BimbinganIslam.com
Ustadz Firanda Andirja, MA
Kitabul Jaami' | Bulughul Maaram
🔊 Hadits 09 | Larangan Mendahului Salam Kepada Orang Kafir
Ustadz Firanda Andirja, MA
Kitabul Jaami' | Bulughul Maaram
🔊 Hadits 09 | Larangan Mendahului Salam Kepada Orang Kafir
⬇ Download Audio dan Transkrip
http://goo.gl/iWEn9a
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
وَعَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "لاَ تَبْدَؤُوْا الْيَهُوْدَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ، وَإِذَا لَقِيتُمُوْهُمْ فِي طَرِيْقٍ فَاضْطَرُّوْهُمْ إِلَى أَضْيَقِهِ." أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ .
http://goo.gl/iWEn9a
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
وَعَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "لاَ تَبْدَؤُوْا الْيَهُوْدَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ، وَإِذَا لَقِيتُمُوْهُمْ فِي طَرِيْقٍ فَاضْطَرُّوْهُمْ إِلَى أَضْيَقِهِ." أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ .
Dari Abu Hurairah Radiyallāhu anhu ia berkata: Rasūlullāh
Shallallāhu Alayhi Wasallam bersabda: “Janganlah kalian mendahului
mengucapkan salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, dan jika kalian
bertemu dengan mereka disebuah jalan, desaklah mereka ke tempat yang
paling sempit.” (HR Muslim).
➖➖➖➖➖➖➖➖
بسم اللّه الرحمن الرحيم
Ikhwan dan akhawat sekalian yang dirahmati Allāh Subhānahu
wa Ta'āla, kita masuk pada halaqoh yang ke-12, masih berkaitan dengan
adab salam.
Dari sahabat "Abu Hurairah" radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu, beliau berkata :
قال رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم "لَا تَبْدَؤُوا
اَلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى بِالسَّلَامِ, وَإِذَا لَقَيْتُمُوهُمْ فِي
طَرِيقٍ, فَاضْطَرُّوهُمْ إِلَى أَضْيَقِهِ
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
Janganlah kalian mulai memberi salam kepada orang-orang Yahudi dan
orang-orang Nashrani. Dan jika kalian bertemu dengan mereka dijalan maka
buatlah mereka tergeser ke jalan yang sempit. (Hadits ini diriwayatkan
oleh Imam Muslim).
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa
Ta'āla, hadits ini dipermasalahkan oleh sebagian orang yang menjelaskan
Islam kok demikian, kok mengajarkan sikap keras kepada orang-orang
kafir?
Sebenarnya hadits ini tidak menjadi masalah karena kita menempatkan dalil-dalil sesuai dengan kondisinya.
Ada dalil-dalil yang menunjukkan bagaimana rahmatnya Islam.
Dan terlalu banyak dalil yang menunjukkan bagaimana sikap Rasūlullāh
shallallāhu 'alayhi wa sallam terhadap orang-orang kafir dengan muamalah
thayyibah, dengan sikap yang baik dalam rangka untuk mengambil hati
mereka.
Bahkan terhadap orang yang sangat membenci Nabi shallallāhu
'alayhi wa sallam, Abdullah bin 'Ubay bin Salul. Tatkala meninggal dia
tidak punya kain kafan. Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam
memberikan baju yang beliau pakai untuk dijadikan kain kafan bagi
Abdullah bin 'Ubay bin Salul. Padahal dia adalah gembongnya orang
munafiq yang sering menyakiti Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan
juga keluarga Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Yang telah memimpin
untuk menuduh 'Aisyah telah melakukan berzina. Akan tetapi Rasūlullāh
shallallāhu 'alayhi wa sallam bermuamalah dengan baik dengan dia.
Demikian juga Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam
bermuamalah baik dengan orang kafir seperti orang Yahudi yang pernah
menjadi pembantu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, maka tatkala sakit,
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menjenguknya. Dan Nabi shallallāhu
'alayhi wa sallam mendakwahinya dan terlalu banyak dalil bagaimana sikap
lemah lembut dari kaum muslimin terhadap orang-orang kafir.
Ini bab tentang muamalah. Maka seseorang berusaha untuk
berbuat baik kepada orang-orang kafir dalam rangka untuk mengambil hati
mereka.
Tetapi dalam kondisi-kondisi lain, dimana tatkala kondisi
menunjukkan Islam harus lebih tinggi, contohnya tatkala melewati suatu
jalan maka seorang muslim ketika berjalan ditengah jalan, kemudian ada
orang kafir lewat maka jangan kemudian dia minggir kemudian
mempersilakan orang kafir, ini menunjukkan kehinaannya dia, tidak. Kita
tetap berjalan karena dia berhak untuk jalan ditengah. Dia seorang
muslim, maka dia jangan mengalah.
Ini cara seorang muslim memiliki 'izzah, memiliki kemuliaan, bukan malah lemah loyo dihadapan semua orang.
Dan ini kadang terjadi, misalnya dalam suatu perkumpulan
orang muslim malu berbicara, orang kafir terus yang berbicara. Orang
muslim tidak enak-tidak enak, orang kafir yang menguasai majlis. Ini
tidak benar. Ini saatnya menunjukkan Islam harus memiliki 'izzah,
memiliki kemuliaan dihadapan orang-orang kafir.
Oleh karenanya bab tentang muamalah hasanah bab tersendiri,
adapun bab tatkala seseorang harus menunjukkan keutamaan Islam maka dia
harus tunjukkan.
Ada beberapa point yang berkaitan dengan hadits ini.
Yang pertama, seorang muslim tidak boleh mendahulukan mengucapkan salam kepada Yahudi dan Nashrani. Kenapa? Karena salam itu menunjukkan kemuliaan dan ada do'a, dan
yang penting ada do'a. Kalau kita mengucapkan Assalaamu'alaykum berarti
kita mendoakan keselamatan bagi dia, dia tidak berhak untuk mendapatkan
keselamatan. Dia kafir kepadaAllāh Subhānahu wa Ta'āla, dia kafir
terhadap Nabi Muahammad shallallāhu 'alayhi wa sallam, dia berbuat
kesyirikan, bagaimana kita mengatakan keselamatan bagi kalian. Maka
tidak kita berhak, tidak boleh bahkan (bukan cuma tidak berhak), tidak
boleh untuk mengucapkan salam dahulu kepada mereka.
Akan tetapi kalau mereka yang dahulu memberi salam, maka
kita menjawab. Kalau mereka mengucapkan "Assalaamu'alaykum". Kita jawab
"Wa'alaykum", demikian juga bagi kalian.
Namun para ulama menyebutkan, jika kondisinya ternyata
sulit, masa kita bertemu dengan orang-orang kafir kita tidak memberi
salam sama sekali. Nanti menunjukkan prasangka buruk kepada kaum
muslimin.
Maka para ulama (banyak ulama yang membolehkan). Tatkala
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, seperti ulama sekarang Syaikh Albani
rahimahullāhu. Jika kita bertemu dengan orang-orang kafir, misalnya
mungkin bos kita, mungkin teman kerja kita, rekan kerja kita. Maka kita
tidak mengucapkan “Assalaamu'alaykum", kita menggunakan kata-kata salam
yang lain, seperti kita mengatakan "selamat pagi", "bagaimana
kondisimu?", "good morning", seperti itu tidak jadi masalah, yang
penting tidak ada do'a (Assalaamu'alaykum itu do'a) yang tidak pantas
untuk diberikan kepada orang-orang yang musyrik dan kafir kepada اللّه
juga kafir kepada Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Demikian para ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh
Subhānahu wa Ta'āla. Apa yang bisa kita sampaikan pada halaqoh ke-12,
akan lanjutkan pada halaqoh berikutnya.
Wabillahit taufiq.
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
No comments:
Post a Comment