Wednesday, September 24, 2014

Kembali kepada Allah

 

Kita tidak bisa merubah yg telah terjadi,
Juga tidak bisa menggariskan masa depan,
Lalu mengapa kita bunuh diri kita dengan penyesalan?
Atas apa yg sdh tdk bisa kita rubah.
Hidup itu singkat sementara targetnya banyak
Maka, tataplah awan dan jgn lihat ke tanah

Kalau merasa jalan sudah sempit, kembalilah ke Allah yang Maha Mengetahui yang gaib!
Dan ucapkan alhamdulillah atas apa saja.

Kapal titanic dibuat oleh ratusan orang,
Sedang kapal nabi Nuh dibuat hanya oleh satu orang.
Tetapi, Titanic tenggelam. Sedang kapal Nabi Nuh menyelamatkan umat manusia.
Taufik hanya dari Allah swt.

Kita bukanlah penduduk asli bumi, asal kita adalah surga.
Tempat, dimana orang tua kita, Adam, tinggal pertama kali.
Kita tinggal di sini hanya untuk sementara,
Untuk mengikuti ujian lalu segera kembali.
Maka berusahalah semampumu,
Untuk mengejar kafilah org2 salih, Yang akan kembali ke tanah air yg sangat luas.
Jangan sia-siakan waktumu di planet kecil ini..!

Perpisahan itu bukanlah karena perjalanan yang jauh,
Atau karena ditinggal orang tercinta,
Bahkan, kematian pun bukanlah perpisahan, sebab kita pasti akan bertemu di akhirat.
Perpisahan itu adalah,
Jika salah satu diantara kita di surga dan yang lain di neraka.

Semoga Allah swt menjadikan kita semua sebagai penghuni surga!

Hidup ini adalah cerita pendek, dari tanah, di atas tanah, dan kembali ke tanah,
Lalu hisab (yg hanya menghasilkan dua kemungkinan); pahala atau siksa.
Maka, Hiduplah untuk Allah niscaya kau akan jadi makhluk-Nya yg paling bahagia.

Ya Rabb untukMu segala puji yang layak untuk kemuliaan wajah-Mu dan keagungan kekuasan-Mu.

- Dr. Aidh Al-Qarni -

Friday, September 19, 2014

Sedekah Adalah Solusi

 

PECAHKAN SEGALA BENTUK PROBLEMATIKA HIDUP, KESULITAN, KESEHATAN, REZEKI, KARIER, JODOH DLL. MENJEMPUT SEGALA KEBAIKAN LANGSUNG DARI ALLAH ﷻ DENGAN BERSHADAQAH.
 
Dalam Al Quran,  ALLAH ﷻ    berfirman tentang keutamaan bersedekah dan berinfak di jalan-Nya. Apa yang disampaikan Al Qur’an tersebut diperkuat dan diperjelas oleh Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم
melalui hadits-haditnya. Pada bagian ini kita lihat sebagian di antaranya.

👉 Pertama: ”Dan di antara orang-orang Arab Badui itu ada yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang diinfakkannya (di jalan Allah) sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai jalan untuk (memperoleh) doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya infak itu suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat (surga)-Nya; sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS At Taubah, 9: 99)

Berdasarkan ayat ini, sedekah akan mendekatkan kita kepada Allah, Zat Yang Maha Pemberi rezeki. Dekat dengan Allah Yang Mahakaya akan menjamin terjaganya rezeki dan harta yang kita miliki. Artinya, semakin bakhil kita, akan semakin jauh kita dari rezeki dan nilai hakiki kekayaan yang sebenarnya.

👉 Kedua: “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”  (QS Al Baqarah, 2: 261)

Artinya, minimal 700 kali lipat ganjaran dari  ALLAH ﷻ  , bagi siapa pun yang membelanjakan hartanya di jalan Allah. Mengapa disebut minimal? Ada sebuah perumpamaan sangat baik yang diungkapkan oleh Ustaz Arifin Ilham dalam sebuah ceramahnya. Menurutnya, analogi atas sedekah itu sebagai berikut.

👉 Ketiga: ”Katakanlah, ’Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.’ Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi Rezeki yang terbaik.” (QS Saba, 34: 39)

Ayat yang mulia ini menyiratkan sebuah pesan bahwa tidak akan ada yang hilang dari rezeki yang kita nafkahkan di jalan  ALLAH ﷻ 
Justru, dengan disedekahkan itulah harta kita menjadi kekal. Sebagai contoh, kita punya uang sepuluh ribu, dua ribunya kita sedekahkan, dan sisanya kita gunakan untuk kepentingan sendiri. Dalam pandangan Allah Swt., uang yang dua ribu itulah rezeki kita sebenarnya yang akan menolong kita di dunia dan di akhirat.

👉 Keempat: ”… ada yang memandang apa yang diinfakkannya (di jalan Allah) sebagai suatu kerugian; dia menanti nanti mara bahaya menimpamu, merekalah yang akan ditimpa mara bahaya. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS At Taubah, 9: 98)

Sesungguhnya, infak dan sedekah akan menghindarkan kita dari kerugian, bencana, kesusahan, dan marabahaya. Sedekah akan mampu mengubah takdir buruk seseorang menjadi takdir baik.

👉 Kelima: ”Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS Al Baqarah, 2: 274)

ALLAH ﷻ  telah berjanji bahwa sedekah akan membuat hati menjadi tenang dan tenteram, jauh dari kegelisahan dan penyakit-penyakit kejiwaan. Betapa tidak, sedekah akan menanamkan semangat kasih sayang dan silaturahmi di antara sesama manusia. Sedekah itu pintu silaturahmi dan pintu persaudaraan. Sedekah bisa membuat lawan menjadi kawan, musuh menjadi saudara, yang benci menjadi cinta. Bahkan, lebih jauh lagi, sedekah yang dilakukan secara berkesinambungan akan mampu melahirkan keseimbangan di tengah-tengah masyarakat sehingga terjadinya kesenjangan sosial dan rusaknya tatanan kehidupan bermasyarakat bisa diminimalisasi. Oleh karena itu, Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم
menganjurkan agar kita selalu berbuat baik kepada sesama, sekalipun terhadap seorang kafir.

👉 Keenam: sedekah akan membuat yang fana menjadi kekal. Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم
bersabda sebagai berikut.

“Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat bagi manusia, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR  Muslim).

Baca selengkapnya :

DAHSYATNYA SHADAQAH DALAM ISLAM = Keutamaan dari Sedekah dalam Al Qur’an dan Hadits • Yayasan Yatim dan Duafa ~ Rumah Ramah - Zakat Infaq Shadaqah Wakaf

http://rumahramah.or.id/2013/10/dahsyatnya-shadaqah-dalam-islam-keutamaan-dari-sedekah-dalam-al-quran-dan-hadits.html
 

Thursday, September 18, 2014

Suami Pilihan




Layaknya bahtera berlayar mengarungi lautan, kadang terguncang ombak besar dan terpaan angin kencang. Saat itulah, sangat diperlukan keberadaan nahkoda yang handal. Nahkoda yang tenang dalam menghadapi masalah, cerdas dalam mengambil keputusan, tegas dalam menentukan kebijaksanaan, dan handal dalam menjalankan kepemimpinan. Agar bahtera dapat sampai dengan selamat sampai tujuan.

Begitu pula menjalani kehidupan rumah tangga, tentu tidak selalu harum betabur bunga indah penuh warna-warni. Kadang muncul riak-riak atau bahkan ombak yang menghadang keharmonisannya. Saat itulah diperlukan sosok suami yang tangguh dalam kepemimpinan. Figur yang menghantarkan pada keselamatan dunia dan akhirat.

Hal ini tentunya dimulai dengan usaha mencari calon suami yang shalih sebagai pemimpin keluarga. Menjadi tugas para wali dari pihak wanita untuk memilihkan teman hidup yang mempunyai kualitas agama yang baik. Sehingga hal ini akan mendukung kualitas keshalihan istri dan anak-anaknya.

Apalagi yang diharapkan seorang wanita kecuali kebahagiaan tatkala pendamping hidup yang mengiringi hari-harinya adalah lelaki shalih. Bukan hanya satu kebahagiaan yang direngkuh melainkan dua kebahagiaan. Tiada berakhir nikmat bahagia itu saat meninggalkan dunia, namun akan tetap ada ketika berpindah ke negeri akhirat. Karunia yang demikian besar tentunya. Tidak ada karunia yang melebihi mendapatkan kebahagiaan di dua negeri.

Terbersitlah tanya, hal apakah yang ada pada diri suami yang shalih sehingga bisa menyumbang besarnya kebahagiaan istri di dunia dan akhirat?

Di antara hal tersebut yaitu karena baiknya pengamalan terhadap firman Allah:
“Dan bergaullah kalian (para suami) dengan mereka (para istri) dengan cara yang makruf. kemudian bila kalian tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”
[Q.S. An Nisa:19].

Ia adalah suami shalih yang bergaul dalam curahan kasih sayang, penuh perhatian dan mengalah pada perkara yang bukan maksiat. Namun, ia tetap tegas pada kesalahan istri dengan tanpa mengesampingkan hikmah dan kelemahlembutan.

Demikian pula tidak lepas dari bagusnya peneladanan terhadap manusia terbaik dan termulia, Rasulullah `,. Sebagaimana yang dituntut kepada setiap muslim untuk menjadikan beliau sebagai suri teladan. Sehingga ia selalu mengambil contoh dari muamalah Rasulullah ` terhadap keluarganya, salah satunya dalam hadits beliau bahwa,
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya.”
[H.R. At Tirmidzi dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi].

Mengacu kepada ayat dan hadits tersebutlah suami yang shalih bermuamalah dengan istri dan keluarganya.
Sehingga tidaklah ia akan merendahkan atau menyakiti istrinya terlebih menzalimi, melainkan ia berusaha untuk berkata dan berperilaku berhiaskan akhlak yang baik.
Ia berikan yang menjadi hak-hak istri dengan penuh penunaian, tanpa mengungkit-ungkit kebaikan yang telah dicurahkan.
Ia bersabar atas perangai yang tidak disukai dari pasangannya selama tidak dalam pelanggaran syariat.
Ia memaafkan kekurangan istri dalam menunaikan hak-hak suami.
Ia luruskan kebengkokan istri dengan cara yang halus dan bijaksana.

Begitulah kesan eloknya pergaulan yang tercermin dari seorang suami yang shalih. Suami yang bergaul dengan penuh pengertian akan keadaan dan sifat seorang wanita. Suami yang memuliakan kedudukan dan hak istri. Sehingga, tentulah akan mengukir kebahagiaan di hati seorang istri dalam hidup bersanding bersamanya di alam dunia ini. Kebahagiaan di negeri abadi pun dapat diraih, manakala suami yang shalih menyadari perannya sebagai pemimpin dalam keluarganya.

Pemimpin yang kelak dimintai pertanggungjawaban. Sebagaimana sabda Rasulullah `,
“Laki-laki (suami) adalah pemimpin bagi keluarganya. Dan kelak ia akan ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang mereka.”
[H.R. Al Bukhari dan Muslim].

Suami yang melaksanakan tugasnya dalam menjaga diri dan keluarganya dari siksa neraka yang pedih.

Ia berusaha mengamalkan firman Allah dalam salah satu ayat-Nya yang mulia:
“Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu.”
[Q.S. At Tahrim:6].

Usaha tersebut antara lain dengan menaruh perhatian terhadap pendidikan agama melalui pengajaran ilmu dan penyampaian nasihat. Suami yang menghasung dan membantu mereka dalam melakukan amal ketaatan. Tak luput pula mencegah mereka dari berbuat kemungkaran, tidak membiarkan terjadinya kemaksiatan dalam keluarganya. Hal ini pula, sebagai salah satu wujud dari kecemburuan dan penjagaannya terhadap kehormatan istri serta mahligai rumah tangganya.

Demikianlah gambaran indah suami yang shalih, yang mencintai istri tidak hanya semata-mata cinta tabiat tapi juga cinta yang terpuji yaitu cinta karena Allah, cintanya tumbuh dari dasar ketakwaan kepada Allah, sehingga cintanya membawa manfaat baik di dunia maupun akhirat. Allahu a’lam. [farhan].

sumber: http://tashfiyah.net/suami-pilihan/