Thursday, October 27, 2016
Tuesday, October 25, 2016
Monday, October 24, 2016
Duniaku Hanyalah Untuk Akhiratku
DUNIAKU HANYALAH UNTUK AKHIRATKU
Pernahkan kita renungkan, betapa cepatnya roda kehidupan kita ini berputar?
Pagi menjadi siang, siang berganti malam. Dan selanjutnya berganti lagi dengan hari yang baru.
Mungkin masih lekat dalam ingatan ketika kita menjalani masa kanak-kanak dan remaja, tak terasa sekarang kita telah dewasa.
Pernahkah kita bertanya, kapankah semuanya ini berakhir?
Satu tahun lagi kah, sepuluh tahun lagi, atau mungkin 50 tahun lagi?
Namun, satu hal yang pasti kita sepakati, bahwa berapa pun lamanya kita hidup di dunia ini, hidup kita akan berakhir dengan kematian.
Satu hal yang pasti, bahwa kita akan meninggalkan segala yang ada di dunia ini, seluruhnya.
Harta yang kita simpan, anak-anak yang kita besarkan dan pasangan yang kita cintai, untuk menuju akhirat yang kekal abadi, sendirian. Hanya berbekal amalan.
Sudahkah kita siapkan bekal untuk hari yang pasti datang itu?
Atau kita selalu terlena dan larut dalam dunia yang fana sehingga melupakan akhir kehidupan itu?
Marilah kita renungkan sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berikut:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ : كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : « أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ». قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : « أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ ».
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata: Aku pernah bersama Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, lalu seorang Anshār mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya:
“Wahai Rasūlullāh, mukmin manakah yang paling baik?”
Beliau bersabda:
“Yang paling baik akhlaknya.”
“Wahai Rasūlullāh, mukmin manakah yang paling cerdas?” Ia kembali bertanya.
Beliau bersabda:
“Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.”
(HR. Ibnu Mājah no. 4259. Dihasankan Syaikh Al-Albāniy rahimahullāh ).
Wahai hamba Allāh yang berakal, carilah bekal untuk akhirat dalam setiap keadaan kita.
Mungkin saat ini kita dikaruniai berbagai kesenangan dan kenikmatan, maka bersyukurlah!
Gunakan semua yang kita punya sebagai sarana untuk meraih ridhā-Nya. Berzakatlah, berinfaklah, tolonglah orang yang kesusahan dengan karunia yang Allāh berikan.
Contohlah shahābat yang paling mulia, Abū Bakar Radhiyallāhu 'anhu, yang mengisi seluruh harinya dengan kebaikan.
Dari Abū Hurairah Radhiyallāhu 'anhu menceritakan bahwa suatu hari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya kepada para shahābatnya:
“Siapakah diantara kalian yang berpuasa hari ini?"
Abū Bakar menjawab, "Saya."
Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
"Siapakah diantara kalian yang telah mengantar jenazah hari ini?"
Abū Bakar pun menjawab, "Saya."
Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya:
"Siapakah diantara kalian yang telah memberi makan orang miskin hari ini?"
Abū Bakar menjawab lagi, "Saya."
Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam masih bertanya lagi:
"Siapakah diantara kalian yang telah menjenguk orang sakit hari ini?"
Abū Bakar pun menjawab lagi, "Saya."
Lalu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
"Tidaklah amal-amal yang telah disebutkan tadi berkumpul pada satu orang, melainkan ia akan masuk surga."
[Hadīts riwayat Muslim, no. 1028]
Mungkin di antara kita ada yang sedang tertimpa musibah dan kesedihan, maka bersabarlah!
Ingatlah bahwa Allāh telah menuliskan dan menetapkan semua musibah dengan hikmah-Nya sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.
Ingatlah bahwa dunia ini hanyalah tempat ujian yang pasti berakhir, maka terimalah ketetapan Allāh itu dengan lapang dada.
Jadikan musibah sebagai ladang tempat beramal yang akan kita tuai pada hari akhir.
Penuhilah ladang itu dengan kesabaran, husnuzhān dan rasa harap kepada-Nya, karena Ia telah berjanji:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَاب
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan disempurnakan pahala mereka tanpa batas.”
(QS Az Zumār: 10)
Ingatlah bahwa kesusahan di dunia ini, tidak ada apa-apanya dengan kesenangan dan kenikmatan yang disediakan bagi orang-orang yang bersabar.
Rasūlullāh bersabda:
ما الدنيا في الآخرة إلا كما يدخل أحدكم أصبعه في اليم فلينظر بما ترجع
“Tidaklah dunia itu dibandingkan akhirat kecuali seperti salah seorang di antara kalian yang mencelupkan jarinya ke lautan, maka lihatlah seberapa yang tersisa (di jari tangannya).”
(Hadīts riwayat Muslim, no 2858)
Dan nantikanlah hari ketika Anda dimasukkan dalam surga yang penuh keindahan dan kesenangan yang tak pernah Anda bayangkan!
أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ، وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ
“Aku janjikan untuk hamba-hambaku yang shālih (surga) yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak bernah terbetik dalam hati manusia.”
(Muttafaqun ‘alaih).
Wahai hamba Allāh yang menginginkan kebahagiaan yang abadi, sadarilah bahwa dunia ini pasti berlalu dan kita pasti akan sampai pada akhirat, maka carilah bekal sebanyak-banyaknya untuk negeri yang kekal dan pasti akan kita datangi itu.
Perbaikilah shalāt, perbanyak puasa, ringankanlah kesulitan orang lain, tuntutlah ilmu agama, bacalah Al Qurān, ajarkanlah kebaikan, dan sibukkanlah diri anda dalam kebaikan dan ketaatan.
Lupakanlah semua kesedihan, ketakutan, dan kesulitan karena semuanya akan berlalu.
Waspadalah dengan kesenangan dunia, karena semuanya pasti berakhir.
Beramal lah, karena terlalu banyak amal yang belum kita lakukan dan terlalu sedikit waktu kita untuk kita sia-siakan!
✒Ummu Sholih
Madinatul Qur’ān
____
www.bimbinganislam.com
Wednesday, March 16, 2016
Price You Pay for Holding on to Hate
Price You Pay for Holding on to Hate
by Jane Powell
“Hate is an invisible chain.”
When you don’t let go of hate, you let the thing or person you hate maintain control over you. You allow the hatred to keep the channels of negative energy open, sucking out positive emotions and holding you back from true happiness.
Cut off the hate and move on! When you cleanse your mind and soul of grudges and negative thoughts, you make new room for positive emotions and joy. Take a moment today to consciously let go of all hatred. Savor the new energy that you’ll feel bursting through to take its place!
“Hate is an invisible chain.”
When you don’t let go of hate, you let the thing or person you hate maintain control over you. You allow the hatred to keep the channels of negative energy open, sucking out positive emotions and holding you back from true happiness.
Cut off the hate and move on! When you cleanse your mind and soul of grudges and negative thoughts, you make new room for positive emotions and joy. Take a moment today to consciously let go of all hatred. Savor the new energy that you’ll feel bursting through to take its place!
Sometimes people come into your life
and you know right away that they were meant to be there...to serve
some sort of purpose, teach you a lesson or help figure out who you
are or who you want to become. You never know who these people may
be but you lock eyes with them, you know that very moment that they
will affect your life in some profound way.
And sometimes things happen to you at
the time that may seem horrible, painful and unfair, but in
reflection you realize that without overcoming those obstacles you
would never realize your potential, strength, will power or heart.
Everything happens for a reason.
Nothing happens by chance or by means of luck. Illness, love, lost
moments of true greatness and sheer stupidity all occur to test
limits of your soul.
Without these small tests, life would
be like a smoothly paved, straight, flat road to nowhere safe and
comfortable but dull and utterly pointless.
The people you meet affect your life.
The successes and downfalls that you experience can create whom you
are, and the bad experiences can be learned from. In fact they are
probably the most poignant and important ones. If someone hurts you,
betrays you or breaks your heart, forgive them because they have
helped you learn about trust and the importance of being cautious to
whom you open your heart.
If someone loves you, love them back
unconditionally, not only because they love you, but also because
they are teaching you to love and open your heart and eyes to little
things. Make every day count. Appreciate everything that you
possibly can, for you may never experience it again.
Talk to people whom you have never
talked to before, and actually listen. Let yourself fall in love,
break free and set your sights high. Hold you head up because you
have every right to.
Tell yourself you are a great
individual and believe in yourself, for if you don't believe in
yourself, no one else will believe in you. Create your own life and
then go out and live it.
The Piano Lady
Make it be
Don’t allow the troubles to get the best of you. Instead, allow those troubles to make the best of you.
Don’t tire yourself out fighting against the challenges. Instead, find new energy by embracing those challenges and working through them to create real value.
Always remind yourself that discouragement is nothing more than a response you’ve chosen. When you find that you’ve chosen to let it be, you can just as surely choose to let it go.
In the place of discouragement, you can put determination. It is your life’s energy, and you can point it in whatever direction you choose.
Your most powerful response is not based only on what has already happened. Your most powerful response also takes into account what you wish to make happen next.
Look forward, and envision in great detail the future you desire. Then gather all your energy, and step forward to make it be.
Ralph Marston
Don’t allow the troubles to get the best of you. Instead, allow those troubles to make the best of you.
Don’t tire yourself out fighting against the challenges. Instead, find new energy by embracing those challenges and working through them to create real value.
Always remind yourself that discouragement is nothing more than a response you’ve chosen. When you find that you’ve chosen to let it be, you can just as surely choose to let it go.
In the place of discouragement, you can put determination. It is your life’s energy, and you can point it in whatever direction you choose.
Your most powerful response is not based only on what has already happened. Your most powerful response also takes into account what you wish to make happen next.
Look forward, and envision in great detail the future you desire. Then gather all your energy, and step forward to make it be.
Ralph Marston
" Morning Coffee"
Created, and maintained by:
Dizzyrizzy2U@aol.comGrandmaGail2BC@aol.com
Copyright © 1996 -2015
" Morning Coffee" all rights reserved.
Created, and maintained by:
Dizzyrizzy2U@aol.comGrandmaGail2BC@aol.com
Copyright © 1996 -2015
" Morning Coffee" all rights reserved.
Tuesday, March 15, 2016
Bahaya Kesyirikan
BimbinganIslam.com
Ustadz Abdullāh Roy, MA
Silsilah Belajar Tauhid
🔊Halaqah 03 | Bahaya Kesyirikan
~~~~~~~~~~~~~~~
⬇ Download Audio dan Transkrip
http://goo.gl/iWEn9a
~~~~~~~~~~~~~~~
Ustadz Abdullāh Roy, MA
Silsilah Belajar Tauhid
🔊Halaqah 03 | Bahaya Kesyirikan
~~~~~~~~~~~~~~~
⬇ Download Audio dan Transkrip
http://goo.gl/iWEn9a
~~~~~~~~~~~~~~~
BAHAYA KESYIRIKAN
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله و صحبه أجمعين
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله و صحبه أجمعين
Akhil karīm, tauhid adalah amalan yang paling Allāh cintai,
sebaliknya syirik yaitu menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta'āla di dalam
beribadah adalah amalan yang sangat Allāh murkai.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla memang Maha Pengampun, akan
tetapi bila seseorang meninggal dunia dalam keadaan berbuat syirik besar
kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak
akan mengampuni dosa syirik tersebut.
Orang tersebut akan kekal di neraka selama-lamanya dan
tidak ada harapan baginya untuk masuk ke surganya Allāh Subhānahu wa
Ta'āla. Sungguh ini adalah sebuah kerugian yang tidak ada kerugian lebih
besar daripada kerugian ini.
Allāh berfirman :
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ ﻳَﻐْﻔِﺮُ ﺃَﻥْ ﻳُﺸْﺮَﻙَ ﺑِﻪِ ﻭَﻳَﻐْﻔِﺮُ ﻣَﺎ ﺩُﻭﻥَ ﺫَٰﻟِﻚَ ﻟِﻤَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ ۚ
Sesungguhnya Allāh tidak akan mengampuni dosa syirik dan
masih mengampuni dosa yang lain bagi siapa yang dikehendakinya". (An
Nisa 48)
Allāh juga berfirman:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِالله فَقَدْ حَرَّمَ الله عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَار
Sesungguhnya barangsiapa yang menyekutukan Allāh maka
Allāh mengharamkan baginya surga dan tempat kembalinya adalah neraka
dan tidak ada penolong bagi orang –orang yang zhalim". (QS Al Maidah
72)
Oleh karena itu, hati-hatilah saudaraku dengan dosa yang
satu ini, terkadang seseorang terjerumus ke dalam dosa ini sedangkan dia
tidak menyadarinya.
Bentengilah dirimu dengan perisai ilmu yaitu ilmu agama, belajarlah dan berdoalah kepada Allāh.
Berdoalah kepada Allāh dengan sejujur-jujurnya, semoga
Allāh Subhānahu wa Ta'āla melindungi kita dan juga keluarga kita dari
perbuatan syirik ini.
وصلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين
SYIRIK MEMBATALKAN AMALAN
Halaqoh yang keempat adalah tentang bahwasanya syirik membatalkan amalan. Pernahkan anda kehilangan file data berharga hasil kerja
keras anda selama berhari-hari, atau berbulan-bulan, atau bahkan
bertahun-tahun ? Bagaimanakah perasaan anda saat itu ? Sedih bukan ?
Tekadang seseorang berani untuk membayar jutaan rupiah asal file berharga tersebut kembali.
Saudaraku sekalian, syirik adalah dosa besar yang bisa membatalkan amalan seseorang.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِينَ (65)
بَلِ الله فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ (66)
بَلِ الله فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ (66)
"
Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu, wahai Muhammad dan
kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, bahwa apabila kamu berbuat syirik,
maka sungguh akan batal amalnmu, dan jadilah engkau termasuk orang-orang
yang merugi. Maka sembahlan Allāh saja, dan jadilah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur." (Qs AzZumar 65-66).
Dalam ayat ini, seorang Nabi pun, apabila dia berbuat syirik, maka akan batal amalannya.
Oleh karena itu saudara-saudara sekalian, jagalah amalan
anda yang sudah anda tabung bertahun-tahun, jangan biarkan amalan
tersebut hilang begitu saja, hanya karena kejahilan anda terhadap tauhid
dan juga syirik.
Terkadang sebuah perbuatan yang kita anggap biasa, bisa
menghancurkan amalan sebesar gunung, dan belum tentu ada waktu lagi
untuk bisa menabung kembali.
TAUBAT DARI KESYIRIKAN
Orang yang berbuat syirik, saudara sekalian dan dia
meninggal dunia tanpa bertaubat kepada Allāh, maka dosa syirik tersebut
tidak akan diampuni. Namun apabila dia bertaubat sebelum dia meninggal,
maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan mengampuni dosanya, bagaimanapun
besarnya dosa tersebut.
Taubat nasuha adalah taubat yang terpenuhi didalamnya 3 syarat:
Menyesal
Meninggalkan perbuatan tersebut
Bertekat kuat untuk tidak mengulangi lagi
Menyesal
Meninggalkan perbuatan tersebut
Bertekat kuat untuk tidak mengulangi lagi
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ
لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ الله إِنَّ الله يَغْفِرُ الذُّنُوبَ
جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang telah malampaui batas
terhadap diri sendiri (yaitu dengan berbuat dosa), janganlah kalian
berputus asa dari rahmat Allāh. Sesungguhnya Allāh mengampuni dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS AzZumar ayat 53)
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
إِنَّ الله يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ
Sesungguhnya Allāh menerima taubat seorang hamba selama ruh
belum sampai ke tenggorokan. (Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi dan
juga Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany rahimahullah).
Para sahabat nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak
semuanya lahir dalam keadaan Islam, bahkan banyak diantara mereka yang
masuk Islam ketika sudah besar. Dan sebelumnya bergelimang dengan
kesyirikan. Supaya tidak terjerumus kembali ke dalam kesyirikan, maka
seseorang harus mempelajari tauhid dan memahaminya dengan baik,
mengetahui jenis-jenis kesyirikan, sehingga dia bisa menjauhi kesyirikan
tersebut.
Adab Makan (Makan & Minum Dengan Tangan Kanan)
BimbinganIslam.com
Ustadz Firanda Andirja, MA
Kitābul Jāmi' | Bulūghul Marām
🔊 Hadits ke-15 | Adab Makan (Makan dan Minum Dengan Tangan Kanan)
Ustadz Firanda Andirja, MA
Kitābul Jāmi' | Bulūghul Marām
🔊 Hadits ke-15 | Adab Makan (Makan dan Minum Dengan Tangan Kanan)
َوَعَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ
سَلَّمَ قَالَ: إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا
شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ
بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ (أخرجه مسلم)
Dari Ibnu 'Umar radhiyallāhu 'anhumā bahwasanya Rasūlullāh Shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda :
"Jika salah seseorang di antara kalian makan, maka
hendaknya dia makan dengan tangan kanannya dan jika minum maka hendaknya
juga minum dengan tangan kanannya. Karena sesungguhnya syaithan makan
dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya pula." (HR Muslim)
➖➖➖➖➖➖➖
➖➖➖➖➖➖➖
ADAB MAKAN (MAKAN DAN MINUM DENGAN TANGAN KANAN)
بسم اللّه الرحمن الرحيم
Kita masuk pada halaqoh yang ke-18.
َوَعَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ
سَلَّمَ قَالَ: إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا
شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ
بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ (أخرجه مسلم)
Dari Ibnu 'Umar radhiyallāhu 'anhumā bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda :
"Jika salah seseorang di antara kalian makan, maka
hendaknya dia makan dengan tangan kanannya dan jika minum maka hendaknya
juga minum dengan tangan kanannya. Sesungguhnya syaithan makan dengan
tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya pula." (HR Muslim)
Para ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa
Ta'ālā, sebagian ulama berpendapat bahwasannya makan dan minum dengan
tangan kanan hukumnya hanya sekedar sunnah, tidak sampai pada derajat
wajib karena ini berkaitan dengan masalah adab dan pengarahan.
Namun pendapat yang benar adalah bahwasanya makan dan minum dengan tangan kanan hukumnya adalah WAJIB, bukan sekedar sunnah.
Karena banyak dalil yang menunjukkan hal ini.
Karena banyak dalil yang menunjukkan hal ini.
Di antara dalilnya adalah :
① Dalil yang kuat adalah hadits ini, yaitu makan dan minum
dengan tangan kanan dalam rangka untuk menyelisihi syaithan yang makan
dan minum dengan tangan kiri.
Dan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā memerintahkan kita untuk menyelisihi syaithan dan kita wajib untuk menyelisihi syaithan.
Kata Allāh Subhānahu wa Ta'ālā:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ
ۚ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan." (QS An Nuur: 21)
Karena sifat syaithan makan dan minum dengan menggunakan tangan kiri, maka kita diperintahkan untuk menyelisihinya.
Ini juga dalil berkenaan dengan beriman dengan yang ghaib
yaitu tentang syaithan. Syaithan tidak dapat kita lihat akan tetapi kita
meyakini bahwa syaithan juga makan dan minum dengan menggunakan tangan
kiri.
Di antara dalil yang menguatkan bahwa syaithan makan dan
minum adalah bahwasanya dalam beberapa hadist Rasūlullāh shallallāhu
'alayhi wa sallam yang menyebutkan tentang dampak dari makan dan
minumnya syaithon yaitu buang air.
Dalam hadits disebutkan, ada seseorang di sisi Nabi
shallallāhu 'alayhi wa sallam kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa
sallam mengatakan :
مَا زَالَ نَائِمًا حَتَّى أَصْبَحَ، مَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ، فَقَالَ: بَالَ الشَّيْطَانُ فِي أُذُنِهِ.
Bahwasanya orang tersebut ketiduran sampai pagi hari dan
tidak bangun untuk shalat shubuh. Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa
sallam mengatakan bahwa syaithan telah kencing di telinga orang
tersebut (ini sehingga tertidur pulas dan tidak mendengar adzan
shubuh)."
(HR. Bukhari).
Dalam hadits yang lain Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan bahwa syaithan buang angin. Disebutkan bahwasanya tatkala orang hendak shalat maka syaithan akan mengganggu.
Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:
إِذَا نُودِيَ بِالصَّلاةِ ، أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ لَهُ ضُرَاطٌ
Jika dikumandangkan adzan untuk shalat maka syaithan pun lari dan dia memiliki kentut dan buang angin."
Ini juga menujukkan bahwa syaithan makan dan minum kemudian
buang air dan juga buang angin. Kita beriman akan hal yang ghaib ini.
Jadi yang menunjukkan bahwa makan dan minum dengan tangan
kanan adalah hukumnya WAJIB adalah karena kita diperintahkan untuk
menyelisihi syaithan yang makan dan minum dengan tangan kiri.
② Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memerintahkannya secara mutlak.
Contohnya ketika Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memerintahkan :
يَا غُلامُ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ
Wahai anak muda, makanlah dengan tangan kananmu."
③ Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah mendoakan keburukan bagi orang yang makan dengan tangan kiri.
أن رجلا أكل عند رسول الله صلى الله علية وسلم بشماله . فقال :
" كل بيمينك " قال : لا أستطيع . قال : " لا استطعت " ما منعه إلا الكبر .
قال : فما رفعها إلى فيه
Dalam hadits Salamah bin Al Akwa radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu,
ada seorang yang makan di sisi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam
dengan tangan kiri, maka beliau mengatakan : "Makanlah dengan tangan
kananmu. Kata orang tersebut: "Saya tidak bisa makan dengan tangan kanan"
Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mendoakan
keburukan bagi orang ini, beliau mengatakan: "Engkau tidak akan mampu,
sesungguhnya tidak menghalanginya kecuali karena kesombongan."
Maka orang ini pun tidak mampu mengangkat tangan kanannya untuk makan setelah itu, dia selalu menggunakan tangan kirinya.
Kenapa? Karena dia tidak mau menggunakan tangan kanan dan karena dido'akan keburukan oleh
Kenapa? Karena dia tidak mau menggunakan tangan kanan dan karena dido'akan keburukan oleh
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Kalau perkara makan dengan tangan kanan hanyalah sunnah,
tidak wajib, maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak akan
mendo'akan keburukan bagi orang ini.
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā,
diantara perkara yang perlu kita perhatikan adalah bahwa yang merupakan
perkara ta'abbud (ibadah) adalah makan dan minum dengan tangan kanan.
Adapun menggunakan sendok atau sumpit untuk makan maka ini merupakan perkara adat istiadat.
Yang penting, tatkala kita menggunakan sumpit atau sendok tersebut kita menggunakannya dengan tangan kanan.
Yang penting, tatkala kita menggunakan sumpit atau sendok tersebut kita menggunakannya dengan tangan kanan.
Perkara yang perlu saya ingatkan juga adalah:
• Mengenai minum dengan tangan kiri. Kebiasaan sebagian
orang tatkala sedang makan kemudian merasa tangan kanannya kotor maka
dia pun memegang gelas dengan tangan kiri kemudian minum dengan tangan
kiri tersebut.
Ini merupakan perkara yang diharamkan (tidak boleh),
meskipun tangannya kotor harus memegang gelas tersebut dengan tangan
kanan, nanti toh gelas tersebut akan dicuci juga.
Sehingga, jangan gara-gara takut gelasnya kotor maka kemudian minum dengan tangan kiri karena ini mengikuti cara syaithan.
Sehingga, jangan gara-gara takut gelasnya kotor maka kemudian minum dengan tangan kiri karena ini mengikuti cara syaithan.
• Demikian juga jika seseorang makan dengan menggunakan dua
tangan misalnya, tangan kanannya memegang sendok dan tangan kirinya
memegang garpu.
Maka ingatlah, tangan kiri hanya sekedar untuk membantu tapi tatkala mengangkat makanan hendaknya dengan tangan kanan.
Jangan sampai karena menggunakan garpu dengan tangan
kirinya, kemudian dia makan dengan tangan kirinya juga, inipun
diharamkan oleh para ulama karena mengikuti syaithan.
ADAB MAKAN (LARANGAN MAKAN BERLEBIH-LEBIHAN)
Dari Amar Ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya,
radhiyallāhu 'anhum, berkata: "Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam
bersabda: Makanlah, minumlah, berpakaianlah, dan bersedekahlah tanpa
berlebihan (isrāf) dan tanpa kesombongan."
(Riwayat Ahmad dan Abu Dawud. Imam Bukhari meriwayatkan hadits secara ta'liq)
Kita tahu bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla asalnya menghalalkan bagi hambaNya seluruh perkara-perkara dan rizqi yang baik.
Baik berupa makanan maupun minuman, pakaian, tempat
tinggal, tunggangan/kendaraan dan seluruh kebaikan-kebaikan yang ada di
atas muka bumi, maka hukumnya adalah halal.
Allāh tidak akan mengharamkan bagi para hambaNya kecuali
yang mendatangkan kemadharatan, baik kemadharatan bagi agamanya,
badannya, akalnya, harga dirinya atau bagi hartanya.
Dan hadits ini juga memperkuat akan hal ini. Bahwasanya
seluruh perkara yang baik dan kesenangan yang baik di atas muka bumi ini
dihalalkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah menyatakan dalam Al Qurān :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ّ
Dialah Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang telah menciptakan bagi kalian seluruh yang ada di atas muka bumi ini." (Al-Baqarah 29)
Asalnya seluruh yang baik-baik di atas muka bumi ini hukumnya halal, silakan dimanfaatkan.
Akan tetapi perkara-perkara yang baik tersebut
terkadang-meskipun hukum asalnya baik-dirubah oleh Allāh menjadi
hukumnya haram tatkala mencapai tingkatan saraf (berlebihan) dan
makhyilah.
Oleh karena itu dalam hadits ini dilarang, tetapi ada syaratnya;
① tidak boleh berlebih-lebihan
① tidak boleh berlebih-lebihan
② tidak boleh karena kesombongan
Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyatakan dalam Al Qurān:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا
"Makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan." (Al-A'raf 31)
Oleh karenanya, makanan selama makanan itu baik maka
silakan tapi dengan syarat tidak sampai berlebih-lebihan dan tidak boleh
dalam derajat kesombongan.
Apa bedanya antara saraf (berlebihan) dengan tabdzir?
Para ulama mengatakan:
√ Tabdzir berkaitan dengan kemaksiatan, dia lebih umum.
Misalnya seseorang mengeluarkan hartanya pada hal-hal yang dilarang oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla (namanya mubadzdzīr).
Demikian juga seseorang yang mengeluarkan hartanya yang halal secara berlebih-lebihan, ini juga disebut dengan mubadzīr
√ Saraf dikhususkan untuk perkara yang boleh, makan dan minum asalnya boleh, tapi berlebih-lebihan.
Dan ini bukan perkara yang maksiat, karena boleh.
Allāh berfirman:
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
"Dan sesungguhnya orang-orang yang melakukan tabdzīr adalah saudara-saudaranya syaithan." (Al-iSrā 27)
Oleh karenanya silakan makan, minum dan bersedekah tapi jangan berlebih-lebihan atau karena kesombongan.
Karena bisa jadi, makanan bisa menghantarkan pada sikap
berlebih-lebihan (terlalu banyak atau terlalu mahal), sikap ini akan
memberikan kemadharatan pada tubuh. Seluruh yang berlebih-lebihan akan
memberi kemadharatan pada tubuh.
Dengan makanan juga bisa mengantar seseorang kepada
kesombongan. Seperti seorang membeli makanan yang mahal kemudian dia
tampakkan (pamer) di hadapan teman-temannya, buat apa?
Padahal makan yang penting kenyang, sesekali kita bisa
makanan yang enak, tapi terus-terusan kemudian makan yang enak tetapi
untuk pamer, maka ini diharamkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Demikianlah apa yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini.
وبالله التوفيق والهداية
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
وبالله التوفيق والهداية
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Adab Berpakaian (Hukum Isbal)
BimbinganIslam.com
Ustadz Firanda Andirja, MA
Kitābul Jāmi' | Bulūghul Marām
🔊 Hadits ke-14 | Adab Berpakaian (Hukum Isbal)
⬇ Download Audio dan Transkrip
http://goo.gl/iWEn9a
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
ADAB BERPAKAIAN (HUKUM ISBAL)
Ustadz Firanda Andirja, MA
Kitābul Jāmi' | Bulūghul Marām
🔊 Hadits ke-14 | Adab Berpakaian (Hukum Isbal)
⬇ Download Audio dan Transkrip
http://goo.gl/iWEn9a
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
ADAB BERPAKAIAN (HUKUM ISBAL)
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa
sallam bersabda:
َلَا يَنْظُرُ الله إِلَى مَنْ جَرَّ
ثَوْبَهُ خُيَلَاءَ (مُتَّفَقٌ عَلَيْه)
Allāh tidak akan memandang orang
yang menggeretkan (menjulurkan pakaiannya hingga terseret) pakaiannya karena
sombong.
(Muttafaqun 'alaih)
➖➖➖➖➖➖➖
➖➖➖➖➖➖➖
ADAB BERPAKAIAN (HUKUM ISBAL)
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول
الله
Kita masuk pada halaqoh yang ke-17
tentang hukum isbal.
Dari Ibnu 'Umar radhiyallāhu Ta'ālā
'anhumā beliau berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
َلَا يَنْظُرُ الله إِلَى مَنْ جَرَّ
ثَوْبَهُ خُيَلَاءَ (مُتَّفَقٌ عَلَيْه)
Allāh tidak akan memandang orang
yang menggeretkan (menjulurkan pakaiannya hingga terseret) pakaiannya karena
sombong.
(Muttafaqun 'alaih, HR. Imam
Bukhari dan Imam Muslim)
Lafazh "Tsaub" atau
pakaian pada “مَنْ جَرَّثَوْبَهُ ” (orang yang menggeret/menjulurkan sehingga
terseret pakaiannya) bermakna umum. Yaitu "kullu mā yulbas" yang
artinya "setiap yang dipakai", mencakup: sarung, celana, jubah atau
pakaian apa saja.
Semuanya dilarang untuk dipakai
jika panjang dan tergeret/terseret di atas tanah yang dilakukan karena sombong.
Orang yang melakukan demikian tidak
akan dilihat oleh Allah.
Dalam riwayat disebutkan
"yaumal qiyāmah" (pada hari kiamat), sehingga artinya:
"Allāh tidak akan melihat dia
dengan pandangan rahmat (kasih sayang) ada hari kiamat."
Padahal kita tahu pada hari kiamat,
hari yang sangat dahsyat dan mengerikan, seseorang sangat butuh dengan kasih
sayang (rahmat) Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.
Orang yang isbal karena sombong
akan tidak diperdulikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.
Ini dalil bahwasanya isbal karena sombong merupakan dosa besar. Para ulama bersepakat tentang keharamannya jika isbal dilakukan karena sombong.
Ini dalil bahwasanya isbal karena sombong merupakan dosa besar. Para ulama bersepakat tentang keharamannya jika isbal dilakukan karena sombong.
Adapun jika isbal dilakukan dengan
niat tidak karena sombong, hanya sekedar ikut gaya berpakaian maka ada khilaf
di antara para ulama.
Jumhur (mayoritas) ulama mengatakan
bahwasanya isbal yang dilakukan tidak karena sombong maka hukumnya makruh,
tidak sampai derajat haram.
Karena pengharaman isbal oleh Allāh
Subhānahu wa Ta'ālā adalah karena ada 'illah (sebab) nya, yaitu kesombongan.
Jika ternyata kesombongan tersebut
tidak menyertai hati orang yang melakukan isbal maka hukumnya hanya sampai
kepada derajat makruh, tidak sampai pada derajat haram.
Dan ini adalah pendapat kebanyakan ulama Syafi'iyyah seperti Imam Syafi'i, Imam Nawawi dan yang lainnya.
Dan ini adalah pendapat kebanyakan ulama Syafi'iyyah seperti Imam Syafi'i, Imam Nawawi dan yang lainnya.
Adapun sebagian ulama memandang
bahwasanya isbal meskipun tidak karena sombong maka hukumnya haram secara
mutlak.
Dan ini merupakan pendapat madzhab
Hanbali dan juga dipilih oleh Al Qadhi'iyyat dan Ibnul 'Arabi dari madzhab
Malikiyyah dan juga pendapat Al Hafizh Ibnu Hajar dari madzhab Syafi'iyyah.
Dan ini juga pendapat yang dipilih
oleh ulama sekarang seperti Syaikh Al Albani, Syaikh Abdul 'Aziz Bin Baz dan
Syaikh Shalih Al-'Utsaimin rahimahumullāhu Ta'ālā.
Kalau kita melihat secara dalil,
maka dalil-dalil yang mengatakan isbal adalah haram secara mutlak adalah lebih
kuat.
Diantara dalilnya adalah:
① Hadits Rasūlullāh shallallāhu
'alayhi wa sallam mengatakan:
فَإِنَّ وَإِسْبَالَ الإِزَارِ مِنَ
الْمَخِيلَةِ
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud dan Tirmidzi dan Imam Ahmad dengan sanad yang hasan.
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa
sallam mengatakan bahwa sesungguhnya isbal adalah termasuk dari kesombongan.
Jadi isbal itu sendiri sudah
termasuk kesombongan berdasarkan perkataan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.
② Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa
sallam tatkala menegur sebagian sahabat untuk tidak isbal, untuk mengangkat
sarung mereka di atas mata kaki, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak
pernah bertanya kepada mereka terlebih dahulu apakah sahabat melakukannya
karena sombong atau tidak.
Misalkan, "Kalau kau
melakukannya karena sombong maka angkat, kalau tidak karena sombong maka tidak
usah angkat."
Siapa saja ditegur oleh Nabi
shallallāhu 'alayhi wa sallam.
③ Kisah 'Umar radhiyallāhu Ta'ālā
'anhu ketika akan meninggal dunia.
Tatkala akan meninggal dunia datang
seorang pemuda yang memuji 'Umar bin Khattab radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu, setelah
lelaki tersebut memuji 'Umar kemudian pergi dan dipanggil lagi oleh 'Umar.
Kemudian 'Umar berkata:
ارْفَعْ ثَوْبِكَ فَإِنَّهُ أَتْقَى
لِرَبِّكَ
Angkatlah pakaianmu, sesungguhnya
(jika engkau tidak isbal) maka itu lebih bertaqwa
kepada Rabbmu dan lebih bersih bagi pakaianmu."
Lihat perkataan 'Umar radhiyallāhu
Ta'ālā 'anhu dan 'Umar tidak bertanya, "Engkau melakukannya sombong atau
tidak?" Akan tetapi langsung diperintahkan untuk mengangkat pakaiannya
oleh 'Umar bin Khattab radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu.
④ Kemudian diantara dalil
bahwasanya isbal haram secara mutlak yaitu tatkala Rasūlullāh shallallāhu
'alayhi wa sallam mengatakan:
مَا كَانَ أَسْفَلَ مِنْ
الْكَعْبَيْنِ مِنْ الْإِزَارِ فَفِي النَّارِ (رواه البخاري (5787))
Seluruh pakaian yang berada dibawah
mata kaki maka di neraka Jahannam.
Hadist ini dipandang kemumumannya
bahkan oleh Ummu Salamah radhiyallahu Ta’ala ‘anha (istri Nabi shallallahu
‘alayhi wasallam).
Tatkala mendengar hadist ini,
mereka khawatir kalau wanita terkena juga ancaman ini.
Padahal kita tahu bahwa para wanita
tatkala mereka isbal sama sekali bukan karena sombong tetapi karena dalam rangka
untuk tertutup aurat mereka, namun mereka khawatir terkena ancaman hadits ini
(setiap yang dibawah mata kaki dineraka Jahannam).
مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلاءَ لَمْ
يَنْظُرِ اللهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. فَقَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ رَضِيَ
اللهُ عَنْهَا: فَكَيْفَ يَصْنَعْنَ النِّسَاءُ بِذُيُولِهِنَّ؟ قَالَ صَلَّ اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يُرْخِيْنَ شِبْرًا. فَقَالَتْ: إِذًا تَنْكَشِفُ
أَقْدَامُهُنَّ. قَالَ: فَيُرْخِيْنَهُ ذِرَاعًا لا يَزِدْنَ عَلَيْهِ
Maka Ummu Salamah pun menanyakan
hal ini kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam
sehingga Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengizinkan
dengan mengatakan: "Hendaknya mereka menjulurkan rok mereka
sehingga dengan panjang 1 jengkal."
Maka Ummu Salamah masih berkata
lagi: "Kalau begitu nanti kaki-kaki mereka akan tersingkap."
Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi
wa sallam mengizinkan dia menambah. Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa
sallam: "Tambah lagi, julurkanlah sehingga dengan jarak sehasta."
(HR. At-Tirmidzi no. 1731, kitab Al-Libas, bab Ma Ja’a fi Jarri Dzuyulin Nisa’, diriwayatkan pula oleh selain Tirmidzi, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi)
(HR. At-Tirmidzi no. 1731, kitab Al-Libas, bab Ma Ja’a fi Jarri Dzuyulin Nisa’, diriwayatkan pula oleh selain Tirmidzi, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi)
Ini menunjukkan bagaimana
semangatnya para wanita agar kaki-kaki mereka tidak tersingkap sehingga rok
mereka dipanjangkan tergeret ditanah dengan panjang sehasta dan tidak boleh
lebih lagi daripada ini.
Ini adalah dalil bahwasanya Ummu
Salamah memandang isbal haram secara mutlak bahkan mencakup para wanita untuk
isbal. Namun datang dalil dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang
mengecualikan para wanita.
Kalau memang isbal diharamkannya
hanya karena sombongmaka para wanita tidak perlu untuk khawatir masuk dalam
ancaman tersebut, karena mereka memanjangkan rok mereka bukan karena sombong
tapi karena agar tertutup aurat mereka.
Kemudian, para ulama yang
menyatakan bahwasanya isbal adalah haram secara mutlak, baik sombong atau tidak
sombong, menyebutkan hikmahnya dilarang isbal:
❶ Bahwa ini adalah sikap
berlebih-lebihan (israf), seseorang tidak perlu pakai pakaian berlebihan
apalagi sampai panjang sampai menjulur ke tanah.
❷ Bisa menyebabkan kotoran mengenai
bajunya bisa juga ada kotoran yang lengket pada pakaiannya.
❸ Yang berikutnya adalah ini
termasuk pemandangan yang menarik perhatian, orang memakai pakaian kemudian
pakaiannya terjulur di tanah maka ini semua diharamkan.
Intinya para ikhwan dan akhwat yang
dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, isbal jika dilakukan karena sombong
merupakan dosa besar dan ancamannya berat.
Namun jika dilakukan tidak karena
sombong maka dia lebih ringan dosanya dan ancamannya pun lebih ringan akan
tetapi isbal haram secara mutlak.
Dan para ulama tentunya sepakat
bahwasanya di antara sunnah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah memakai
pakaian di atas mata kaki baik sarung, celana atau jubah bagi kaum lelaki.
والله تعالى أعلم بالصواب
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Thursday, March 10, 2016
Kisah Tentang Pertanyaan Kubur
Bagaimanakah perjalanan seseorang jika ia telah masuk di alam kubur? Hadits panjang al-Bara’ bin ‘Azib yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan dishahihkan oleh Imam al-Hakim dan Syaikh al-Albani menceritakan perjalanan para manusia di alam kuburnya:
Suatu hari kami mengantarkan jenazah salah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari golongan Anshar. Sesampainya di pekuburan, liang lahad masih digali. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun duduk (menanti) dan kami juga duduk terdiam di sekitarnya seakan-akan di atas kepala kami ada burung gagak yang hinggap. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memainkan sepotong dahan di tangannya ke tanah, lalu beliau mengangkat kepalanya seraya bersabda, “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur!” Beliau ulangi perintah ini dua atau tiga kali.
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya seorang yang beriman sudah tidak lagi menginginkan dunia dan telah mengharapkan akhirat (sakaratul maut), turunlah dari langit para malaikat yang bermuka cerah secerah sinar matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga lalu duduk di sekeliling mukmin tersebut sejauh mata memandang. Setelah itu turunlah malaikat pencabut nyawa dan mengambil posisi di arah kepala mukmin tersebut. Malaikat pencabut nyawa itu berkata, ‘Wahai nyawa yang mulia keluarlah engkau untuk menjemput ampunan Allah dan keridhaan-Nya’. Maka nyawa itu (dengan mudahnya) keluar dari tubuh mukmin tersebut seperti lancarnya air yang mengalir dari mulut sebuah kendil. Lalu nyawa tersebut diambil oleh malaikat pencabut nyawa dan dalam sekejap mata diserahkan kepada para malaikat yang berwajah cerah tadi lalu dibungkus dengan kafan surga dan diberi wewangian darinya pula. Hingga terciumlah bau harum seharum wewangian yang paling harum di muka bumi.
Kemudian nyawa yang telah dikafani itu diangkat ke langit. Setiap melewati sekelompok malaikat di langit mereka bertanya, ‘Nyawa siapakah yang amat mulia itu?’ ‘Ini adalah nyawa fulan bin fulan’, jawab para malaikat yang mengawalnya dengan menyebutkan namanya yang terbaik ketika di dunia. Sesampainya di langit dunia mereka meminta izin untuk memasukinya, lalu diizinkan. Maka seluruh malaikat yang ada di langit itu ikut mengantarkannya menuju langit berikutnya. Hingga mereka sampai di langit ketujuh. Di sanalah Allah berfirman, ‘Tulislah nama hambaku ini di dalam kitab ‘Iliyyin. Lalu kembalikanlah ia ke (jasadnya di) bumi, karena darinyalah Aku ciptakan mereka (para manusia), dan kepadanyalah Aku akan kembalikan, serta darinyalah mereka akan Ku bangkitkan.’
Lalu nyawa tersebut dikembalikan ke jasadnya di dunia. Lantas datanglah dua orang malaikat yang memerintahkannya untuk duduk. Mereka berdua bertanya, ‘Siapakah rabbmu?’, ‘Rabbku adalah Allah’ jawabnya. Mereka berdua kembali bertanya, ‘Apakah agamamu?’, ‘Agamaku Islam’ sahutnya. Mereka berdua bertanya lagi, ‘Siapakah orang yang telah diutus untuk kalian?’ “Beliau adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam” jawabnya. ‘Dari mana engkau tahu?’ tanya mereka berdua. ‘Aku membaca Al-Qur’an lalu aku mengimaninya dan mempercayainya’. Tiba-tiba terdengarlah suara dari langit yang menyeru, ‘(Jawaban) hamba-Ku benar! Maka hamparkanlah surga baginya, berilah dia pakaian darinya lalu bukakanlah pintu ke arahnya’. Maka menghembuslah angin segar dan harumnya surga (memasuki kuburannya) lalu kuburannya diluaskan sepanjang mata memandang.
Saat itu datanglah seorang (pemuda asing) yang amat tampan memakai pakaian yang sangat indah dan berbau harum sekali, seraya berkata, ‘Bergembiralah, inilah hari yang telah dijanjikan dulu bagimu’. Mukmin tadi bertanya, ‘Siapakah engkau? Wajahmu menandakan kebaikan’. ‘Aku adalah amal salehmu’ jawabnya. Si mukmin tadi pun berkata, ‘Wahai Rabbku (segerakanlah datangnya) hari kiamat, karena aku ingin bertemu dengan keluarga dan hartaku.
Adapun orang kafir, di saat dia dalam keadaan tidak mengharapkan akhirat dan masih menginginkan (keindahan) duniawi, turunlah dari langit malaikat yang bermuka hitam sambil membawa kain mori kasar. Lalu mereka duduk di sekelilingnya. Saat itu turunlah malaikat pencabut nyawa dan duduk di arah kepalanya seraya berkata, ‘Wahai nyawa yang hina keluarlah dan jemputlah kemurkaan dan kemarahan Allah!’. Maka nyawa orang kafir tadi ‘berlarian’ di sekujur tubuhnya. Maka malaikat pencabut nyawa tadi mencabut nyawa tersebut (dengan paksa), sebagaimana seseorang yang menarik besi beruji yang menempel di kapas basah. Begitu nyawa tersebut sudah berada di tangan malaikat pencabut nyawa, sekejap mata diambil oleh para malaikat bermuka hitam yang ada di sekelilingnya, lalu nyawa tadi segera dibungkus dengan kain mori kasar. Tiba-tiba terciumlah bau busuk sebusuk bangkai yang paling busuk di muka bumi.
Lalu nyawa tadi dibawa ke langit. Setiap mereka melewati segerombolan malaikat mereka selalu ditanya, ‘Nyawa siapakah yang amat hina ini?’, ‘Ini adalah nyawa fulan bin fulan’ jawab mereka dengan namanya yang terburuk ketika di dunia. Sesampainya di langit dunia, mereka minta izin untuk memasukinya, namun tidak diizinkan. Rasulullah membaca firman Allah,
لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ
“Tidak akan dibukakan bagi mereka (orang-orang kafir) pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk surga, sampai seandainya unta bisa memasuki lobang jarum sekalipun.” (QS. Al-A’raf: 40)
Saat itu Allah berfirman, ‘Tulislah namanya di dalam Sijjin di bawah bumi’, Kemudian nyawa itu dicampakkan (dengan hina dina). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah ta’ala,
وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَكَأنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيْحُ فِي مَكَانٍ سَحِيْقٍ
“Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al-Hajj: 31)
Kemudian nyawa tadi dikembalikan ke jasadnya, hingga datanglah dua orang malaikat yang mendudukannya seraya bertanya, ‘Siapakah rabbmu?’, ‘Hah hah… aku tidak tahu’ jawabnya. Mereka berdua kembali bertanya, ‘Apakah agamamu?’ “Hah hah… aku tidak tahu’ sahutnya. Mereka berdua bertanya lagi, ‘Siapakah orang yang telah diutus untuk kalian?’ “Hah hah… aku tidak tahu’ jawabnya. Saat itu terdengar seruan dari langit, ‘Hamba-Ku telah berdusta! Hamparkan neraka baginya dan bukakan pintu ke arahnya’. Maka hawa panas dan bau busuk neraka pun bertiup ke dalam kuburannya. Lalu kuburannya di ‘press’ (oleh Allah) hingga tulang belulangnya (pecah dan) menancap satu sama lainnya.
Tiba-tiba datanglah seorang yang bermuka amat buruk memakai pakaian kotor dan berbau sangat busuk, seraya berkata, ‘Aku datang membawa kabar buruk untukmu, hari ini adalah hari yang telah dijanjikan bagimu’. Orang kafir itu seraya bertanya, ‘Siapakah engkau? Wajahmu menandakan kesialan!’, ‘Aku adalah dosa-dosamu’ jawabnya. ‘Wahai Rabbku, janganlah engkau datangkan hari kiamat’ seru orang kafir tadi. (HR. Ahmad dalam Al-Musnad 30: 499-503 dan dishahihkan oleh al-Hakim dalam Al-Mustadrak 1: 39 dan al-Albani dalam Ahkamul Janaiz hal. 156)
—
Info www.rumaysho.com
Subscribe to:
Posts (Atom)