Monday, June 22, 2015

Adab-Adab Bermajelis

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bulughul Maram
🔊Hadits ke-5 | Adab-Adab Bermajelis
⬇ Download Audio dan Transkrip
🌐 http://goo.gl/iWEn9a
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "لاَ يُقِيْمُ الرَّجُلُ الرَّجُلَ مِنْ مَجْلِسِهِ ثُمَّ يَجْلِسُ فِيْهِ، وَلَكِنْ تَفَسَّحُوْا وَتَوَسَّعُوْا." مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Dari Ibnu ‘Umar Radiyallāhu anhuma ia berkata: Rasūlullāh Sallallāhu 'Alayhi Wasallam bersabda: “Janganlah seseorang mengusir orang lain dari tempat duduknya kemudian ia mengambil alih tempat duduk tersebut, akan tetapi berilah ia kelonggaran dan keluasan.” (Muttafaqun ‘alaih).
➖➖➖➖➖➖➖➖

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

7⃣ Kita masuk pada halaqoh yang ke-7 tentang Baabul Adab.

وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "لاَ يُقِيْمُ الرَّجُلُ الرَّجُلَ مِنْ مَجْلِسِهِ ثُمَّ يَجْلِسُ فِيْهِ، وَلَكِنْ تَفَسَّحُوْا وَتَوَسَّعُوْا." مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Hadits dari Ibnu 'Umar radhiyallāhu Ta'ālā 'anhuما beliau berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: Janganlah seseorang membedirikan saudaranya dari tempat duduknya kemudian dia gantikan posisi tempat duduk saudaranya tersebut, akan tetapi hendaknya mereka melapangkan dan merenggangkan.
(Muttafaqun 'alaih), kata AlHafizh Ibnu Hajar hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Para ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, hadits ini kembali menjelaskan kepada kita tentang agungnya Islam. Bahwasanya Islam mengajarkan berbagai macam adab, diantaranya adab terhadap perkara-perkara yang dianggap sepele, seperti adab bermajelis, diatur dalam Islam.

Dalam hadits ini diajarkan 2 adab kepada kita,

1⃣ Adab yang pertama, adab yang berkaitan dengan orang yang datang terlambat di majelis.

Orang tersebut jika datang terlambat di majelis maka hendaknya dia duduk dimana tempat dia berada, tempat dia dapat, ada tempat yang lapang yang kosong maka dia duduk disitu.

Jangan sampai dia kemudian masuk ke tengah-tengah majelis melewati pundak-pundak orang atau membedirikan seorang disuruh pergi kemudian dia menggantikan tempat duduk tersebut. Ini tidak diperbolehkan. Siapa pun orangnya, karena hal ini menunjukkan adanya keangkuhan dan Islam tidak menginginkan hal ini.

Islam mengajarkan tawadhu', kalau ada saudara kita yang sudah lebih dulu duduk ditempat tersebut maka bukan hak kita untuk membuat dia berdiri kemudian kita menggantikan posisinya duduk ditempat tersebut.

Jadi yang pertama berkaitan dengan adab yang datang orang yang terlambat datang dalam majelis.

2⃣ Adab yang kedua berkaitan dengan orang-orang yang sudah terlanjur lebih dahulu duduk.

Maka yang dianjurkan kepada mereka untuk melapangkan majelis.

Bahkan Allah menyebutkan hal ini dalam AlQur'an, kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman, jika dikatakan kepada kalian lapangkanlah majelis kalian, renggangkanlah majelis kalian maka renggangkanlah/lapangkanlah, niscaya Allah akan beri kelapangan pada kalian. (AlMujadilah 11)

Artinya kalau kita lihat saudara kita yang datang terlambat ingin masuk di majelis maka segera kita lapangkan dan berikan dia tempat agar dia bisa duduk menghadiri majelis kita bersama-sama.

Dan ini merupakan adab yang berkaitan dengan orang-orang yang sudah datang terlebih dahulu.

Demikian juga jika ternyata orang yang terlambat datang tadi mengatakan: Yaa ikhwan tafassahu, tolong berikan saya tempat, tolong berikan saya tempat, maka kita dengarkan ucapannya sebagaimana perintah Allah tadi idza qiila lakum, dikatakan kepada kalian lapangkanlah dan renggangkanlah maka lakukanlah, lapangkanlah maka niscaya Allah akan berikan kelapangan pada kalian.

Sungguh indah adab-adab Islam, mengajarkan bagaimana adab dalam bermajelis.

Para ulama juga menyebutkan majelis yang dimaksud dalam hadits ini adalah majelis umum yang berkaitan dengan kebaikan, oleh karenanya termasuk ke dalamnya adalah majelis dzikir misalnya, atau misalnya majelis ilmu, majelis pengajian misalnya atau misalnya majelis shalat Jum'at, orang-orang menunggu shalat Jum'at sementara majelis sudah full maka kalau masih ada tempat yang renggang maka hendaknya dia memberikan tempat pada saudaranya.

Ini menunjukkan saling cinta kasih diantara saudaranya, jadi ingin saudaranya juga menghadiri majelis kebaikan, dia tidak ingin menyakiti saudaranya, dia berikan waktu kesempatan kepada saudaranya untuk ikut dalam majelis tersebut, ini menunjukkan semuanya akan keindahan Islam.

Yang jadi pertanyaan misalnya, ada seseorang ustadz misalnya datang/hadir dalam majlis kemudian ada muridnya yang tidak enak sama ustadz tersebut kemudian berdiri mengatakan mempersilakan ustadz tadi untuk duduk. Maka apa yang dilakukan ustadz ini? Apakah dia duduk menggantikan tempat muridnya tersebut?

Min baabil wara', kalau kita wara', maka hendaknya kita tidak mengambil posisi murid kita tersebut meskipun dia dalam rangka untuk menghormati kita.

Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh sahabat Ibnu 'Umar radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu. Ibnu 'Umar radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu kalau dia datang di majelis langsung karena sebagian orang menghormati dia, maka orang tersebut mempersilakan Ibnu 'Umar untuk menggantikan posisinya, namun Ibnu 'Umar pun tidak mau. Dia tidak mau, dia tawarru', dia tidak ingin mengambil hak orang lain padahal mereka karena menghormati Ibnu 'Umar.

Para ulama mengatakan demikianlah adab yang seharusnya kalau kita datang kemudian ada orang yang berdiri mempersilakan untuk mengambil posisinya maka kita tolak.

Kecuali khawatir kalau orang tersebut akan tersinggung misalnya atau karena orang tersebut sangat cinta kepada kita maka ini masalahnya lain, kita ingin memasukkan rasa senang pada dirinya maka tidak mengapa kita duduk kalau memang halnya sudah demikian. Akan tetapi kalau sekedar dia malu maka tidak boleh kita mengambil hak orang lain.

Demikianlah para ikhwan dan akhwat, semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla mudahkan kita untuk bisa menjalankan adab-adab Islami, adab-adab Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, sehingga kita bisa bertemu dengan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam di surga kelak.

Aamiin Yaa Rabbal 'aalamiin.
Assalaamu'alaykum warahmatullaah wabarakaatuh.
__________________________

BERTEMU KEMBALI DENGAN RAMADHĀN

من جدّ وجد

"Barang siapa bersungguh-sungguh, maka dia akan mendapatkan (kesuksesan)"

من صبر ظفر

"Barang siapa yang bersabar, maka dia akan beruntung"

من سار على الدرب وصل

"Barang siapa berjalan pada jalannya, maka dia akan sampai (pada tujuannya)"

Bagaimana kita mengaplikasikan 3 hal ini dalam Ramadhān, bahkan dalam seluruh kehidupan kita?

PERTAMA

من جدّ وجد

"Barang siapa bersungguh-sungguh, maka dia akan mendapatkan (kesuksesan)"

Kita dituntut sungguh-sungguh dalam setiap perilaku kita, tapi itu tidak akan terjadi kecuali kita punya niat & tujuan. Kesungguhan itu beriringan dengan niat.

Dalil:

ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Dari 'Umar radhiyallāhu 'anhu, bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda, "Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allāh dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah." (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Ramadhān sudah berkali-kali kita lalui, niat kita apa? Apa yang kita akan lakukan dibulan Ramadhān?

Tiga tipe orang dalam menghadapi Ramadhān:

❶ Menjadikan puasa Ramadhān sebagai tradisi.

❷ Menjadikan puasa Ramadhān hanya lahirnya saja, tidak bathinnya. Puasa dari makan, minum dan jima' disiang hari tetapi tetap melakukan perbuatan yang haram, berdusta dll sehingga puasanya tidak bernilai sedikitpun walaupun sudah melakukan puasa Ramadhān puluhan kali.

Dalil:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allāh tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903).

Hukum makan & minum asalnya halal tetapi diharamkan dibulan Ramadhān. Adapun perbuatan dusta & menipu sebelum Ramadhān sudah haram. Tetapi memasuki bulan Ramadhān, yang haram dilakukan dan yang halal ditinggalkan. Ini tidak pas.

❸ Menjadikan puasanya lahir & bathin. Orang seperti ini sudah menunggu-nunggu kedatangan bulan Ramadhān dan mempersiapkan segala sesuatunya.

Apabila puasanya bersungguh-sungguh dan niatnya benar, maka in syā Allāh apa yang ingin dia inginkan akan tercapai. Jika dia ingin menjadi orang yang bertaqwa maka akan tercapai.

Allāh Jalla Jalāluh berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertaqwa." (Al-Baqarah Ayat: 183)

Lihatlah pada puasa-puasa anda selama ini, mengapa belum menjadi orang yang bertaqwa? Karena siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan dapatkan.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allāh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (Al-'Ankabūt 69)

Hidayah itu tidak datang begitu saja tetapi harus ada usaha bagi hamba untuk menjemput hidayah itu. Memang terkadang hidayah itu menyapa kita, tinggal bagaimana kesiapan diri kita. Jika kita bersungguh-sungguh untuk meraih hidayah dan ketaqwaan maka akan sukses.

Oleh karena itu hendaknya kita bersungguh-sungguh dalam menghadapi bulan Ramadhān karena ini urusan antara surga dan neraka.

Agar lebih semangat untuk bersungguh-sungguh, pelajarilah imbalan pahala apa yang akan didapatkan saat bulan Ramadhān. Dalam bulan Ramadhān ini banyak sekali "hadiah" yang Allāh akan berikan;
• hadiah pintu surga Ar-Rayyān
• hadiah akan dihapuskan dosa-dosa
• dan masih banyak yang lainnya.

Tapi bersungguh-sungguh saja tidaklah cukup, butuh kesabaran.

KEDUA

من صبر ظفر

"Barang siapa yang bersabar, maka dia akan beruntung"

Allāh berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah 155)

Hanya yang bersabar yang mendapatkan kabar gembira, yang bersungguh-sungguh akan Allāh kasih jalan tetapi kesungguhan butuh kesabaran karena dalam kehidupan jalannya tidak landai. Sebagaimana orang hidup bagaikan diatas perahu di atas laut, terkadang datang ombak besar dan menemui batu karang.

Apapun musibah yang kita hadapi, kita harus sabar, bahkan bulan Ramadhān disebut "syahrush shabr" (bulan kesabaran) karena orang menahan makan, minum, nafsu dan emosinya.

Kita diajarkan untuk tidak makan yang haram dengan cara tidak makan yang halal di bulan Ramadhān.

Dalil bahwa surga diberikan untuk orang-orang yang bersabar:

❶ Al-Mu'minūn 111

إِنِّي جَزَيْتُهُمُ الْيَوْمَ بِمَا صَبَرُوا

"Sesungguhnya Aku memberikan imbalan mereka hari ini (hari dipadang Mahsyar) karena kesabaran mereka."

❷ Al-Furqān 75

أُولَٰئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا

"Mereka itu akan diberi kamar/bangunan yang tinggi (dalam surga) atas kesabaran mereka, dan di sana mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam

❸ Al-Qashāsh 54

أُولَٰئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُم مَّرَّتَيْنِ بِمَا صَبَرُوا

"Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka."

❹ Al-Insān 12

وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا

"Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabarannya (berupa) surga dan (pakaian) sutera."

Sabar adalah menjaga diri kita dari menolak taqdir Allāh.

❺ Al-A'raf 137

وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ ٱلْحُسْنَىٰ عَلَىٰ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ بِمَا صَبَرُوا۟ ۖ َ

"Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka."

الصبر كالصبر مر في مذاقه # لكن عواقبه أحلى من العسل

Sabar bagaikan jadam pahit rasanya # Namun hasil/akibatnya lebih manis dari madu

KETIGA
من سار على الدرب وصل

"Barang siapa berjalan pada jalannya, maka dia akan sampai (pada tujuannya)"

Banyak orang sudah bersungguh-sungguh puasa dan bersabar tapi tidak sampai-sampai kepada ketaqwaan, berarti puasanya masih salah, tidak sesuai tuntunan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Yang diketahuinya hanyalah "Tidurnya orang puasa adalah ibadah"

Maka perlu ilmu tentang puasa, apakah sunnah-sunnah puasa, wajib-wajib puasa dan lainnya.

Programkanlah Ramadhān, ingin apa 1 bulan ini, misal:
√ ingin khatam Al-Qurān 5 kali
√ i'tikaf di 10 hari terakhir
√ mencari lailatul qadr

------------------------------

Pertanyaan 1
Bagaimana i'tikaf yang sempurna?

Jawaban:
I'tikaf yang sempurna adalah sejak malam 21 sampai adzan maghrib 1 Syawwal, full ibadah di masjid. Jika tidak bisa karena kerja, misal i'tikaf malam ganjil sejak habis maghrib sampai shubuh.

Imam Syāfi'i menjelaskan bagaimana bersungguh-sungguh ibadah di malam Lailatul Qadr adalah sejak malam beribadah sampai pagi harinya sebelum matahari terbit, jangan tidur karena ada pahala umrah dan haji yaitu shalat Isyraq, jangan setelah shalat Shubuh langsung tidur.
----------

Pertanyaan 2
Bagaimana jika memotivasi anak dengan hadiah?

Jawaban:
Tidak mengapa karena aslinya anak ghairu mukallaf (belum dibebani syari'at) karena anak-anak keimanannya mungkin belum sempurna seperti orang dewasa, dimana orang dewasa sudah percaya adanya surga dan neraka.
----------

Pertanyaan 3
Bagaimana dengan pernyataan "Puasa jangan seperti puasanya pedagang tapi benar-benar mengharap ridha & wajah Allāh dan jangan karena takut surga atau mengharap surga"?

Jawaban:
Allāh selalu memberi iming-iming surga dan mengancam dengan neraka. Hal ini tidak bertentangan, karena kita juga masuk surga hanya karena rahmat dan ridha Allāh.

[Ust. Dr. Syafiq Riza Basalamah, LC, MA]
________________________

📺 Video Source | https://youtu.be/ZF05wfGToME

Larangan Berbisik Antara Dua Orang Ketika Sedang Bertiga

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bulughul Maram
🔊Hadits ke-4 | Larangan Berbisik Antara Dua Orang Ketika Sedang Bertiga
⬇ Download Audio dan Transkrip
🌐 http://goo.gl/iWEn9a
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

وَعَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "إِذَا كُنْتُمْ ثَلاثَةً فَلاَ يَتَــنَاجَى اثْنَانِ دُوْنَ الآخَرِ، حَتَّى تَخْـتَـلِطُوْا بِالنَّاسِ، مِنْ أَجْلِ أَنَّ ذَلِكَ يُحْزِنُهُ." مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ.

Dari Ibnu Mas‘ud Radiyallāhu anhu ia berkata: Rasūlullāh Sallallāhu Alayhi Wasallam bersabda: “Jika kamu sedang bertiga maka janganlah dua orang berbisik-bisik tanpa melibatkan yang satunya, hingga berbaur dengan banyak orang karena yang demikian itu akan membuatnya sedih.” (Muttafaqun ‘alaih dan lafadznya milik Muslim).

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Ikhwan dan akhwat sekalian, kita lanjutkan pada halaqoh yang ke-6 dari Kitaabul Jaami' yaitu bab tentang adab.

وَعَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم: «إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً, فَلَا يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ الْآخَرِ, حَتَّى تَخْتَلِطُوا بِالنَّاسِ; مِنْ أَجْلِ أَنَّ ذَلِكَ يُحْزِنُهُ ». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ, وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ. (١)
(١) - صحيح. رواه البخاري (٦٢٩٠)، ومسلم (٢١٨٤)، وليس عند مسلم لفظ «ذلك».

Hadits dari Ibnu Mas'ud radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu beliau berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam  bersabda: Jika kalian bertiga maka janganlah 2 orang berbicara/berbisik bisik berduaan sementara yang ketiga tidak diajak sampai kalian bercampur dengan manusia. Karena hal ini bisa membuat orang yang ketiga tadi bersedih.
(Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dan lafalnya adalah terdapat dalam Shahih Muslim).

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, hadits ini menunjukkan akan agungnya Islam. Bahwa Islam adalah agama yang sempurna mengatur segala hal sampai pada perkara-perkara yang mungkin dianggap sepele, seperti adab makan, adab minum, adab yang lain-lain termasuk diantaranya adab bergaul.

Disini lihat bagaimana Islam mengatur tatkala seorang sedang bertiga jangan sampai cuma 2 orang berkumpul kemudian berbicara berbisik-bisik sementara yang ketiga ditinggalkan.

Apa sebabnya? Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam  :

مِنْ أَجْلِ أَنَّ ذَلِكَ يُحْزِنُه  

Karena perbuatan ini bisa menjadikan orang yang ke-3 bersedih.

Timbul kesedihan dalam dirinya, kenapa dia tidak diajak ngobrol. Dan Islam memperhatikan hal ini, Islam tidak ingin seorang menyedihkan saudaranya.

Juga bisa timbul dalam dirinya suuzhan, persangkaan-persangkaan yang buruk, mungkin mereka ber-2 sedang ghibahi saya, sedang ngerumpiin saya atau sedang menjelek-jelekkan saya.

Timbul persangkaan-persangkaan yang syaithan terkadang mendiktekan kepada orang yang ke-3 tersebut.

Oleh karenanya, Allāh sebutkan dalam AlQur'an masalah ini. Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam surat AlMujaadalah ayat yang ke-10:

إِنَّمَا النَّجْوٰى مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ...

Sesungguhnya najwa (bisik-bisik) dari syaithan untuk menjadikan orang-orang yang beriman bersedih.

Hal ini menyebabkan orang yang ke-3 bersedih. Oleh karenanya bagaimana solusinya?

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

ِ حَتَّى تَخْتَلِطُوا بِالنَّاسِ

Sampai kalian bercampur dengan (berbaur dengan) manusia.

Kalau sudah bercampur dengan manusia, berkumpul dengan banyak orang maka tidak akan menimbulkan kesedihan bagi orang ke-3, 2 orang ini ngobrol, orang yang ke-3 juga bisa mencari teman ngobrol yang lain maka tidak jadi masalah.

Yang jadi masalah jika ada sekumpulan orang kemudian semuanya ngobrol bareng-bareng yang satu 1 tidak diajak.
Oleh karenanya meskipun lafalnya alhadits disebutkan "Jika kalian ber-3 kemudian 2 orang ngobrol dan 1 nya tidak diajak", maka ini mencakup jumlah yang lebih, kata para ulama.

Contohnya seperti ada 4 orang kemudian 3 orang ngobrol sendiri, kemudian yang 1 tidak diajak maka juga termasuk dalam hadits ini, ini dilarang karena bisa menimbulkan kesedihan bagi orang yang ke-4. Demikian juga kalau ada 5 orang, kemudian 4 orang ngobrol sendiri, yang ke-5 tidak diajak maka ini juga dilarang karena menyedihkan orang yang ke-5 dan seterusnya, yang ke-6, ke-7 dan selanjutnya. Karena 'illah (larangan), sebab larangan dari hadits ini adalah jangan sampai membuat sedih orang yang tidak diajak ngobrol tersebut. Jangan sampai timbul persangkaan-persangkaan yang buruk dalam diri orang tersebut.

Oleh karenanya para ulama menyebutkan, diantara bentuk najwa yang terlarang adalah jika ada 3 orang kemudian 2 orang ini ngobrol dengan bahasa yang tidak dipahami oleh orang ke-3, inipun dilarang. Mereka ber-2 ngobrol dengan bahasa, meskipun mereka ber-3 dalam kondisi tubuh bersamaan tetapi, artinya 2 orang tidak menepi, tidak, tetapi bareng-bareng ber-3, akan tetapi 2 orang ngobrol dengan bahasa yang tidak difahami orang ke-3, ini tidak diperbolehkan, kata para ulama, karena hukumnya sama, seakan-akan dia tidak diajak ngobrol.

Kalau diajak ngobrol, kenapa dengan bahasa yang tidak dia fahami? Akan membuat dia sedih, merasa dia tidak pantas atau merasa ada suatu rahasia berkaitan dengan dirinya atau lainnya, akan datang syaithan mendiktekan hal-hal yang buruk dalam dirinya.

Oleh karenanya lihatlah indahnya Islam. Hadits ini sebenarnya hanyalah sekedar sampel, sekedar hanya sebagai contoh, maksudnya jangan sampai seseorang menyedihkan saudaranya, jangan sampai, seorang harus berusaha menjaga perasaan  saudaranya baik dia menyedihkan saudaranya dengan perkataannya tidak boleh.

Apalagi dengan perbuatannya, apalagi dengan sikapnya juga tidak boleh. Mungkin tidak ada ucapan yang buruk dikeluarkan dari mulutnya tapi dengan sikapnya menjadikan saudaranya sedih, inipun tidak boleh, lihat najwa dalam hadits ini tidak berkait dengan ucapan yang keluar, tapi sikap, sikap 2 orang yang berbisik-bisik berdua-dua, ini menyedihkan orang yang ke-3. Ini dilarang, apalagi kalau kesedihan tersebut timbul dengan perkataan, apalagi dengan perbuatan.

Dan juga hadits ini menunjukkan seseorang dituntut jangan sampai menimbulkan persangkaan-persangkaan yang buruk dalam saudaranya dan sahabatnya.

Demikian, wa billaahit taufiq wal hidayah.
Assalaamu'alaykum warahmatullahi wabarakaatuh.
__________________________
📦 Donasi Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📝 Kritik dan Saran silahkan disampaikan melalui :
🌐 http://www.bimbinganislam.com/kritikdansaran

Hakekat Kebaikan dan Dosa (Bagian 2)

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bulughul Maram
🔊Hadits ke-3 | Hakekat Kebaikan dan Dosa Bag-2
⬇ Download Audio dan Transkrip
🌐 http://goo.gl/iWEn9a
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

وَعَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعَانَ رضي الله عنه قَالَ: سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم عَنِ الْبِرِّ وَالإِثْـمِ، فَقَالَ: "اَلْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ، وَالإِثْـمُ مَاحَاكَ فِيْ صَدْرِكَ، وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ." أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ.

Dari an Nawwas bin Sam‘an Radiyallāhu anhu ia berkata: “Aku bertanya kepada Rasūlullāh Sallallāhu Alayhi Wasallam tentang kebaikan dan dosa,” Beliau bersabda: “Kebaikan adalah akhlaq yang baik dan dosa adalah sesuatu yang mengganjal di hatimu dan kamu tidak suka jika orang lain mengetahuinya.” (HR. Muslim).
〰〰〰〰〰〰〰〰

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Kita masuk pada halaqoh yang ke-5, masih bersama hadits

وَ عَنِ النَّوَّاسِ ابْنِ سَمْعَانَ رضي اللّه عنه قَالَ سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللّهِ صلّى اللّه عليه وسلّم عَنِ الْبِرِّ وَ اْلأِثْمِ فَقَالَ اَلْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَ اْلأِثْمُ مَا حَاكَ فِى صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ (أخرجه مسلم)

Dari sahabat Nawaas bin Sam'an radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu dia berkata:
Aku bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang kebajikan dan tentang dosa. Kebajikan adalah akhlaq yang mulia. Dan dosa adalah apa yang membuat hatimu gelisah dan engkau tidak suka kalau orang-orang melihat apa yang engkau lakukan tersebut.
(Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya).

Telah kita bahas pada pertemuan sebelumnya tentang makna albirru husnul khuluq (kebajikan adalah akhlaq yang mulia).

Dan pada kesempatan kali ini kita akan membahas potongan hadits yang ke-2 yaitu tentang dosa.

وَ اْلأِثْمُ مَا حَاكَ فِى صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ

Dosa adalah apa yang menggelisahkan engkau dihatimu. Dan engkau tidak suka jika orang-orang melihat kau melakukannya.

Hadits ini menjelaskan tentang barometer untuk mengenal dosa. Tentunya dosa-dosa adalah melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Untuk mengenal dosa, kita bisa melihat dengan mempelajari AlQuran dan sunnah-sunnah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, apa yang dilarang oleh Allah dalam AlQur'an maka itu adalah dosa. Apa yang dilarang oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadits-haditsnya maka itu adalah dosa.

Namun terkadang ada perkara yang kita lakukan yang kita tidak sempat untuk melihat dalilnya, tidak sempat untuk mengecek dalilnya atau kita tidak tahu dalilnya. Tetapi tatkala kita hendak melakukannya muncul kegelisahan dalam dada kita, muncul tidak ketenangan dalam hati kita tatkala kita hendak melakukannya,  ingatlah ini merupakan ciri dosa.

Karena dalam hadits ini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam telah menyebutkan barometer dan indikator untuk mengenal dosa, beliau menyebutkan 2 ciri, yaitu :
1⃣ Yaitu menjadikan dadamu gelisah.
2⃣ Engkau tidak suka untuk dilihat oleh orang lain.

Kalau anda melakukan suatu perkara kemudian anda merasa tenang, hati tidak merasa gelisah, kalau orang lain tahu pun tidak jadi mengapa maka ini bukan dosa.

Tapi tatkala anda melakukan sesuatu, kemudian ternyata hati anda gelisah atau tidak tenang kemudian yang ke-2 tidak ingin orang lain tahu, tidak ingin tetangga tahu, tidak ingin sahabat tahu, tidak ingin istri tahu, tidak ingin ustadz kita tahu, maka ini merupakan ciri dosa maka berhati-hatilah. Dan sebaiknya kita meninggalkan perkara yang menimbulkan ketidaktenangan tersebut.

Namun ingat kata para ulama, hadits ini (sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ini) berkaitan dengan orang yang hatinya masih sesuai fitrah, bukan orang-orang yang melakukan kemaksiatan yang fitrahnya sudah rusak, yang membanggakan kemaksiatan-kemaksiatan yang mereka lakukan, tidak punya malu, ini tentu tidak berlaku bagi mereka, hadits ini.

Seperti orang-orang yang memamerkan aurat mereka, orang-orang yang minum khamr dihadapan banyak orang, orang-orang yang bangga dengan kejahatan-kejahatan yang mereka laukan, maksiat-maksiat yang mereka lakukan, orang-orang yang terkadang menshooting diri mereka tatkala mereka sedang bermaksiat, sedang berzina lalu mereka sebarkan di dunia-dunia maya. Ini semua tidak berlaku bagi mereka disini karena fitrah mereka telah rusak, adapun hadits ini berlaku untuk orang yang masih punya rasa malu, yang fitrahnya masih baik, maka untuk mengenal dosa atau tidak, maka dia memiliki 2 ciri, 2 indikator:
1⃣ Hatinya tidak tenang
2⃣ Dia tidak suka kalau ada orang yang melihatnya

Oleh karenanya ikhwan akhwat sekalian yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebagian ulama menjadikan hadits ini sebagai dalil bahwa dosa itu pasti mendatangkan kegelisahan.

Sebagaimana penjelasan Ibnul Qoyyim rahimahullāhu Ta'āla: Barang siapa yang bermaksiat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla pasti dia gelisah, pasti dia tidak tenang. Sebagaimana kalau orang yang mengingat Allah :

ِ ۗأَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Ketahuilah dengan mengingat Allah maka hati menjadi tenang. (ArRa'du:28)

Maka kebalikannya, kalau lupa kepada Allah, maksiat kepada Allah maka pasti mendatangkan kegelisahan, pasti mendatangkan gundah gulana, hatinya tidak tenang, hatinya tidak tentram sampai dia bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjauhkan kita dari segala dosa dan semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang tawwābīn, yaitu jika kita berdosa segera kita bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Demikianlah, wabillaahit taufiq wal hidayah
Sampai bertemu pada halaqoh berikutnya.

Assalaamu'alaykum 'alaykum warahmatullah wabarakaatuh.
Dari Firanda, rekamannya di Mekkah.
__________

📦 Donasi Pengembangan Dakwah
Group Bimbingan Islam
Bank Mandiri Syariah
No. Rek : 7103000507
A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📝 Saran atau Kritik silahkan sampaikan kepada kami melalui link berikut:
🌐http://www.bimbinganislam.com/kritikdansaran

Saturday, June 20, 2015

Hakekat Kebaikan dan Dosa (Bagian 1)

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bulughul Maram
🔊 Hadits ke-3 | Hakekat Kebaikan dan Dosa (Bagian 1)
⬇ Download Audio dan Transkrip
🌐 http://goo.gl/iWEn9a
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

وَعَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعَانَ رضي الله عنه قَالَ: سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم عَنِ الْبِرِّ وَالإِثْـمِ، فَقَالَ: "اَلْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ، وَالإِثْـمُ مَاحَاكَ فِيْ صَدْرِكَ، وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ." أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ.

Dari an Nawwas bin Sam‘an Radiyallahu anhu ia berkata: “Aku bertanya kepada Rasuūlullāh Sallallāhu Alayhi Wasallam tentang kebaikan dan dosa,” Beliau bersabda: “Kebaikan adalah akhlaq yang baik dan dosa adalah sesuatu yang mengganjal di hatimu dan kamu tidak suka jika orang lain mengetahuinya (H.R Muslim)

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Kita lanjutkan ke hadits berikutnya :

وَ عَنِ النَّوَّاسِ ابْنِ سَمْعَانَ رضي اللّه عنه قَالَ سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللّهِ صلّى اللّه عليه وسلّم عَنِ الْبِرِّ وَ اْلأِثْمِ فَقَالَ اَلْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَ اْلأِثْمُ مَا حَاكَ فِى صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاس

Dari sahabat Nawwas bin Sam'an  radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu  beliau berkata:
Aku bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang makna AlBirr (yaitu kebajikan) dan itsm (yaitu dosa)-Apa itu kebajikan? Apa itu dosa?. Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata AlBirr (kebajikan) adalah akhlaq yang mulia. Adapun dosa yaitu apa yang engkau gelisahkan dihatimu dan engkau tidak suka kalau ada orang yang mengetahuinya.
(Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim).

Ikhwan dan akhwat sekalian yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Sahabat ini bertanya kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tentunya agar dia bisa beramal dan demikianlah adab seorang yang hendak bertanya maka dia niatkan tatkala dia belajar adalah untuk diamalkan. Dan yang ditanya oleh sahabat ini adalah pertanyaan yang sangat indah, tentang apa sih hakikat kebajikan dan apa sih hakikat dari pada dosa.

Adapun jawaban Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berkaitan dengan hak kebajikan, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam : husnul khuluq (akhlaq yang mulia).

Padahal kita tahu bahwasanya kebajikan itu mencakup banyak sekali perkara. Semua kebaikan adalah kebajikan. Tetapi kenapa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengkhususkan penyebutan husnul khuluq (akhlaq yang mulia) ? Ini menunjukkan akan keutamaan dan keistimewaan akhlaq yang mulia.

Karenanya sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ini mirip seperti sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
الْحَجُّ عَرَفَةُ
"Haji adalah arofah."

Artinya apa ? Inti daripada ibadah haji adalah wukuf di padang arofah. Bukan berarti haji cuma wukuf di padang arofah saja, tidak. Ada namanya thowaf, ada namanya sa'i, ada namanya ihram, ada namanya ibadah-ibadah yang lain (lempar jamarat, mabit di Mina, mabit di Muzdalifah). Ini semua merupakan rangkaian ibadah haji.

Tetapi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengkhususkan penyebutan wukuf di padang arofah karena dia adalah inti dari pada ibadah haji.

Sama seperti albirru husnul khuluq (kebajikan adalah akhlaq yang mulia). Artinya apa ? Akhlaq mulia memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Oleh karenanya kalau kita ingin melihat dalil-dalil tentang akhlaq yang mulia sangat banyak.

Seperti sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

لَيْسَ شَيْءٌ أَثْقَالُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ

"Tidak ada suatu yang lebih berat dari pada akhlaq yang mulia dalam timbangan pada hari kiamat."

Ini menunjukkan kalau seseorang memiliki akhlaq yag mulia maka akan sangat memperberat timbangan kebajikannya.  Di hari yang sangat dia butuhkan kebaikan itu tatkala hari kiamat kelak.

Contohnya juga Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan dalam haditsnya :
إِنَّ رَجُلَ لاَ يُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَاتِ صَائِمِ قَائِمِ

"Sesungguhnya seorang dengan akhlaqnya yang mulia bisa meraih derajat orang yang senantiasa berpuasa sunnah dan senantiasa shalat malam."

Orang ini mungkin dia jarang shalat malam, mungkin dia jarang puasa sunnah. Tetapi dia akhlaqnya mulia, orang senang dekat sama dia, orang bahagia duduk sama dia, orang senang mendengar wejangan-wejangannya. Orang senang mendapatkan bantuannya. Maka meskipun dia jarang shalat malam meskipun dia jarang berpuasa sunnah namun dia mendapat pahala orang-orang seperti itu. Kenapa? Bihusni khuluqihi, dengan akhlaqnya yang mulia. Dan lihatlah sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam :

أَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا

"Orang yang paling dekat kedudukannya denganku pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaqnya."

Jika anda ingin dekat dengan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pada hari kiamat, perbaiki akhlaq anda. Karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan yang paling dekat dengan aku adalah yang paling baik akhlaqnya.

Ini menunjukkan keutamaan dan keistimewaan akhkaq yang mulia, dia adalah amalan yang spesial. Jangan kita sangka amalan itu hanyalah shalat, hanyalah puasa, hanyalah zakat. Akhlaq yang mulia adalah amalan yang sangat spesial yang sangat mulia disisi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Apabila seseorang berusaha menghiasi dirinya dengan akhlaq yang mulia, jangan seorang mengatakan :

"Saya tidak bisa merubah akhlaq saya".
"Saya memang begini modelnya".
"Saya diciptakan begini modelnya, tabiat saya memang seperti ini".

Kalau akhlaq tidak bisa dirubah, buat apa hadits-hadits yang begitu banyak tentang akhlaq yang mulia?. Buat apa ayat-ayat Allah turunkan tentang memotivasi orang-orang berakhlaq mulia?

Ini menunjukkan akhlaq bisa dirubah. Seorang yang pelit bisa jadi orang dermawan. Seorang yang pemarah bisa jadi seorang yang penyabar. Jangan sampai seorang mengatakan :

"Saya memang suka marah",
"Saya memang temperamental".
Jangan!
"Saya begini tipenya".
Seperti itu orang bisa merubah akhlaqnya.

Oleh karena dalam hadits Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

"Aku menjamin istana di bagian atas surga bagi orang yang terindah akhlaqnya."

Dalam riwayat lain :

لِمَنْ حَسُنَ خُلُقُهُ

"Bagi orang yang memperindah akhlaqnya."

Berarti akhlaq itu bisa diperoleh, bisa diraih.

Dalam hadits kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

مَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ الله

"Barangsiapa yang berusaha bersabar maka Allah akan jadikan dia penyabar."

Orang yang pemarah bisa jadi penyabar.

Karenanya para hadirin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Inilah keutamaan keistimewaan akhlaq mulia.

Para ulama menyebutkan diantara akhlaq mulia sebagaimana perkataan Ibnul Mubaarok : Akhlaq mulia terkumpul pada 3 perkara :

طَلاَقَةُ الوَجه ، وَبَذْلُ المَعروف ، وَكَفُّ الأذَى

"Yaitu wajah yang sering berseri-seri, senyum. Kemudian mudah untuk berbuat baik kepada oranglain dan tidak mengganggu oranglain."

Ini 3 rukun akhlaq :
Wajah sering berseri-seri, murah senyum kepada oranglain, artinya tidak merendahkan dan tidak menghinakan orang lain.
Ringan tangan untuk membantu orang lain.
Tidak mengganggu orang lain.

In syaa'  Allah kita akan lanjutkan lagi pada halaqoh berikutnya.

Wabillaahit taufiq.
Assalaamu'alaykum warahmatullah wabarakaatuh.
__________________________

Friday, June 19, 2015

Pandanglah Orang yang di Bawahmu dalam Masalah Dunia

 

BimbinganIslam.com
 Ustadz Firanda Andirja, MA
 Kitābul Jāmi' | Bulughul Maram
 Hadits ke-2 | Pandanglah Orang yang di Bawahmu dalam Masalah Dunia
⬇ Download Audio dan Transkrip
http://goo.gl/iWEn9a
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِــعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ." مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu ia berkata: Rasūlullāh Sallallāhu 'Alayhi Wasallam bersabda: “Lihatlah orang-orang yang berada di bawah kalian, dan janganlah melihat orang yang berada di atas kalian karena hal itu lebih pantas agar kalian tidak menganggap rendah nikmat Allāh yang telah dianugerahkan kepada kalian.” 

(Muttafaqun ‘alaih).
بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Para ikhwan dan akhwat sekalian yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,
Kita lanjutkan hadits berikutnya,
HADITS 2

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي اللّه عنه قَالَ:قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ صلّى اللّه عليه وسلّم أُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ  عَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ

Dari Abu Hurairah radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu ia berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: “Lihatlah kepada yang dibawah kalian dan janganlah kalian melihat yang diatas kalian sesungguhnya hal ini akan menjadikan kalian tidak merendahkan nikmat Allāh yang Allāh berikan kepada kalian".
(Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Ikhwan dan akhwat sekalian yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, hadits ini mengajarkan kita dalam masalah dunia hendaknya kita melihat ke bawah, bagaimanapun kekurangan yang ada pada diri kita dalam masalah dunia,  pasti masih ada orang-orang yang lebih parah daripada kita.
Lihatlah kita sekarang dalam keadaan sehat alhamdulillah. Kalau kita melihat ke bawah,  betapa banyak orang yang sakit, betapa banyak orang yang terkapar di tempat tidur tidak bisa bergerak karena sakit. Kemudian betapa banyak juga orang yang cacat yang lebih parah dari kita lebih banyak. Dan seorangpun kalau diapun sakit masih ada yang lebih parah sakitnya. Senantiasa pasti ada yang lebih menderita daripada apa yang kita rasakan.

Kalau kita selalu melihat ke bawah dalam masalah kesehatan saja, maka kita akan senantiasa bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan ini memang berat. Senantiasa bersyukur bukan perkara yang mudah.

Oleh karenanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
Hanya sedikit dari hamba-hambaKu yang bersyukur. (Saba':13)
Kita berdo'a semoga Allāh menjadikan kita termasuk dari hamba-hamba Allāh yang sedikit tersebut.
Dan diantara hal yang membuat kita senantiasa bersyukur, melihat ke bawah dalam masalah dunia.
Demikian juga masalah harta,  misalnya, kita mungkin punya kendaraan yang mungkin kurang bagus, tetapi masih banyak orang dibawah kita yang kendaraannya lebih jelek daripada kendaraan milik kita.
Dan bisa jadi masih banyak orang yang hanya memiliki motor atau memiliki sepeda bahkan. Masih banyak orang yang hanya bisa berjalan kaki,  tidak memiliki kendaraan sama sekali maka dalam hal dunia kita lihat ke bawah,  jangan kita lihat ke atas.  Karena dunia kalau lihat ke atas maka tidak akan ada habisnya. Maka Rasūlullāh melarang untuk melihat ke atas masalah dunia.
Dunia tidak akan pernah habisnya,  orang yang mencari dunia akan senantiasa haus akan dunia. Maka terkadang kita heran tatkala melihat ada seorang sudah tua, umur sudah 60 tahun atau 70 tahun atau bahkan 80 tahun, namun masih sibuk tenggelam dalam dunia, masih memikirkan ini memikirkan anu, kapan dia mau istirahat? Kapan dia mau menikmati dunianya sementara dia terus mencari dunia dan demikian terus kehidupannya.

Mungkin kita heran, tapi dia sendiri tidak heran. Kenapa? Karena memang tidak ada rasa batas terakhir masalah kepuasan dunia. Seorang kapan mendapatkan sesuatu dia masih mencari yang lain lagi.

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثًا ، وَلاَ يَمْلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ
"
Seandainya anak Adam memiliki 2 lembah emas maka dia akan mencari lembah yang ke-3 dan dia tidak akan berhenti kecuali kalau pasir sudah dimasukkan dalam mulutnya".

Kalau sudah meninggal baru dia berhenti. Dunia itu ibarat air laut yang asin. Semakin ditelan maka akan semakin membuat haus seseorang. Makanya dalam masalah dunia kita lihat dibawah agar kita senantiasa bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Berbeda halnya dengan masalah akhirat, masalah akhirat kita lihat ke atas. Allāh mengajarkan kita untuk semangat dalam masalah akhirat.

Oleh karenanya tatkala kita sholat kita mengatakan :

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ
"Ya Allāh tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat kepada mereka".
Siapa? Mereka yaitu nabiyyiin wa shiddiqiin wasy syuhadaa wash shaalihin, jalan para Nabi, jalan para orang shidiq, para syuhada dan orang-orang shalih.
Kita disuruh untuk melihat ke atas masalah akhirat senantiasa minta petunjuk mereka, petunjuk jalan yang pernah ditempuh oleh orang-orang yang hebat-hebat seperti para Nabi, para syuhada, para shalihin.

Demikian juga Allāh mengatakan:

وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
"Dan untuk yang demikian, maka hendaknya orang-orang yang berlomba, berlomba-lombalah...". 
(Al Muthaffifin : 26)
Dalam masalah surga maka berlomba-lombalah.
Kata Allāh :
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
"Berlomba-lombalah dalam kebaikan". (AlBaqarah : 148)
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ
"Berlomba-lombalah untuk meraih ampunan Allāh. Dan berlomba-lombalah untuk segera meraih surga yang luasnya seluas langit dan bumi".
(Ali Imran: 133)

Dalam masalah kebaikan, dalam masalah agama maka seorang melihat ke atas sehingga dia tidak merasa puas dengan agama yang dia miliki, dia tidak merasa ujub (merasa bangga).
Bukan sebaliknya, sebaliknya orang masalah dunia lihat ke atas, masalah agama lihat ke bawah. Masalah dunia tidak pernah puas, melihat ke atas terus, sudah punya mobil masih melihat tertarik kepada mobil yang mewah, melihat tetangganya, melihat teman-temannya. Masalah agama malah justru lihat kebawah. Dia mengatakan "Ah, alhamdulillah saya sudah sholat, masih banyak orang yang tidak sholat". Ya benar memang masih banyak orang yang tidak sholat, bersyukur kepada Allāh. Tapi lihat ke atas, agar kau merasa dirimu penuh kekurangan, masih banyak orang-orang yang lebih hebat dari engkau sehingga engkau terpacu untuk mencari yang lebih dalam masalah agama.

Karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan :

فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ، فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ، وَأَعْلَى الْجَنَّةِ…..
"Jika engkau minta surga maka mintalah surga Firdaus,  surga yang paling tinggi. Karena itulah surga yang paling tingi".

Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk memiliki himmah 'aaliyah (semangat yang tinggi) di dalam masalah agama dan kita tidak pernah puas dengan apa yang kita miliki sekarang.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan kita orang-orang yang memandang kebawah tatkala masalah dunia dan menjadikan kita orang-orang yang memandang ke atas dalam masalah agama.
Wabillahit taufiq, wassalaamu 'alaykum warahmatullahi wabarakātuh.
__________________________
⬇ Donasi Pengembangan Dakwah
Group Bimbingan Islam
Bank Mandiri Syariah
No. Rek : 7103000507
A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004
 Saran atau Kritik silahkan sampaikan kepada kami melalui link berikut:
http://www.bimbinganislam.com/kritikdansaran

Hak Sesama Muslim (Bagian 2)


 




BimbinganIslam.com
 Ustadz Firanda Andirja, MA
 Kitābul Jāmi' | Bulughul Maram
 Hadits ke-1 #2 | Hak Sesama Muslim (Bagian 2)
⬇ Download Audio
http://goo.gl/1kdYgx
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

قَالَ رَسُولُ اَللهِ صلى الله عليه وسلم : حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيْلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ

Dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu ia berkata: Rasūlullāh Sallallāhu Alayhi Wasallam bersabda: “Hak seorang muslim terhadap sesama muslim itu ada enam: jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya, jika ia meminta nasihat kepadamu maka berilah ia nasihat, jika ia bersin dan mengucapkan ‘Alhamdulillah’ maka do‘akanlah ia dengan ‘Yarhamukallah’, jika ia sakit maka jenguklah dan jika ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya.” (HR. Muslim).
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Para ikhwan dan akhwat, kita lanjutkan pelajaran kita kemarin. Sekarang kita sampai pada hak yang ke-2 dari 6 hak seorang muslim terhadap yang lainnya.
Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam :
وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ
Jika dia mengundangmu maka penuhilah undangannya.
Sebagian ulama berpendapat bahwasanya hadits ini umum mencakup segala undangan, apakah undangan makan, undangan ke rumahnya. Namun jumhur ulama (mayoritas ulama) mengatakan yang wajib dipenuhi hanyalah undangan walimah. Karena dalam hadits disebutkan: Barangsiapa yang tidak memenuhi undangan walimah, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam maka dia telah bermaksiat kepada Allah dan RasulNya. Ini menunjukknn bahwasanya memenuhi undangan walimah pernikahan maka ini hukumnya adalah wajib.

Hanya saja para ulama mengatakan jika ternyata ada udzur atau ada kemungkaran dalam walimah tersebut maka seseorang tidak wajib untuk hadir. Contohnya dalam walimah tersebut ada ikhtilat, campur laki-laki dengan wanita sementara kita tahu seorang wanita atau seorang ibu-ibu tatkala menghadiri acara walimah maka dia berhias dengan seindah-indahnya, dia bersolek dengan secantik-cantiknya. Kemudian bercampur baur dengan laki-laki hanya dilihat oleh lelaki yang lain, bisa jadi dia tidak memakai jilbab, terbuka auratnya maka dalam kondisi seperti ini, seseorang tidak wajib untuk menghadiri walimahnya.

Jika dia tahu walimahnya seperti itu, maka dia datang sebelum walimah atau dia datang setelah walimah agar menyenangkan hati saudaranya yang mengundang, bisa sebelum walimah atau sesudah walimah.

Kemudian misalnya kemungkaran yang ada misalnya dalam walimah tersebut ternyata ada khamr, ada bir, ada wine yang disebarkan maka ini juga tidak boleh menghadiri acara seperti ini.
Contohnya juga diantara kemungkaran ada di walimah misalnya nanggap penyanyi dangdut, penyanyi dangdut diundang, kemudian joget-joget kemudian menampakkan auratnya dan keindahan lekukan tubuhnya maka ini juga tidak wajib bagi kita untuk hadir.
Demikian juga misalnya ternyata dalam acara walimah tersebut yang diundang hanyalah orang-orang kaya, orang-orang miskin tidak diundang, orang-orang sekitar tetangganya tidak diundang, maka ini adalah syarruth tho'am (makanan yang terburuk), kita tidak hadir dalam acara seperti ini.

Demikian juga para ulama menyebutkan, tidak wajib kita menghadiri walimah jika ternyata untuk ke acara tersebut butuh safar, maka tidak wajib kita untuk menghadiri walimah tersebut.
Namun yang perlu saya ingatkan, jika ternyata yang mengundang acara walimah tersebut adalah kerabat kita, sepupu kita atau keluarga dekat kita maka memang dari sisi walimahnya tidak wajib tetapi dari sisi dia adalah kerabat maka kita hendaknya hadir. Kita khawatir kalau kita tidak hadir akan membuat dia marah sehingga kita bisa terjerumus dalam memutuskan silaturahmi.

Oleh karenanya, kita melihat acara walimah dari sisi walimahnya dan juga dari sisi kerabat. Kalau kerabat maka kita berusaha menghadiri meskipun harus bersafar.
Kemudian point berikutnya, yaitu yang ke-3, kata Nabi:

وَإِذَا اسْتَنْصَحَك  فَانْصَحْه
 
Jila dia minta nashihat kepadamu maka nashihatilah dia.
Seseorang disunnahkan untuk menashihati saudaranya. Ada seorang shahabat yang mengatakan :

بَايَعْنَا رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَلَى إِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالنُّصْحِ لِكُلِّ مُسْلِمٍ

Kami membai'at Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berjanji untuk senantiasa sholat, senantiasa membayar zakat dan senantiasa menashihati setiap muslim.

Namun kata para ulama, menashihati seorang muslim secara kita yang mulai maka hukumnya sunnah. Tetapi jika dia datang minta kepada kita nashihat maka wajib bagi kita untuk menashihatinya.
Terkadang seorang muslim datang kepada kita punya permasalahan minta nashihat maka kita kalau mampu kita nashihati. Jangan kita pelit dengan nashihat, kalau kita mampu menashihati, kasih pengarahan, kasih arahan berdasarkan pengalaman kita, berdasarkan dalil.

Ketika seorang datang pada kita mengatakan : "Ustadz, ada orang ingin melamar putri saya, bagaimana menurut antum, antumkan mengenal orang tersebut". Maka kita berusaha menjelaskan dengan jelas bahwa orang ini bagaimana kebaikannya, bagaimana keburukannya, bagaimana menurut kita bagus atau tidak, seakan-akan kita menjadi posisi sebagai dia. Ini namanya benar-benar kita seorang naashih. Benar-benar memberi nashihat bagi saudara kita. nashihat itu artinya apa? Ingin memberikan kebaikan bagi saudara kita.

Kemudian perkara berikutnya yang ke-4 kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ
 
Jika dia bersin, kemudian dia mengucapkan "alhamdulillah" maka jawablah dengan "yarhamukallah".
Nanti pembahasan ini secara detail akan datang pada hadits-hadits berikutnya.
Kemudian kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang ke-5:

وَ إِذاَ  مَرِضَ  فَعُدْهُ
 
Jika dia sakit maka jenguklah dia.
 
Ini adalah sunnah yang harus kita kerjakan dan hukumnya adalah fardhu kifayah artinya orang sakit tidak semua orang harus mengunjungi, tidak. Tapi fardhu kifayah, jika sebagian orang sudah mengunjungi, sudah cukup. Kalau ternyata saudara kita ini sakitnya lama, jangan kita mencukupkan hanya mengunjunginya sekali tapi bisa berkunjung berulang-ulang. Kita kunjungi dan bercengkrama dengan dia, menghilangkan kesedihannya, kita bawa oleh-oleh buat dia.

Bahkan para ulama mengatakan bahkan meskipun dia dalam keadaan tidak sadar. Misalnya dia pingsan, kita kunjungi dia, tidak jadi masalah. Karena paling tidak kita bisa do'akan dia meskipun dia tidak tahu tapi Allah tahu kita sudah mengunjungi dia. Atau paling tidak setelah dia siuman/tersadar, ada yang cerita tadi si fulan mengunjungimu, maka ini akan menyenangkan hatinya, ternyata si fulan perhatian sama saya sehingga dia tidak jadi berburuk sangka. Atau keluarganyapun tahu ternyata kita mengunjungi dia dan ini menyenangkan hati keluarganya.

Kemudian point yang ke-6:

وَإِذاَ  ماَتَ فاتـْبَعْهُ
 
Jika dia meninggal maka ikutilah jenazahnya.

Dan kita tahu bahwasanya seorang yang muslim tatkala meninggal juga dimuliakan Allāh Subhānahu wa Ta'āla sehingga yang menyolatkannya akan mendapatkan pahala 1qirath. 1 qirath seperti gunung Uhud dan orang yang mengikuti jenazah sampai mengkafankannya, sampai menguburkannya, maka dia akan mendapatkan 2 qirath, yaitu masing-masing qirathnya besarnya seperti gunung Uhud.
Demikian saja, kita lanjutkan pada hadits berikutnya pada pertemuan esok hari.

Wabillaahit taufiq wal hidayah.
Wassalaamu'alaykum warahmatullah wabarakaatuh.
__________________________
⬇ Donasi Pengembangan Dakwah
Group Bimbingan Islam
Bank Mandiri Syariah
No. Rek : 7103000507
A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004
 Saran atau Kritik silahkan sampaikan kepada kami melalui link berikut:
http://www.bimbinganislam.com/kritikdansaran


Hak Sesama Muslim (Bagian 1)


BimbinganIslam.com
 Ustadz Firanda Andirja, MA
 Kitābul Jāmi' | Bulughul Māram
 Hadits ke-1 | Hak Sesama Muslim (bagian 1)
~~~~~~~
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذاَ مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذاَ مَاتَ فَاتْـبَعْهُ." رَوَاهُ مُسلِمٌ.

Dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam bersabda: “Hak seorang muslim terhadap sesama muslim itu ada enam: jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya, jika ia meminta nasihat kepadamu maka berilah ia nasihat, jika ia bersin dan mengucapkan ‘Alhamdulillah’ maka do‘akanlah ia dengan ‘Yarhamukallah’, jika ia sakit maka jenguklah dan jika ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya.” 
 (HR. Muslim)
بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Para ikhwan dan akhwat sekalian yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita akan memasuki pembahasan Kitaabul Jaami' yaitu sebuah kitab yang ditulis oleh AlHaafizh Ibnu Hajar رحمه اللّه yang beliau letakkan di akhir pembahasan dari Kitab Buluughul Maraam Min Adillatil Ahkaam.
Kita tahu bahwasanya Kitab Buluughul Maraam Min Adillatil Ahkaam adalah kitab yang mengumpulkan hadits-hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang fiqih, mulai dari Bab Thaharah, kemudian Bab Shalat dan Bab Haji, Bab Zakat, Bab Jihad dan seluruhnya.
Namun yang menakjubkan dari AlHaafizh Ibnu Hajar, di ujung Kitab Buluughul Maraam, beliau meletakkan Kitaabul Jaami'. Dan Kitaabul Jaami' ini tidak ada hubungannya dengan masalah fiqih, tapi dia lebih cenderung berhubungan dengan masalah adab, masalah akhlaq, tentang akhlaq yang baik, tentang akhlaq yang buruk yang harus dijauhi, tentang dzikir dan do'a.
Wallaahu a'lam, seakan-akan AlHaafizh Ibnu Hajar ingin mengingatkan kepada kita bahwasanya jika seorang telah menguasai bab-bab ilmu, telah menguasai masalah-masalah fiqih maka hendaknya dia beradab dan dia memiliki akhlaq yang mulia.
Karenanya di akhir kitab tersebut, di akhir Kitab Buluughul Maraam, maka beliau meletakkan sebuah kitab yang beliau namakan Kitaabul Jaami'.
Kitaabul Jaami', al jaami' dalam bahasa arab artinya yang mengumpulkan atau yang mencakup.
Dikatakan Kitaabul Jaami', kenapa? Karena kitab ini mencakup 6 bab yang berkaitan dengan akhlaq sebagaimana yang tadi kita sebutkan.
Bab Pertama adalah Baabul Adab.
Bab Kedua adalah Bab Al Birr Wa Shilah, yaitu bab tentang birr wa shilah, bab tentang bagaimana berbuat baik dan bagaimana bersilaturahmi.
Bab Ketiga Baabul Zuhud wa Wara', tentang zuhud dan sifat wara'.
Bab Keempat Baabut Tarhiib Min Masaawil Akhlaaq, bab tentang yang memperingatkan tentang akhlaq-akhlaq yang buruk.
Bab Kelima Baabut Targhib Min Makaarimul Akhlaaq yaitu bab tentang motivasi untuk memiliki akhlaq yang mulia.
Bab Keenam Baabudz Dzikir Wad Du'aa, yaitu bab tentang dzikir dan do'a.
Maka disebut dengan Kitaabul Jaami' karena di dalam kitab ini mencakup 6 bab.
Kita masuk yang pertama, yaitu Baabul Adab (bab tentang adab).
Yaitu maksudnya adalah bab ini mencakup hadits-hadits yang menjelaskan tentang adab-adab Islam di dalam Islam yang seorang muslim hendaknya berhias dengan akhlaq (perangai-perangai) yang mulia tersebut.

Hadits pertama, yaitu dari Abu Hurairah radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu :

قَالَ رَسُولُ اَللهِ صلى الله عليه وسلم : حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيْلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ

Dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam bersabda: “Hak seorang muslim terhadap sesama muslim itu ada enam: jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya, jika ia meminta nasihat kepadamu maka berilah ia nasihat, jika ia bersin dan mengucapkan ‘Alhamdulillah’ maka do‘akanlah ia dengan ‘Yarhamukallah’, jika ia sakit maka jenguklah dan jika ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya.” 
(HR. Muslim).

Bahwasanya hak seorang muslim atas muslim yang lain ada 6 :
Jika engkau bertemu dengan dia maka berikanlah salam kepadanya.
Jika dia memanggilmu (mengundangmu) maka kamu harus memenuhi undangannya, maka penuhilah undangannya.
Jika dia minta nashihat kepada engkau maka nashihatilah.
Jika dia bersin kemudian dia mengucapkan "alhamdulillaah" maka jawablah dengan "yarhamukallaah".
Jika dia sakit maka jenguklah dia.
Jika dia meninggal maka ikutilah jenazahnya.
(Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya)
Ikhwan dan akhwat yang sekalian dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, disini kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, hak muslim seorang atas muslim ada 6.
Tentunya, bilangan 6 ini bukanlah sesuatu yang tanpa batasan, artinya 6 ini hanya menunjukkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan secara khusus namun bukan berarti tidak ada hak-hak yang lain.

Dalam istilah ahlul 'ilmi (ulama) yaitu mafhumul 'adad laysa lahul mafhuum. Bahwasanya bilangan tidak ada mafhum mukhalafahnya. Jadi 6 ini hanya sekedar menunjukkan perhatian Nabi terhadap 6 perkara bukan berarti tidak ada hak-hak yang lainnya.
Dan maksud hak disini adalah perkara yang laa yanbaghi tarkuhu, yang hendaknya tidak ditinggalkan. Bisa jadi perkara yang wajib, bisa jadi perkara mustahak yang sangat ditekankan. Di dalam hadits ini mengumpulkan 6 hak.
Hak yang pertama, jika engkau bertemu seorang muslim maka berilah salam kepada dia. Tentu di antara amalan yang sangat mulia adalah memberi salam. Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam :

لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
"
Kalian tidak akan masuk surga kecuali kalian beriman dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang suatu perkara jika kalian melakukannya maka kalian akan saling mencintai?  Yaitu sebarkanlah salam di antara kalian".

Oleh karenanya diantaranya afdhalul 'amal (amalan yang paling mulia) kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yaitu memberi makan kepada fakir miskin, kemudian beri salam kepada orang yang kau kenal dan orang yang tidak kau kenal.
Bahkan disebutkan diantara tanda-tanda hari kiamat yaitu seseorang hanya memberi salam kepada orang yang dia kenal.
Salam merupakan amalan yang indah, mendo'akan kepada sesama muslim. Dengan kita menyebarkan salam maka akan sering timbul cinta diantara kaum muslimin, ukhuwah islamiyah semakin kuat.
Tentunya salam ada adab-adabnya, akan kita jelaskan pada pertemuan-pertemuan berikutnya.
Namun satu yang menakjubkan dalam hadits Abdullah bin Sallam, salah seorang Yahudi yang masuk Islam kemudian jadi sahabat, dia mengatakan :

أول كلام سمعت من النبي صلى الله عليه و سلم يآيها الناس أَفْشُوا
السَّلامَ بَيْنَكُمْ

Dia mengatakan, "Tatkala Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam di Madinah, pertama kali dia dengar kalimat Rasulullah, Rasulullah mengatakan "Wahai manusia (wahai masyarakat), sebarkanlah salam diantara kalian".

Oleh karenanya menyebar salam bukanlah perkara yang sepele melainkan diperhatikan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bahkan di awal dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan menyebarkan salam.

Demikianlah, kita akan lanjutkan dalam pertemuan berikutnya.
Wallaahu a'lam bishshawaab.
______________________________
⬇ Donasi Pengembangan Dakwah
Group Bimbingan Islam
Bank Mandiri Syariah
No. Rek : 7103000507
A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004
 Saran atau Kritik silahkan sampaikan kepada kami melalui link berikut:
http://www.bimbinganislam.com/kritikdansaran