Showing posts with label Bimbingan Islam. Show all posts
Showing posts with label Bimbingan Islam. Show all posts

Sunday, January 21, 2018

Hadits Ke-2 | Penjelasan Penyimpangan dlm Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bag. 06/12)

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 03 Jumadal Ūla 1439 H /20 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 06 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0229
-----------------------------------

*HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULŪHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 6 DARI 12)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Pada kesempatan kali ini kita akan menyebutkan bentuk-bentuk syirik-syirik kecil. Telah saya sebutkan di antara bentuk syirik-syirik kecil dalam bentuk lafal, seperti bersumpah dengan nama selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Contoh syirik lafal:

√ Mengatakan, "Karena Allāh dan karena engkau."

√ Mengatakan, "Kalau bukan karena fulān, maka kita sudah kecolongan."

√ Mengatakan, "Hujan turun karena bintang ini."

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berfirman:

أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِىْ مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ. فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِى وَ كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَ أَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَ كَذَا. فَذَلِكَ كَافِرٌ بِى مُؤْمِنٌ بِالكَوْكَبِ

_"Pada pagi hari, di antara hamba-Ku ada yang berimān kepada-Ku dan ada yang kāfir."_

_"Siapa yang mengatakan, 'Muthirnā bi fadhlillāhi wa rahmatih' (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allāh), maka dialah yang berimān kepada-Ku dan kufur terhadap bintang-bintang."_

_"Sedangkan yang mengatakan 'Muthirnā binau'i kadzā wa kadzā '(Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepada-Ku dan beriman pada bintang-bintang."_

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 846 dan Muslim nomor 71)

Ini merupakan syirik lafal, namun dihukumi oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam atau dihukumi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebagai kesyirikan karena menyandarkan sebab rahmat Allāh kepada bintang.

Sekarang kita akan membahas tentang bentuk-bentuk kesyirikan yang lain, yang berkaitan dengan aqidah.

Diantara syirik ashghar (syirik kecil) adalah bertathayyur. Bertathayyur artinya mengkait-kaitan nasib sial dengan apa yang dia lihat atau apa yang dia dengar dengan nama-nama, benda-benda atau apapun yang berkaitan dengan alam semesta ini dengan kesialan. Di dalam syari'at disebut tathayyur.

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ

_"Thiyarah itu adalah kesyirik."_

Tathayyur diambil kata thāir yaitu burung. Orang-orang jāhilīyyah dahulu, kalau mereka hendak safar mereka pergi ke burung tertentu yang sudah mereka kenal.

Kalau burung itu mereka usir, ternyata burungnya terbang ke kanan maka mereka melanjutka safar mereka, berarti ini tanda nasib baik. Tetapi apabila burung tersebut diusir dan terbang ke kiri mereka membatalkan safar mereka.

Berarti mereka mengkaitkan nasib sial dengan terbangnya burung kearah kiri, ini merupakan kesyirikan. Ini sudah ada sejak zaman dahulu bahkan sejak zaman kaum Nabi Mūsā 'alayhissallām.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan bagaimana kaum nabi Mūsā 'alayhissallām:

فَإِذَا جَآءَتْهُمُ ٱلْحَسَنَةُ قَالُوا۟ لَنَا هَـٰذِهِۦ ۖ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌۭ يَطَّيَّرُوا۟ بِمُوسَىٰ وَمَن مَّعَهُۥٓ ۗ أَلَآ إِنَّمَا طَـٰٓئِرُهُمْ عِندَ ٱللَّهِ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

_Apabila datang kepada mereka (kaum nabi Mūsā) kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah karena (usaha) kami." Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Mūsā dan orang-orang yang besertanya._

_Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allāh, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui."_

(QS Al Arāf: 131)

Yang menentukan kebaikan dan keburukan adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Barangsiapa yang mengkaitkan keburukan dengan hal-hal yang ada di dunia karena sebab Si Fulān, karena sebab burung, karena sebab ada ular yang lewat, karena ada burung hantu di rumah, maka dia telah terjerumus ke dalam kesyirikan. Namun ini merupakan syirik ashghar karena dia menjadikan sesuatu yang bukan sebab dijadikan sebab kesialan.

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

Hadits Ke-2 | Penjelasan Penyimpangan dlm Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bag. 05/12)

🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 02 Jumadal Ūla 1439 H /19 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 05 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0228
-----------------------------------

*HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULŪHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 5 DARI 12)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ada beberapa perkara yang merupakan syirik ashghar (شرك الأصغر) dan dia hanya sekedar lafal, tetapi dilarang oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, karena lafal tersebut mengandung makna kesyirikan meskipun pengucapnya tidak berbuat kesyirikan.

Contohnya:

Perkataan Ibnu 'Abbās radhiyallāhu ta'āla 'anhu tatkala menafsirkan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًۭا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

_"Janganlah kalian menjadikan bagi Allāh tandingan-tandingan, padahal kalian mengetahui."_

(QS Al Baqarah : 22)

Kata Ibnu 'Abbās:

Di antara bentuk menjadikan tandingan bagi Allāh seseorang mengatakan:

لول كالبة هذه لأتانا اللصوص

_"Kalau bukan karena anjing ini, maka pencuri sudah masuk rumah."_

Karena anjing ini menggonggong akhirnya pencuri tidak jadi masuk rumah.

Subhānallāh.

Orang yang mengucapkan ini, dia tahu bahwasanya semua ditakdirkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Allāh menjadikan anjing itu menggonggong. Tetapi tatkala lafal tersebut mengesankan kepada kesyirikan, seakan-akan yang menyebabkan keselamatan adalah anjing itu (dan betul-betul anjing itu yang menyebabkan), tetapi Allāh tidak ingin seperti ini.

Seseorang harus sadar bahwasanya yang menyebabkan semuanya adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tatkala seseorang mengucapakan, "Kalau bukan karena anjing ini, maka pencuri akan masuk ke dalam rumah," maka dihukumi sebagai bentuk kesyirikan.

Ini hanya sekedar lafal, pengucapnya tidak berniat meyakini bahwanya penolongnya adalah anjing itu. Ini banyak dilakukan oleh saudara-saudara kita.

"Waduh kalau bukan karena ini."

"Waduh kalau bukan karena itu."

"Waduh kalau bukan karena om saya."

"Waduh kalau bukan karena Pak Bupati."

Ini sering diucapkan, dan ini merupakan. syirik dalam lafal dan dilarang oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Contohnya:

Seseorang yang bersumpah dengan nama selain nama Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Misalnya:

"Demi Ka'bah," atau "Demi amanah."

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ حَلَفَ بِالْأَمَانَةِ

_"Bukan dari bagian kami orang yang bersumpah dengan amanah."_

(Hadīts riwayat Ahmad nomor 21902)

لَا تَحْلِفُوا بِآبَائِكُمْ

_‌"Janganlah kalian bersumpah dengan nama bapak-bapak kalian."_

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 6157)

مَنْ كَانَ حَالِفًا فَلْيَحْلِفْ بِاللَّهِ أَوْ لِيَصْمُتْ

_"Barangsiapa yang bersumpah, maka bersumpahlah dengan nama Allāh atau hendaknya ia diam."_

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 6646)

Seorang yang bersumpah dengan mengatakan:

"Demi amanah."

"Demi nenek moyangku."

"Demi negeriku," dan yang lainnya.

Dia tidak menjadikan nenek moyangnya sebagai Tuhan, hanya sekedar penghormatan kepada mereka, akan tetapi syari'at tidak memperbolehkan lafal seperti ini, karena lafal ini adalah lafal yang mengarah kepada kesyirikan.

Dan seluruh lafal-lafal yang mengandung kesyirikan dilarang oleh syari'at dan ini termasuk ke dalam syirik ashghar.

Oleh karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ أَشْرَكَ

_"Barangsiapa bersumpah atas nama selain Allāh, maka ia telah kāfir atau berbuat syirik."_

(Hadīts riwayat Abu Daud nomor 3251)

Bagaimana lagi dengan kesyirikan-kesyirikan yang berkaitan dengan amalan dan keyakinan-keyakinan.

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

Thursday, January 18, 2018

Hadits Ke-2 | Penjelasan Penyimpangan dlm Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bag. 04/12)

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 01 Jumadal Ūla 1439 H /18 Januari 2018 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 04 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0227
-----------------------------------

*HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULŪHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 4 DARI 12)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita lihat, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengharāmkan banyak perkara terhadap kaum muslimin agar terjauh dari orang-orang musyrikin, baik dalam perkara ibadah maupun perkara adat.

Contoh perkara ibadah:

⇒ Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang kita meniru gaya-gaya ibadah orang-orang musyrikin.

Sampai Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyuruh para shahābat shalāt menggunakan sandal-sandal (sepatu-sepatu) mereka, karena orang-orang Yahūdi tatkala mereka shalāt mereka tidak menggunakan sandal dan sepatu (di zaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam).

Dalam soal ibadah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyuruh para shahābat menyelisihi orang-orang Yahūdi.

Bahkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang kita untuk mengerjakan shalāt setelah shalāt 'ashar dan shalāt shubuh, karena pada waktu itu penyembah matahari (orang-orang Majusi) sedang beribadah kepada matahari. Puncak ibadah mereka tatkala matahari tenggelam dan matahari terbit.

Tidak hanya dilarang meniru bentuk ibadahnya, waktu ibadahnya pun kita dilarang meniru adat. Kita umatnya diminta jauh-jauh dari bentuk kesyirikan, jangan sampai menyamai orang-orang musyirikan.

Perkara adatpun Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang kita menyerupai (tasyabbuh) dengan mereka.

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

_“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.”_

(Hadīts riwayat Ahmad 2: 50 dan Abū Dāwūd nomor  4031. Syaikhul Islām dalam Iqtidho‘ 1: 269 mengatakan bahwa sanad hadīts ini jayyid/bagus. Syaikh Al Albāniy mengatakan bahwa hadīts ini shahīh sebagaimana dalam Irwa’ul Ghalil nomor1269)

Contohnya dalam perkara jenggot, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

جُزُّوا الشَّوَارِبَ وَأَرْخُوا اللِّحَى خَالِفُوا الْمَجُوسَ

_"Pendekkanlah kumis dan biarkanlah (perihalah) jenggot dan selisilah Majūsi."_

(Hadīts riwayat Muslim nomor 626)

Dan banyak hadīts-hadīts yang seperti ini.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyuruh kita menyelisihi orang-orang musyrikin, karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak ingin kita dekat kepada kesyirikan.

Bahkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menyunnahkan kita membunuh cicak.

Kenapa kita disunnahkan membunuh cicak?

Karena cicak adalah hewan yang meniup apinya Nabi Ibrāhīm 'alayhissallām (bapaknya tauhīd).

Tatkala itu Nabi Ibrāhīm 'alayhissallām sedang dimusuhi oleh orang-orang musyrikin ternyata ada cicak yang ikut membantu orang-orang musyrikin meniup api (menyalakan api) untuk membakar nabi Ibrāhīm 'alayhissallām.

Orang mungkin mengatakan, "Apa salah cicak?"

Nabi ingin menghidupkan kebencian (peperangan) terhadap orang-orang musyrikin, bahwasanya orang yang bertauhīd harus berbeda dengan orang-orang musyrikin, tidak boleh sama. Tauhīd harus istimewa tidak boleh sama dengan orang-orang musyrikin.

Terlebih lagi yang berkaitan dengan syirik langsung, sampai-sampai kita lihat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menghukumi lafal-lafal yang mengarah kepada kesyirikan dengan kesyirikan (dihukumi dengan kesyirikan).

Ada beberapa perkara yang merupakan syirik ashghar (شرك الأصغر) dan dia hanya sekedar lafal, tetapi dilarang oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam karena lafal tersebut mengandung makna kesyirikan meskipun pengucapnya tidak berbuat kesyirikan.

Contohnya:

Tatkala ada seseorang berkata kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
ما شاء الله وشئت

"Māsyā Allāhu wasyi'ta"

_"Karena kehendak Allāh dan kehendakmu."_

Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pun marah, Nabi mengatakan:

 أجعلتني لله نداً

_"Apakah kamu menjadikan aku tandingan bagi Allāh?"_

Katakanlah:

قل ما شاء الله وحده 

_"Hanya karena kehendak Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_

Atau katakan:

ما شاء الله ثم شئت

_"Karena kehendak Allāh kemudian karena kehendakmu."_

Shahābat yang mengatakan, "Karena kehendak Allāh dan kehendakmu wahai Rasūlullāh," sama sekali tidak ada kesyirikan dalam hatinya, dia tidak mungkin menggandengkan Nabi dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Tetapi lafalnya mengandung makna kesyirikan.

Seandainya dia meyakini Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menyertai Allāh dalam mengatur alam semesta, maka dia musyrik (kāfir). Para shahābat tidak demikian, akan tetapi sekedar lafal yang menyatakan:

ما شاء الله وشئت

_"Karena kehendak Allāh dan kehendak engkau wahai Rasūlullāh."_

Ini sekedar lafal tapi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam marah, karena lafal tersebut mengandung makna kesyirikan meskipun pelakunya sama sekali tidak punya i'tikad kesyirikan (tidak ada niat syirik sama sekali), namun dilarang.

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

Wednesday, January 17, 2018

Hadits Ke-2| Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bag. 03/12)



 BimbinganIslam.com
Rabu, 29 Rabi’ul Akhir 1439 H /17 Januari 2018 M
 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
 Hadits Arba’in Nawawī
 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 03 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0226
-----------------------------------
*HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULŪHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 3 DARI 12)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla

Perbedaan syirik akbar (الشرك الأكبر) dengan syirik asghar (الشرك الاصغر), adalah:

⑶ Sebagian ulamā (ada khilāf diantara para ulamā) mengatakan bahwasanya di antara perbedaan antara syirik akbar (الشرك الأكبر) dengan syirik asghar (الشرك الاصغر) adalah syirik akbar tidak akan diampuni.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ

"Sesungguhnya Allāh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu." (QS An Nissā': 48)

Adapun syirik kecil sebagian ulamā mengatakan termasuk ke dalam kehendak Allāh, bisa diampuni bisa juga tidak sebagaimana dosa-dosa yang lain.

Pada poin ketiga ini ada khilāf, sebagian ulama seperti Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah. Banyak perkataan-perkataan beliau yang mengisyaratkan bahwasanya beliau berpendapat syirik kecilpun tidak akan diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Adapun murid beliau Ibnu Qayyim rahimahullāh cenderung kepada pendapat bahwasanya syirik kecil bisa diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Mereka yang mengatakan syirik kecil tidak akan diampuni oleh Allāh mereka berdalīl dengan keumuman firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla: 

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ

"Sesungguhnya Allāh tidak akan mengampuni dosa kesyirikan."

Disini Allāh menyebutkan syirik secara umum, sehingga mencakup syirik besar dan juga syirik kecil.

Dan yang dimaksud oleh para ulamā syirik kecil tidak akan diampuni bukan berarti orang yang melakukan syirik kecil akan masuk ke dalam neraka Jahanam kekal di dalamnya selama-lamanya (bukan seperti ini maksudnya).

Maksudnya syirik kecil jika tidak diampuni artinya pelakunya harus ditimbang ke dalam timbangan keburukan, kemudian dibandingkan dengan kebaikan-kebaikan yang dimiliki oleh hamba tersebut.

Artinya tidak diampuni bukan berarti orang yang melakukan syirik asghar kemudian kekal di dalam neraka jahanam, tidak! tetapi dia harus diletakkan dalam timbangan amal keburukan.

Namun pendapat yang lebih rajīh, Wallāhu a'lam bishawāb, adalah pendapat yang menyatakan syirik kecil di bawah kehendak Allāh Subhānahu wa Ta'āla, sebagaimana dosa-dosa yang lain.

Jika Allāh berkehendak untuk mengampuni maka Allāh ampuni atau jika Allāh berkehendak untuk tidak mengampuni maka Allāh tidak akan ampuni dan akan diletakkan ke dalam  timbangan keburukan.

Kenapa?

Karena banyak ayat-ayat dalam Al Qur'ān yang menyebutkan syirik secara umum tetapi maksudnya syirik akbar.

Contohnya seperti firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

إِنَّهُۥ مَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ ٱلْجَنَّةَ وَمَأْوَىٰهُ ٱلنَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّـٰلِمِينَ مِنْ أَنصَارٍۢ

"Sesungguhnya barangsiapa yang berbuat kesyirikan kepada Allāh maka Allāh harāmkan surga baginya dan tempat kembalinya neraka Jahanam dan tidak ada penolong baginya."(QS Al Mā'idah: 72)

Disini Allāh mengatakan:
"Sesungguhnya barangsiapa yang berbuat kesyirikan."

Maksudnya syirik akbar bukan syirik kecil. Karena Allāh mengatakan, "Allāh harāmkan surga baginya."

Yaitu, tidak mungkin masuk surga selamanya. Padahal lafalnya umum.

Contoh lain firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla : 

 لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ

"Jika engkau berbuat kesyirikan maka akan gugur seluruh amalanmu." (QS Az Zummar: 65)

Maksudnya kesyirikan disini adalah adalah syirik akbar padahal lafalnya umum, dengan ijmā' ulamā maksudnya syirik akbar.

Demikian pula firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla : 

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ

"Sesungguhnya Allāh tidak akan mengampuni dosa kesyirikan."

Maksudnya syirik akbar.

Meskipun dinyatakan dengan nama syirik kecil, bukan berarti dia merupakan dosa yang ringan, dia termasuk dari dosa besar. Walaupun dia disebut dengan syirik kecil tapi dia termasuk dari keumuman kesyirikan dan termasuk dari dosa besar dan bisa mengancam pelakunya terjerumus dalam neraka jahannam.

Bukankah telah kita sampaikan pada pertemuan yang lalu tentang tiga orang yang diadzāb oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla  karena riyā'.
√ Yang berjihād karena riyā'.
√ Yang bershadaqah karena riyā'.
√ Yang menjadi ustadz ('alim) karena riyā'.
Dimasukan ke dalam neraka jahannam.

Oleh karenanya syirik ashghar meskipun dikatakan syirik kecil dia termasuk dosa besar.
Barangsiapa yang memperhatikan bagaimana perhatian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam terhadap tauhīd, maka dia akan sadar bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ingin menjauhkan umatnya dari segala bentuk kesyirikan, sejauh-jauhnya.

Oleh karenanya, Nabi Ibrāhīm 'alayhissallām berdo'a: 

وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ

"Yā Rabb, jauhkan aku dan anak-anakku dari penyembahan berhala." (QS Ibrāhīm: 35)

"Jauhkan aku dari penyembahan berhala, jauhkan aku dan anak-anakku dari kesyirikan." Artinya Nabi Ibrāhīm dan anak-anaknya jauh, bukan hanya sekedar tidak melakukan kesyirikan, tetapi Nabi Ibrāhīm berdo'a agar dijauhkan, dijauhkan sejauh-jauhnya dari segala bentuk kesyirikan. Bukan sekedar jangan membuat kami terjerumus ke dalam kesyirikan, tidak!
Bukan hanya tidak terjerumus bahkan jauh dari kesyirikan dan ini do'anya Nabi Ibrāhīm 'alayhissallām.

Oleh karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengharāmkan banyak perkara terhadap kaum muslimin agar terjauh dari orang-orang musyrikin, baik dalam perkara ibadah maupun perkara adat.
Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
_____________________

Hadits Ke-2 | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bag. 02/12)



 BimbinganIslam.com
Selasa, 29 Rabi’ul Akhir 1439 H /16 Januari 2018 M
 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
 Hadits Arba’in Nawawī
 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 02 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0225
----------------------------------- 

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULŪHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 2 DARI 12)

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita sama-sama berusaha untuk membersihkan jiwa kita dari segala bentuk kesyirikan, baik syirik besar maupun syirik kecil dan ini perlu perjuangan.

Perjuangan yang tiada hentinya, karena hal-hal yang bisa memalingkan hati kita dari keikhlāsan sangat banyak. Hal-hal yang bisa menjerumuskan hati kita ke dalam syirik kecil banyak.

Oleh karenanya barangsiapa yang berjuang dan mentahqiq ikrar dia yang selalu dia ucapkan dalam shalātnya: 

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

"Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan."
(QS Al Fatihah: 5)

Maka dia akan selamat dari segala bentuk kesyirikan, sebagaimana penjelasan Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah rahimahullāh. 

Beliau (Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah rahimahullāh) mengatakan: 
 "Barangsiapa yang mentahqiq (mewujudkan): إِيَّاكَ نَعْبُدُ (hanya kepada Engkaulah yang kami beribadah) maka dia akan bersih dari riyā'."

Kenapa?

Karena setiap dia melakukan ibadah, dia selalu ingat bahwasanya, "Kami tidak beribadah kecuali hanya kepada Engkau yā Allāh. Kami tidak bersedekah kecuali hanya untuk Engkua yā Allāh. Kami tidak shalāt. Kami tidak berdakwah, kami tidak berinfāq kecuali karena Engkau yā Allāh."
Maka dia akan selamat dari dosa riyā'.

"Dan barangsiapa yang mewujudkan: وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan), maka dia akan selamat dari penyakit ujub."

Menurut Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah, ujub merupakan syirik kecil, karena seseorang tatkala meraih keberhasilan kemudian dia merasa memiliki peran dalam keberhasilan tersebut, dia merasa karena kecerdasannya, dia merasa karena pengalamannya, dia merasa karena kehebatannya, kepandaiannya, maka dia terjerumus ke dalam ujub.

Orang yang bebas dari ujub dia sadar bahwasanya segala sesuatu berdasarkan isti'ānah (pertolongan) dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Memang dia punya pengalaman, punya kecerdasan, tetapi pengalaman dan kecerdasan tersebut dari Allāh. Allāh siapkan pengalaman tersebut sehingga dia berhasil.

Oleh karenanya barangsiapa mentahqiq (mewujudkan): إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ , maka dia akan bersih dari segala bentuk kesyirikan, riyā' maupun ujub.

Pembahasan kita pada kesempatan kali ini adalah tentang syirik asghar (الشرك الاصغر) dan kita telah jelaskan bahwasanya para ulamā telah membagi syirik menjadi dua, yaitu:
⑴ Syirik Asghar (الشرك الاصغر)
⑵ Syirik Akbar (الشرك الأكبر)
Bedanya apa?
Kita sepakat bahwasanya syirik merupakan dosa besar, sebagaimana telah saya jelaskan bahwa Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan: 

ألا أنبِّئُكم بأكبرِ الكبائرِ . ثلاثًا ، قالوا : بلَى يا رسولَ اللهِ ، قال : الإشراكُ باللهِ ، وعقوقُ الوالدينِ

"Maukah aku kabarkan kepada kalian mengenai dosa-dosa besar yang paling besar?"
Beliau bertanya ini 3x.
Para shahābat mengatakan:
"Tentu wahai Rasūlullāh."
Nabi bersabda:
"Syirik kepada Allāh dan durhaka kepada orang tua."
(Hadīts riwayat Bukhāri dan Muslim) 

Tatkala Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ditanya:

أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ ؟

“Dosa apa yang paling besar di sisi Allah?”
Maka kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam: 

أَنْ تَجْعَلَ لِلّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ.

"Engkau menjadikan tandingan bagi Allāh (menyekutukan Allāh ) padahal Allāh-lah yang telah menciptakanmu." (Hadīts riwayat Bukhāri dan Muslim)

Perbedaan syirik akbar (الشرك الأكبر) dengan syirik asghar (الشرك الاصغر) adalah: 

⑴ Barangsiapa yang terjerumus ke dalam syirik akbar maka dia keluar dari Islām.
Syahadah ' "Lā ilāha illallāh" batal, sebagaimana wudhū bisa batal, shalāt bisa batal, haji bisa batal, puasa bisa batal, demikian juga rukun peryama 'Lā ilāha illallāh bisa batal. Batalnya dengan kesyirikan dan kekufuran.
Adapun syirik kecil tidak.
Barangsiapa yang terjerumus ke dalam syirik kecil (in syā Allāh akan kita jelaskan bentuk-bentuk syirik kecil) maka dia tidak keluar dari Islām (kāfir) dia hanya terjerumus dalam dosa, dosa yang berbahaya namun tidak sampai pada derajat kekāfiran.
Ini perbedan pertama. 

⑵ Jika seseorang terjerumus ke dalam syirik akbar maka seluruh amalan perbuatan dia gugur. 

 لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ
"Jika engkau melakukan kesyirikan maka akan gugur seluruh amalanmu."
(QS Az Zummar: 65)
Adapun syirik kecil maka dia hanya mengugurkan amalan yang tercampurnya saja tidak semua amalan. 

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
_____________________

Hadits Ke-2 | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bag. 01/12)



 BimbinganIslam.com
Senin, 28 Rabi’ul Akhir 1439 H /15 Januari 2018 M
 Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.
 Hadits Arba’in Nawawī
 Hadits Kedua | Penjelasan Penyimpangan Dalam Tauhid Uluhiyyah Syirik Kecil (Bagian 01 dari 12)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0224
----------------------------------- 

HADITS 02 ARBA’IN NAWAWIYYAH - PENJELASAN PENYIMPANGAN DALAM TAUHID ULŪHIYYAH SYIRIK KECIL (BAGIAN 1 DARI 12)

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Alhamdulilāh pada pertemuan yang lalu kita telah membahas:
* Tauhid rubūbiyah dan berbagai macam bentk kesyirikan dan kekufuran yang menyimpang dari tauhīd rubūbiyah.
* Tauhīd ulūhiyah dan kesyirikan-kesyirikan yang menyimpang dari tauhīd ulūhiyah yaitu syirik-syirik akbar.

In syā Allāh, pada kesempatan hari ini kita akan membahas tentang: الشرك الاصغر , syirik kecil.
Karena di antara kesempurnaan tauhīd adalah membersihkan hati dari segala bentuk kesyirikan, baik syirik besar maupun syirik kecil. 

Membersihkan hati dari syirik besar maupun syirik kecil dengan berbagai macam rupa dan warnanya merupakan perkara yang berat, perlu perjuangan. Perjuangan tersebut tidak akan selesai kecuali setelah meninggal dunia. 

Akan tetapi barangsiapa meninggal dunia dalam kondisi bertauhīd tidak berbuat syirik sama sekali (syirik besar maupun syirik kecil) maka dia akan mendapatkan ganjaran yang sangat besar. Di antara ganjaran tersebut adalah dia akan diampuni dosa-dosanya. 

Oleh karenanya di dalam hadīts qudsi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan, Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berfirman: 

يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ، ثُمَّ لَقِيتَنيْ لَا تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا ، لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابهَا مَغْفِرَةً

"Wahai anak Ādām, kalau engkau datang menemuiku dengan membawa dosa sebesar bumi ini, kemudian engkau bertemu dengan Ku dalam kondisi tidak berbuat syirik sama sekali, maka aku akan mendatangi engkau dengan sebesar bumi pula berupa ampunan."
(Hadīts hasan riwayat At Tirmidzī) 

Ini merupakan ganjaran yang luar biasa bagi orang yang memurnikan hatinya, bersih dari segala bentuk kesyirikan, baik syirik akbar maupun syirik kecil.Meskipun dosa sebesar apapun yang dia bawa maka Allāh akan datangkan dengan ampunan sebesar dosa tersebut. 

Sungguh menakjubkan hadīts shahībul bithāqah yang mashyur yang disebutkan Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam. 

يُصَاحُ بِرَجُلٍ مِنْ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ فَيُنْشَرُ لَهُ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ سِجِلاًّ كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَلْ تُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا فَيَقُولُ لاَ يَا رَبِّ فَيَقُولُ أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِى الْحَافِظُونَ ثُمَّ يَقُولُ أَلَكَ عُذْرٌ أَلَكَ حَسَنَةٌ فَيُهَابُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ لاَ. فَيَقُولُ بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَاتٍ وَإِنَّهُ لاَ ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ قَالَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلاَّتِ فَيَقُولُ إِنَّكَ لاَ تُظْلَمُ. فَتُوضَعُ السِّجِلاَّتُ فِى كِفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِى كِفَّةٍ فَطَاشَتِ السِّجِلاَّتُ وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ

"Ada seseorang yang terpilih dari umatku pada hari kiamat dari kebanyakan orang ketika itu, lalu dibentangkan kartu catatan amal keburukannya yang berjumlah 99 kartu. Setiap kartu jika dibentangkan sejauh mata memandang.
Kemudian Allāh menanyakan padanya:
"Apakah engkau mengingkari sedikit pun dari catatanmu ini?"
Ia menjawab:
"Tidak sama sekali wahai Rabbku."
Allāh bertanya lagi:
"Apakah yang mencatat hal ini berbuat zhālim padamu?"
Lalu ditanyakan pula:
"Apakah engkau punya udzur atau ada kebaikan di sisimu?"
Dipanggillah laki-laki tersebut dan ia berkata, “Tidak."
Allāh pun berfirman:
"Sesungguhnya ada kebaikanmu yang masih kami catat. Dan sungguh tidak akan ada kezhāliman atasmu hari ini."
Lantas dikeluarkanlah satu bithāqah (kartu sakti) yang bertuliskan syahadat "'Lā ilāha illallāh wa anna Muhammadan 'abduhu wa rasūluh".
Lalu ia bertanya:
"Apa kartu ini yang bersama dengan catatan-catatanku yang penuh dosa tadi?"
Allāh berkata padanya:
"Sesungguhnya engkau tidaklah zhālim.”
Lantas diletakkanlah kartu-kartu dosa di salah satu daun timbangan dan kartu ampuh ‘'Lā ilāha illallāh" di daun timbangan lainnya.
Ternyata daun timbangan penuh dosa tersebut terkalahkan dengan beratnya kartu ampuh ‘'Lā ilāha illallāh" tadi. (HR Ibnu Majah 4300)

Setiap muslim memiliki kartu 'Lā ilāha illallāh, tetapi tidak semua kwalitasnya sama, barangsiapa yang tauhīdnya tinggi, hatinya bersih dari segala bentuk kesyirikan maka sinar tauhīdnya akan semakin kuat dan akan mudah menghancurkan dosa-dosa yang lain.

Memang berat untuk bisa memurnikan tauhīd dari segala bentuk kesyirikan baik syirik besar maupun syirik kecil. Akan tetapi jika seseorang meninggal dunia dalam kondisi demikian maka ampunan telah menantinya, surga telah menantinya.

Syafā'at Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam telah menantinya.

Dalam hadīts Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan: 

لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا

"Setiap nabi ada do'a yang dikabulkan, dan setiap nabi bersegera berdo'a agar dikabulkan. Akan tetapi aku simpan do'aku untuk dapat memberikan syafā'at kepada umatku pada hari Kiamat.

Dan sesungguhnya, syafā'atku ini akan diperoleh, in syā Allāh bagi orang yang mati dari umatku dalam keadaan tidak menyekutukan Allāh dengan sesuatu apapun." (Hadīts riwayat Muslim nomor 199)

Oleh karenanya orang yang tidak berbuat syirik sama sekali maka dia akan meraih syafā'at Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Demikian saja kajian kita pada kesempatan kali ini, besok in syā Allāh kita lanjutkan lagi dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________

Monday, October 24, 2016

Duniaku Hanyalah Untuk Akhiratku



DUNIAKU HANYALAH UNTUK AKHIRATKU


Pernahkan kita renungkan, betapa cepatnya roda kehidupan kita ini berputar?

Pagi menjadi siang, siang berganti malam. Dan selanjutnya berganti lagi dengan hari yang baru.

Mungkin masih lekat dalam ingatan ketika kita menjalani masa kanak-kanak dan remaja, tak terasa sekarang kita telah dewasa.

Pernahkah kita bertanya, kapankah semuanya ini berakhir?

Satu tahun lagi kah, sepuluh tahun lagi, atau mungkin 50 tahun lagi?

Namun, satu hal yang pasti kita sepakati, bahwa berapa pun lamanya kita hidup di dunia ini, hidup kita akan berakhir dengan kematian.

Satu hal yang pasti,  bahwa kita akan meninggalkan segala yang ada di dunia ini, seluruhnya.

Harta yang kita simpan, anak-anak yang kita besarkan dan pasangan yang kita cintai, untuk menuju akhirat yang kekal abadi, sendirian. Hanya berbekal amalan.

Sudahkah kita siapkan bekal untuk hari yang pasti datang itu?

Atau kita selalu terlena dan larut dalam dunia yang fana sehingga melupakan akhir kehidupan itu?

Marilah kita renungkan sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berikut:

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ : كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : « أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ». قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : « أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ ».

Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata: Aku pernah bersama Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, lalu seorang Anshār mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya:

“Wahai Rasūlullāh, mukmin manakah yang paling baik?”

Beliau bersabda:

“Yang paling baik akhlaknya.”

“Wahai Rasūlullāh, mukmin manakah yang paling cerdas?” Ia kembali bertanya.

Beliau bersabda:

“Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.”

(HR. Ibnu Mājah no. 4259. Dihasankan Syaikh Al-Albāniy rahimahullāh ).

Wahai hamba Allāh yang berakal, carilah bekal untuk akhirat dalam setiap keadaan kita.

Mungkin saat ini kita dikaruniai berbagai kesenangan dan kenikmatan, maka bersyukurlah!

Gunakan semua yang kita punya sebagai sarana untuk meraih ridhā-Nya. Berzakatlah, berinfaklah, tolonglah orang yang kesusahan dengan karunia yang Allāh berikan.

Contohlah shahābat yang paling mulia, Abū Bakar Radhiyallāhu 'anhu, yang mengisi seluruh harinya dengan kebaikan.

Dari Abū Hurairah Radhiyallāhu 'anhu menceritakan bahwa suatu hari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya kepada para shahābatnya:

“Siapakah diantara kalian yang berpuasa hari ini?"

Abū Bakar menjawab, "Saya."

Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Siapakah diantara kalian yang telah mengantar jenazah hari ini?"

Abū Bakar pun menjawab, "Saya."

Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya:

"Siapakah diantara kalian yang telah memberi makan orang miskin hari ini?"

Abū Bakar menjawab lagi, "Saya."

Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam masih bertanya lagi:

"Siapakah diantara kalian yang telah menjenguk orang sakit hari ini?"

Abū Bakar pun menjawab lagi, "Saya."

Lalu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Tidaklah amal-amal yang telah disebutkan tadi berkumpul pada satu orang, melainkan ia akan masuk surga."

[Hadīts riwayat Muslim, no. 1028]

Mungkin di antara kita ada yang sedang tertimpa musibah dan kesedihan, maka bersabarlah!

Ingatlah bahwa Allāh telah menuliskan dan menetapkan semua musibah dengan hikmah-Nya sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.

Ingatlah bahwa dunia ini hanyalah tempat ujian yang pasti berakhir, maka terimalah ketetapan Allāh itu dengan lapang dada.

Jadikan musibah sebagai ladang tempat beramal yang akan kita tuai pada hari akhir.

Penuhilah ladang itu dengan kesabaran, husnuzhān dan rasa harap kepada-Nya, karena Ia telah berjanji:

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَاب

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan disempurnakan pahala mereka tanpa batas.”

(QS Az Zumār: 10)

Ingatlah bahwa kesusahan di dunia ini, tidak ada apa-apanya dengan kesenangan dan kenikmatan yang disediakan bagi orang-orang yang bersabar.

Rasūlullāh bersabda:

ما الدنيا في الآخرة إلا كما يدخل أحدكم أصبعه في اليم فلينظر بما ترجع

“Tidaklah dunia itu dibandingkan akhirat kecuali seperti salah seorang di antara kalian yang mencelupkan jarinya ke lautan, maka lihatlah seberapa yang tersisa (di jari tangannya).”

(Hadīts riwayat Muslim, no 2858)

Dan nantikanlah hari ketika Anda dimasukkan dalam surga yang penuh keindahan  dan kesenangan yang tak pernah Anda bayangkan!

أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ، وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ

“Aku janjikan untuk hamba-hambaku yang shālih (surga) yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak bernah terbetik dalam hati manusia.”

(Muttafaqun ‘alaih).

Wahai hamba Allāh yang menginginkan kebahagiaan yang abadi, sadarilah bahwa dunia ini pasti berlalu dan kita pasti akan sampai pada akhirat, maka carilah bekal sebanyak-banyaknya untuk negeri yang kekal dan pasti akan kita datangi itu.

Perbaikilah shalāt, perbanyak puasa, ringankanlah kesulitan orang lain, tuntutlah ilmu agama, bacalah Al Qurān,  ajarkanlah kebaikan, dan sibukkanlah diri anda dalam kebaikan dan ketaatan.

Lupakanlah semua kesedihan, ketakutan, dan kesulitan karena semuanya akan berlalu.

Waspadalah dengan kesenangan dunia, karena semuanya pasti berakhir.

Beramal lah, karena terlalu banyak amal yang belum kita lakukan dan terlalu sedikit waktu kita untuk kita sia-siakan!

✒Ummu Sholih
 Madinatul Qur’ān

____

www.bimbinganislam.com