Thursday, February 1, 2018

TAFSİR SURAT AL BAYYINAH (BAGIAN 5)


 


🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 09 Jumadal Ūla 1439 H / 26 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Tafsir Juz 30 | Surat Al-Bayyinah
📖 Tafsir Surat Al-Bayyinah (Bagian 5)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Tafsir-H1005
~~~~~

TAFSİR SURAT AL BAYYINAH (BAGIAN 5)


بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
الحمد لله على إحسانه، وشكر الله على توفقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله واهده لا شرك له تعظيم بشأنه وأشهد أن محمد عبده ورسوله دائلا رضوانه, اللهم صلى عليه وعلى آله وصحبه وإخوانه


Kemudian Allāh menyebutkan nasib tentang orang-orang yang kāfir, baik Yahūdi ataupun Nashrāni, baik ahlul kitāb maupun musyrikin.

Kata Allāh:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.

Maka sungguh bathil pendapat orang-orang kaum liberal yang menyatakan bahwasanya Yahūdi dan Nashrāni masuk surga sebagaimana kaum muslimin. Dan mereka menyatakan di surga bukan saja ada surga kaum muslimin, di sampingnya (tetangganya) ada surga Yahūdi dan juga surga Nashrāni.

Subhānallāh.

Ini kekufuran, menyatakan Yahūdi dan Nashrāni masuk surga merupakan kekufuran. Melazimkan menyamakan antara agama tauhīd dengan agama kesyirikan. Melazimkan penyamaan antara yang disembah oleh kaum muslimin dengan yang disembah oleh orang Nashrāni.

Berarti:

√ Menyamakan antara Allāh dengan Nabi 'Īsā 'alayhissalām.
√ Menyamakan antara Allāh dengan Sapi,
√ Menyamakan antara Allāh dengan Budha, Khonghuchu,
√ Menyamakan antara Allāh dengan batu, pohon dan orang yang meninggal. 

Ini tidak benar, ini kekufuran.

Bahkan yang lebih parah yang mengatakan semuanya  masuk surga, (bukan saja Nashrāni tetapi juga Budha, Hindu, Khonghuchu).

Mengapa?

Karena menurut pemikiran mereka bahwa agama itu adalah cara beradab (cara mencapai akhlaq yang baik) dan akhlaq yang baik bisa diperoleh dengan mengikuti agama Budha, Hindu atau agama lainnya yang penting akhlaqnya baik.

Ini tidak benar, Allāh mengutus Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan Allāh memgutus para anbiyyā untuk mentauhīdkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Masalah akhlaq itu urutan yang nomor berapa (nomor belakang) yang pertama masalah tauhīd.

Oleh karenanya ada orang-orang yang berakhlaq mulia tapi divonis oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam masuk neraka Jahannam.

Kenapa?

Karena mereka tidak bertauhīd.

Contohnya:

⑴ 'Abdullāh bin Jud'an.

'Abdullāh bin Jud'an dalam hadīts yang shahīh, 'Āisyah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā pernah bertanya kepada Nabi  shallallāhu 'alayhi wa sallam:

يَا رَسُولَ اللَّهِ ابْنُ جُدْعَانَ كَانَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ يَصِلُ الرَّحِمَ وَيُطْعِمُ الْمِسْكِينَ فَهَلْ ذَاكَ نَافِعُهُ قَالَ  " لاَ يَنْفَعُهُ إِنَّهُ لَمْ يَقُلْ يَوْمًا رَبِّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ " .

"Yā Rasūlullāh, bagaimana dengan 'Abdullāh bin Jud'an, dia adalah orang yang baik, yang menyambung silaturahim, memberi makan kepada orang-orang miskin, apakah bermanfaat bagi dia kebaikannya dahulu di zaman jāhilīyyah?"

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

"Tidak bermanfaat, dia tidak pernah berdo'a kepada Allāh: Yā Allāh ampunilah dosa-dosaku pada hari kiamat kelak."

(HR Muslim nomor 214)

Sehingga dia masuk neraka Jahannam.

⑵  Abū Thalib, paman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Siapa yang lebih hebat daripada Abū Thalib dalam membela Islām? Abū Thalib membela Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan begitu hebatnya, bahkan rela mati untuk membela Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Oleh karenanya tatkala Abū Thalib masih hidup tidak ada orang musyrikin yang berani menganggu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Orang musyrikin mulai mengganggu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam setelah Abū Thalib meninggal dunia.

Tetapi apakah pembelaan Abū Thalib tersebut membuat Abū Thalib selamat dari api neraka Jahannam?

Jawabannya: "Tidak."

Tatkala Abū Thalib akan meninggal dunia, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam  mendatangi Abū Thalib dan mengatakan:

أَىْ عَمِّ، قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ. كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ ". فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ يَا أَبَا طَالِبٍ، تَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَلَمْ يَزَالاَ يُكَلِّمَانِهِ حَتَّى قَالَ آخِرَ شَىْءٍ كَلَّمَهُمْ بِهِ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ. فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم " لأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْهُ "

"Wahai pamanku, ucapkanlah 'Lā ilāha illallāh, kalimat yang aku akan bela engkau di depan Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

Maka Abū Jahal mengatakan:

"Wahai Abū Thalib apakah engkau benci dengan agama bapakmu?"

(Akhirnya Abū Thalib tidak mau mengucapkan: "Lā ilāha illallāh.")

Kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam  mengatakan:

"Aku akan mintakan ampunan bagi engkau wahai pamanku, selama aku tidak dilarang."

(HR Bukhari nomor 3884)

Maka Allāh turunkan ayat yang melarang Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَىٰ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ

"Tidak pantas bagi seorang nabi dan tidak pantas bagi orang-orang yang berimān untuk memohonkan ampunan bagi orang-orang musyrikin meskipun mereka kerabat mereka."

(QS At Tawbah: 113)

Dilarang oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, padahal Abū Thalib jasanya luar biasa.

علمت بأن دين محمد ... من خير أديانِ البرية دينَا لولا الملامة أو حذار مسبة ... لوجدتني سمحا بذاك مبينا

"Sungguh saya tahu bahwasanya agamanya Muhammad adalah agama yang terbaik, kalau bukan karena takut celaan dan cercaan kau akan dapati saya sudah masuk Islām."

Dia (Abū Thalib) takut dicela (dicerca) dan dikatakan meninggalkan agamanya nenek moyangnya, takut dikatakan meninggalkan tradisi, sehingga dia tidak mau masuk Islām. Nasibnya ada di neraka Jahannam, namun tingkatannya agak dinaikkan.

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

وَلَوْلاَ أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرَكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ

"Kalau bukan karena saya maka dia (Abu Thalib) sudah ada di neraka Jahannam paling bawah."

(Hadīts riwayat Ahmad 1774 dan Bukhāri 3883)

Tetapi Abū Thalib disiksa dengan neraka yang paling ringan yang disebutkan bahwa diletakkan dua bara api di bawah kedua telapak kakinya maka otaknya mendidih. Itu adzabnya Abū Thalib.

Oleh karenanya agama yang diserukan oleh Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah agama tauhīd, bukan sekedar akhlaq.

Jangan dikatakan agama ini akhlaq. Agama ini adalah bagaimana mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, bukan mengatur hubungan manusia dengan manusia. Dalam agama, yang pertama adalah hubungan antara manusia dengan pencipta-Nya. Yaitu dia harus menyembah pencipta-Nya saja dan tidak menyembah makhluk yang lain. Ini adalah agama Islām.

Oleh karenanya orang-orang yang menyatakan bahwasanya Yahūdi juga masuk surga, Nashrāni juga masuk surga, Hindu, Budha dan yang lainnya masuk surga (orang-orang pluralisme), apa yang mereka cari?

Kalau ternyata semua masuk surga, lalu untuk apa Allāh mengutus Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam?

Untuk apa Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam mendakwahi Yahūdi dan Nashrāni ?

Untuk apa Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam memerangi mereka?

Untuk Apa?

Apa kurang kerjaan Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam?

Ini adalah pemikiran yang sangat berbahaya yang tersebar di tanah air kita. Dan sangat disayangkan tersebar di orang-orang yang dikenal sebagai guru bangsa, orang intelek yang belajar Islām di negeri kāfir, Subhānallāh.

Belajar Islām di negeri kāfir, apa yang mereka dapatkan dari sana?

Agama tidak didapatkan, moral juga tidak didapatkan, kemudian pulang merusak tanah air kita, merusak aqidah dan juga moral. Ini para perusak yang kemudian dikenal sebagai tokoh-tokoh bangsa.

Oleh karenanya, selamatkan diri kita dan selamatkan keluarga kita dari pemikiran seperti ini.

Ingat, Allāh mengatakan:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

Sesungguhnya orang-orang kāfir dari kalangan ahlul kitāb dan kalangan musyrikin dalam neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya.

Mengapa mereka kekal di dalam neraka Jahannam?

⇒ Karena mereka adalah umat yang terburuk (manusia yang terburuk) yang menyembah manusia seperti mereka, menyembah makhluk seperti mereka.

Setelah Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan tentang kesudahan orang-orang ahlul kitāb (orang-orang kāfir), lalu Allāh menyebutkan tentang orang-orang yang berimān.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّة

Sesungguhnya orang-orang yang berimān dan beramal shālih mereka adalah sebaik-baik makhluk.

Mereka bertauhīd, berimān dan beramal shālih, tunduk kepada Rabb mereka. Di dunia mereka sujud kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, berdo'a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Mereka tidak pernah sujud dan berdo'a kepada selain Allāh. Menjauhkan diri mereka dari segala bentuk kesyirikan. Mereka adalah makhluk yang terbaik.

Apa balasannya?

Kata Allāh:

جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ

Balasan bagi mereka di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah surga 'Adn (tempat tinggal yang abadi) yang mengalir dibawahnya sungai-sungai dalam surga tersebut dan mereka kekal dalam surga tersebut selama-lamanya.

Kata Allāh:

رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ

Allāh ridhā kepada mereka dan mereka ridhā kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, ini adalah balasan bagi orang yang takut kepada Rabb-Nya.

Demikianlah apa yang bisa kita sampaikan dari tafsir surat Al Bayyinah.

Wallāhu Ta'āla A'lam bishawab, Wabillāhi taufīq.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة



🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS