alkisah di suatu zaman, hidup seorang lelaki yang mencari cinta, namanya Arjuna. Saking ngebetnya, gunung tertinggi didaki, isi bumi dijelajahi, lautan pun diarungi, cuma untuk mencari tempat berlabuh, yaitu wanita. Gilee beneer... Nih Arjuna, kagak peduli gunung, bumi, lautan, alam semesta ini punya siapa, maen grasak-grusuk aja! Di setiap tempat Arjuna berkata, "Wahai wanita, cintailah aku." Ih... nih anak, malu-maluin ya! Masa' sih sampe' gitu-gitu banget, ya...namanya juga pencari cinta bo!

Di kisah yang lain, seorang laki-laki yang bernama Ibrahim pun mencari cinta. Saat malam mulai menyapa alam, tampak sebuah bintang, tak lama kemudian sang bintang pun tenggelam. "Aku tak menyukai yang tenggelam," kata Ibrahim. Beberapa saat kemudian, terbitlah sang rembulan, bersinar indah penuh kelembutan. Namun, bulan pun hanya sesaat, tersipu malu dengan keindahannya. Semburat cahaya subuh pun menyeruak kegelapan, kokok ayam jantan membelah tetesan embun pagi, tak lama keperkasaan mentari mewayungi jagat raya ini, "Inikah dia yang kucari?" tanya beliau pula. Bukan...bukan itu, karena mentari pun bersujud, lalu merunduk sembunyi.

Ikhwah fillah rahimakumullah...
Kisah di atas adalah ilustrasi dari 2 manusia si pencari cinta. Di dunia ini, betapa banyak orang-orang yang mencari cinta. Namun jelas ada bedanya disini, antara laki-laki yang bernama Arjuna dengan Ibrahim a.s., yang namanya termaktub indah di lembaran suci Al Qur'an. Arjuna mencari cintanya tanpa tedeng aling-aling, gak peduli sana-sini, jumpalitan, cuma mencari cinta wanita. Emangnya salah si Arjuna, karena mencari cinta? Ih...jangan protes dulu dong, emang sih fitrah manusia itu ya pasti merasakan cinta [QS Al Imran: 14]. Tapi apa iya harus seperti itu? Masa' sih akal, nalar dan fikiran sampe' gak jalan, bahkan hingga melebihi cinta-Nya! Waduh...

Padahal banyak kisah cinta sejati di dunia ini lho, salah satunya adalah cinta Ibrahim yang tak pernah pudar, setelah ia mengenal dan mengetahui siapa yang patut menerima cintanya. Beliau mengenal, dan kemudian sayang, lantas jatuh hati kepada Sang Pencipta. Karena itu yang dicintai pun berkenan menyambut cintanya, bahkan menjadikannya sebagai khalilullah [QS An Nisaa': 125].

Cinta disini bukan cinta yang penuh kepalsuan, emosi apalagi birahi, namun cinta laksana mutiara yang memancarkan cintanya pada Rabb seluruh jagat raya ini, mengaliri denyut nadi, helaan nafas serta aliran butir darah untuk tunduk dan patuh pada titah-Nya. Cinta ini mestinya menempati prioritas utama pada diri seorang muslim, yakni cinta kepada Allah SWT, Rasul dan jihad di jalan-Nya. Inilah cinta hakiki!

Dari nenek moyang kita dulu, sampe' sekarang, buanyak buanget manusia-manusia yang telah jatuh cinta, namun apakah cinta mereka dan kita adalah cinta hakiki sebagaimana cinta mereka yang disebut 'manusia langit?'

Adakah cinta kita adalah cinta seorang Sumayah binti Khayyath, yang siap menjadi syahidah pertama dalam sejarah Islam demi mempertahankan akidah yang dicintainya. Ataukah Ali bin Abi Thalib r.a. yang rela 'pasang badan' menggantikan Rasulullah SAW di tempat tidurnya sewaktu beliau keluar untuk hijrah, padahal beliau tahu maut telah didepan mata siap mengancam jiwanya? Atau pun Abu Bakar Shiddiq r.a. yang tak kalah ikhlas tangan dan kakinya dipatuk binatang berbisa saat berdua dengan seseorang yang dicintainya? Ia tak ingin tubuh orang yang dicintai dan dikasihinya tersentuh sedikitpun oleh binatang-binatang yang berbisa itu.

Mereka hanyalah sedikit contoh dari orang-orang yang jatuh cinta dengan cinta yang sebenarnya. Sebuah cinta sejati, cinta hakiki yang mengharapkan ridho Illahi Rabbi.

Nah...sekarang milih yang mana, seorang Arjuna yang grasak-grusuk mencari cinta, atau seorang Ibrahim a.s., Sumayah binti Khayyath, Ali bin Abi Thalib r.a. atau pun Abu Bakar Shiddiq r.a. yang mencari cinta sejati?

Ya akhi wa ukhti,
Semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai hamba-hamba yang selalu mendambakan cinta, keridhoan kepada-Nya ya, insya Allah, aamin allahumma aamiin.

Kutahu pasti cinta-Mu dalam dan murni
Namun mengapa sulit untukku mendapatkan cinta dari-Mu

Hidupku ini terasa hampa dan sunyi
Tanpa belaian kasih sayang-Mu
Cintailah hamba-Mu ini Ya Allah ...

Allah ...
Leraikanlah segala beban di dunia ini
Hanya pada-Mu yang kuharap hanya cinta ikhlas-Mu
Merasuk ke dalam kalbu Allah dengarkanlah hamba-Mu

Allah ...
Dengarkanlah bisikan suara hatiku
Hapuskan noda dan dosa di kalbu
Hanya pada-Mu Agar aku dapat menggapai cinta-Mu

Cintaku pada-Mu ya Allah
Ya Allah

Ku bersujud kepada-Mu Mengharapkan cinta suci-Mu (Snada: Cinta Ilahi)

*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA* Al-Hubb Fillah wa Lillah,

-Abu Aufa-

A Gift for a Great Life

 
A Gift for a Great Life
by Jane Powell

“The life you live is the life you choose.”

You alone have the responsibility to shape your life. Your happiness, success and fulfillment are in your very own hands. You have the right to do whatever you want with it. What an incredible gift you hold. Once you take ownership of it, you realize that nobody can deny you this, except you.

Everyone ultimately has one boss and that boss is you. What you tell yourself to do and the choices you make shape your life and destiny. No matter what the situation, you always have a choice; this is the beauty of being in charge of you.

You hold the power to make your life great. Don’t waste another day. Use it!



 
We all make mistakes.  It's a fact of life.  What
matters is what you do afterwards.

You have a choice.  You can let your mistake
torment you, embarrass you and hold you
back.  Or, you can admit you made a mistake,
learn from it and move on.

Mistakes are lessons in disguise.  You can
learn something from each and every one.
Next time you make a mistake, act quickly
and decisively.  Take responsibility and
look for the lesson.  Use the lesson to reach
greater success and good fortune in your
life.

Learn from your mistakes.  Only then can
they empower you to greater heights.

 
Determined enough
You deserve the very best achievement of which you’re capable. The challenges and setbacks and disappointments are there to make you determined enough to get it.

When it absolutely seems like there’s no way forward, keep going. There’s a way.

If you’re not getting the results you expected, see it as an opportunity to experiment with other approaches. You’ll likely find something that works even better than you could have imagined.

Eventually you’ll look back on all the challenges and be thankful for them. You’ll realize that the strength and effectiveness gained in working through those challenges added great value to the whole undertaking.

You won’t avoid all the setbacks, but then you really wouldn’t want to. For you can choose to take them all in stride and let them make you that much stronger, that much more determined, and that much more successful.

Instead of feeling sorry for yourself, feel inspired about yourself. After all, you had the courage to get started in the first place and you have the determination to keep going no matter what.

Ralph Marston



 
" Morning Coffee"
Created, and maintained by:
Dizzyrizzy2U@aol.com
GrandmaGail2BC@aol.com
Copyright © 1996 -2011
" Morning Coffee" all rights reserved.


Mari Biasakan STW (Shalat Tepat Waktu)

 

Abdullah Ibnu Mas’ud RA berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, amal perbuatan apa yang paling afdhal?” Beliau menjawab, “Shalat tepat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, “Lalu apa lagi?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Berjihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari)

Mendirikan shalat sudah menjadi rutinitas muslim, karena memang itu salah satu hal yang wajib dari perintah wajib lainnya yang harus ditunaikan. Begitu pentingnya shalat ini sehingga tidak ada ruang untuk kita melalaikannya(terutama bagi laki-laki yang sudah baligh); tidak mampu berdiri, kita bisa dengan duduk, tidak bisa duduk dengan berbaring, dan sebagainya sampai kita bisa melakukannya. Atau ketika tidak ada air kita bisa bertayamum, ketika dalam perjalanan kita bisa mengatur waktu shalat kita dengan menjamak atau mengqashar shalat kita. Inilah yang membedakan shalat dengan ibadah lain. Oleh karena itu, hendaklah kita sebagai seorang muslim terus meningkatkan kualitas ibadah shalat yang kita lakukan setiap harinya dengan baik dan benar. Benar dalam arti sesuai dengan Sunnah, Baik dalam arti mengerjakannya Semata-mata hanya karena Allah dan melaksanakan shalat dengan tidak menunda2 waktunya.

Ketika Adzan berkumandang, sudahkah kita menyegerakan shalat? Sudahkah kita memenuhi langsung seruan Allah itu? Saat waktu shalat tiba, tidak ada yang lebih penting untuk dilakukan selain mendirikan shalat dan bergegaslah mencari air untuk berwudhu lalu segera shalat.

Senang rasanya bila senantiasa bisa shalat tepat pada waktunya, apalagi shalatnya berjamaah di Masjid. Selain akan mendapatkan nilai pahala dua puluh tujuh kali lebih utama dibanding shalat sendirian di rumah, seiring dengan itu ingin membangun prestasi dalam shalat. Setiap mukmin seharusnya ada keinginan untuk menjadi yang terbaik di hadapan Allah.
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.(QS 67:1-2)

Bukankah amal shalat yang pertama akan dihisab nanti di akhirat, seperti yang dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya, “Yang pertama dihisab dari amalan hamba pada hari Kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, ia beruntung dan selamat. Akan tetapi jika shalatnya kurang, ia merugi.” Ini kutipan ayat, kita dianjurkan untuk memakmurkan masjid “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman pada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat” Surah At-Taubah ayat 18.
Utsman bin ‘Affan RA berkata; “Barang siapa selalu mengerjakan shalat lima waktu tepat pada waktu utamanya, maka Allah akan memuliakannya dengan sembilan macam kemuliaan, yaitu :
  1. Dicintai Allah
  2. Badannya selalu sehat;
  3. Keberadaannya selalu dijaga malaikat;
  4. Rumahnya diberkahi;
  5. Wajahnya menampakkan jati diri orang shalih;
  6. Hatinya dilunakkan oleh Allah;
  7. Dia akan menyeberang Shirath (jembatan di atas neraka) seperti kilat;
  8. dia akan diselamatkan Allah dari api neraka; dan Allah Akan menempatkannya di surga kelak bertetangga dengan orang-orang yang tidak ada rasa takut bagi mereka dan tidak pula bersedih hati”
Abul Aliyah mengatakan, “Aku akan bepergian beberapa hari untuk menemui seseorang, dan yang pertama kali akan kulihat darinya yaitu shalatnya. Jika ia mendirikan shalat dengan sempurna dan tepat waktu, maka aku akan bersamanya, dan mengambil ilmu darinya. Jika kutemukan ia tidak mempedulikan shalat, maka aku akan meninggalkannya dan mengatakan kepada diriku bahwa selain daripada itu (shalat), pastilah dia lebih tidak peduli lagi”

Allahu Akbar.. Ya Allah aku hadapkan wajahku di hadapan-MU ya Allah semata-mata untuk mengharapkan RidhaMU Segala Puji Hanya bagiMU Ya Rabb… Yang lain kecil Ya Allah Engkaulah Yang Maha Besar
Sudah shalat 5 waktukah anda hari ini? Sudah baik dan benar kah shalat anda? Berjama’ah kah? Dan sudah tepat waktu kah? - Maidani

www.dakwatuna.com

Monday, September 12, 2011

Are you chasing happiness?

 

Are you chasing happiness?
by Jane Powell
 
“Happiness is wanting what you have, not having what you want.”
 
At first glance this sounds like the same thing, take a closer look, it’s not.
 
If you’re completely fulfilled by spending time with your friends and family because you really want to be with them then you truly want what you have.
 
On the flip side, if you drive the nicest car and have a huge house, and have worked hard to get those things, then you’ve been successful at having what you want.
 
When you have what you want eventually the feeling of satisfaction wears off. Once you get what you want the old wants are replaced by new wants and the cycle continues. True happiness remains at bay.
 
Look around you, happiness may be closer than you think. It may just be a matter of changing what you value.



 

When the magic begins
+++++++++++++++++++

You're only a moment away from being more positive and
Effective than you've ever been. You're only a moment away
From living life at its highest level.

The only thing holding you back is your choice to keep
Yourself back. That's a choice you can change right now.

You've gone long enough evading and avoiding your best
Possibilities. Now it's time to accept that you're
Absolutely worthy of the rich, fulfilling life you truly
Desire.

That life can begin to be yours right now. That life can
Start the moment you decide to stop hiding from the unique
Beauty of who you truly are.

Yes, it will take effort, determination, faith, commitment
And discipline. And every moment of it will be infused with
The irreplaceable joy of knowing you're being true to your
Own highest destiny.

Go ahead, from where you are, with what you have, and choose
To be an active participant in the unfolding of your best
Possibilities. This is your life, this is your day, and this
Is when the magic begins.
 



 

Beyond comfort
It can be easy to become comfortable, and that comfort can then become a trap. Though comfort feels nice, it can also hold you back from being your best.
 
After a while, as good as it can feel, comfort will become stale and tedious. You have a fundamental need for growth that, sooner or later, must be fulfilled.
 
Instead of using the comfort you’ve achieved as a refuge from life, use it as a platform from which you will have the confidence to reach even higher. When you’re feeling comfortable, see it as an opportunity to raise your standards.
 
No matter what level you’ve reached, you are always capable of reaching even higher. What a shame it would be to miss out on life’s biggest opportunities just because you wanted to stay comfortable.
 
Think back on all the times in your life when you’ve made the greatest progress. Although those times very likely felt uncomfortable, look at all the wonderful and valuable things you accomplished.
 
Enjoy the comfort you’ve earned, and then step boldly beyond that comfort. For there’s no end to the real value and joy that you can create.
 
 Ralph Marston



 

" Morning Coffee"
Created, and maintained by:
Dizzyrizzy2U@aol.com
GrandmaGail2BC@aol.com
Copyright © 1996 -2011
" Morning Coffee" all rights reserved

Cara Cepat Menjemput Jodoh

 

Sahabatku, Jodoh sudah ditakdirkan Allah, jodoh anda tidak akan kemana-mana dan akan datang jika waktunya tiba. Tugas anda hanyalah berusaha & berdoa untuk segera menjemput jodoh anda. Jangan berputus asa dan bersabarlah dalam menjemput jodoh yang telah ditetapkan Allah.  Allah memberikan pilihan dalam memberikan jodoh untuk anda. Pertama, adalah cepat mendapatkan jodoh. Kedua, lambat mendapatkan jodoh. Pilihan ketiga, menunda mendapatkan jodoh sampai bertemu jodohnya diakhirat kelak. Apapun pilihannya jodoh yang ditentukan Allah, itulah yang terbaik bagi anda. Lantas bagaimana cara cepat untuk mendapatkan jodoh?

Sahabatku, cara cepat menjemput jodoh adalah Perbaikilah diri dan tingkatkan ketaqwaan anda kepada Allah. Terkadang tanpa kita sadari, kita mendikte Allah tentang jodoh kita. Ketika datang seseorang yang mendekati kita untuk membangun hubungan yang serius mewujudkan keluarga sakinah, kita terburu-buru menolaknya, karena tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Cobalah, bila memang ada yang hendak serius tidak serta merta untuk ditolak namun dipetimbangkan terlebih dahulu sekaligus berdoa memohon petunjuk Allah, bisa jadi orang itu yang memang yang dikirim Allah untuk jodoh anda. Berprasangka baiklah pada Allah dan berprasangka baiklah kepada siapapun yang memang hendak berta'aruf dengan anda. Bisa jadi seseorang yang kita anggap buruk, dia adalah baik untuk kita dan yang kita anggap baik, dia adalah orang yang buruk untuk kita. Mohonlah yang terbaik menurut Allah maka terbaik pula untuk kita.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui" (QS. 2 :216).

Wassalam,
M. Agus Syafii

Bounce Back from Tough Times

Bounce Back from Tough Times
by Jane Powell
 
“A lesson from the lawn.”
 
Imagine if a blade of grass decided it had had enough. It was done with having its head snipped off every weekend and its seeds – its future – cut off in their prime. Who could blame it?
 
Yet, what does that ol’ blade of grass do? It doesn’t say:  “I give up! I’m getting nowhere!” It just keeps on growing. It continually takes in the energy from the sunlight and magically converts carbon dioxide from the air into food to make more leaves and more seeds.
 
A blade of grass is resilient.
 
You too, can learn to be as resilient as the grass. You may be cut down on a regular basis, yet your strength is in standing up, dusting yourself off, and starting all over again. Even when grass is covered in concrete, it finds a way to grow up through the cracks.
 
And, so must you.
 
Take a “leaf” out of the grass’ book. Connect with your own resilience and keep on growing.


 

Be Tolerant
 

You have the power to tolerate
anyone and any situation.
 But tolerance is not just suffering
in silence. It means going beyond any
 personal discomfort you may feel,
 and giving a gift to whom ever you
would tolerate. Give your time,
 attention, understanding,
 compassion, care - all are gifts,
 which paradoxically, you also receive
in the process of giving. And, as you do,
 you will experience your own
self esteem and inner strength grow.
In this way you can turn tolerance into strength.

unknown


 
Greater
Even when the pain is great, the goodness in your life is greater. Feel that goodness, wrap your awareness around it, and act on it.
 
You have always known what joy feels like, and you can always allow that joy to flow out through your life. Each joy lives again, even more intensely, every time it is recalled.
 
Gently let go of the beliefs that you need this thing or that situation. Your spirit is always free to soar without limit, no matter what.
 
And when it does, when you allow the joy, when you celebrate the goodness, you bring real value to all that is around you. Instead of pretending that your troubles are an excuse to back down, see that they’re actually an opportunity to enrich your life.
 
Every beauty exists solely because you see it as such. Choose to see the beauty woven through all that is.
 
The love in your life is greater than anything that might seem to bring you down. Allow that love to carry you forward no matter what.
 
Ralph Marston


 

" Morning Coffee"
Created, and maintained by:
Dizzyrizzy2U@aol.com
GrandmaGail2BC@aol.com
Copyright © 1996 -2011
" Morning Coffee" all rights reserved.